Kamis, 02 Mei 2019

SBY memimpin Indonesia selama 10 tahun.

Kilas Balik

SBY Bongkar SMS Orang yang Tak Terima Soal Pergantian Panglima TNI, Disebut Ulangi Kesalahan

Kolase SBY dan ilustrasi siluet orang


TRIBUNJATIM.COM - Meski sudah tak terlalu aktif di dunia politik, namun catatan panjang kiprah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di politik tak bisa dihilangkan begitu saja.
Selain masih memimpin Partai Demokrat, SBY juga merupakan mantan Presiden Republik Indonesia ke-6.
SBY memimpin Indonesia selama 10 tahun.
SBY menjadi Presiden Republik Indonesia sejak tahun 2004.

Kolase SBY dan ilustrasi SMS
Kolase SBY dan ilustrasi SMS (TRIBUNNEWS/ TRIBUN TIMUR)

Saat itu, SBY didampingi oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
SBY, dan Jusuf Kalla memang memenang Pilpres 2004.
Mereka mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi pada putaran kedua Pilpres 2004.
Kepemimpinan SBY berlanjut pada periode kedua.

Kolase SBY dan ilustrasi siluet orang
Kolase SBY dan ilustrasi siluet orang (Kompas.com/ Sriwijaya Post)

Tepatnya pada tahun 2009 hingga 2014.
Kali ini SBY didampingi oleh Boediono sebagai wakil presiden.
SBY-Boediono memenangkan Pilpres 2009 sesusai mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, danJusuf Kalla-Wiranto.
Selama menjabat sebagai presiden, SBY melakukan perombakan di kabinetnya beberapa kali.
Terkait hal itu, ada sebuah kisah yang diungkap oleh SBY.
Kisah itu diungkap oleh SBY dalam bukunya "SBY Selalu Ada Pilihan" terbitan Kompas, tahun 2014 lalu.
Saat itu, tepatnya pada Juli 2013, SBY mengusulkan Jenderal TNI Moeldoko yang kala itu menjadi KSAD, untuk menjadi calon Panglima TNI.
Moeldoko diproyeksikan untuk menggantikan Panglima TNI saat itu, Laksamana TNI Agus Suhartono yang memasuki usia pensiun.
Termasuk juga saat drinya mengusulkan Komisaris Jenderal Polisi Sutarman menjadi calon Kapolri, untuk menggantikan Kapolrisaat itu, Jenderal Timur Pradopo.
"Kalimat-kalimat yang dikirimkan kepada saya sungguh menjengkelkan," ungkap SBY dalam buku itu.

Susilo Bambang Yudhoyono saat masih menjabat sebagai presiden Republik Indonesia.
Susilo Bambang Yudhoyono saat masih menjabat sebagai presiden Republik Indonesia. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA)

Tidak hanya itu, SBY menyebut berbagai pesan itu menyalahkan pendapatnya salah.
"Pak SBY Anda mengulangi kesalahan. Yang Anda usulkan menjadi Panglima TNI, dan juga dua Kapolri sebelumnya itu salah. Seharusnya yang menjadi Kapolri adalah X (disebut nama seorang Komisaris Jenderal Polisi)," terang SBY.
SBY Bongkar Sosok yang Ramal Indonesia Bernasib Buruk Sejak 1995, Kerap Pesimis Tapi Endingnya Salah
SBY membongkar sosok yang ramal Indonesia bernasib buruk sejak tahun 1995.
SBY menyebut sosok itu selalu pesimis.
Siapakah dia?
Diketahui, selama menjadi Presiden Republik Indonesia,Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memang pernah mendapatkan berbagi kritik, dan serangan.
Kritikan tersebut dilontarkan sejumlah pihak terkait kinerja dari pemerintahan SBY.
Sejumlah kebijakan SBY yang pernah mendapatkan kritikan di antaranya terkait kenaikan harga BBM, program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan yang lainnya.
Tidak hanya itu, tidak jarang nada sumbang sejumlah pihak yang memandang nasib bangsa Indonesia, dan pemerintahan SBY.
Mereka kemudian membuat sejumlah analisa terkait berbagai kebijakan SBY tersebut, dan dampaknya terhadap rakyat.
Meski demikian, berdasarkan pengakuan SBY, prediksi semacam itu rupanya juga sudah pernah dijumpainya sejak dirinya belum menjabat sebagai presiden.
SBY menuliskan kisahnya itu dalam bukunya yang berjudul "SBY Selalu Ada Pilihan" terbitan Kompas tahun 2014 lalu.
Dalam buku itu, SBY mengaku ada seorang tokoh yang sudah dikenalnya sejak lama.
"Dia punya bawaan yang pesimis dan selalu menyalahkan," tulis SBY.
SBY melanjutkan, saat pertama kali bertemu di Yogyakarta, tokoh tersebut rupanya menyampaikan prediksinya soal nasib bangsa Indonesia ke depannya. SBY bongkar sosok yang ramal nasib Indonesia tersebut.
"Ketika saya pertama kali bertemu di Yogyakarta tahun 1995, dia mengungkapkan bahwa negara kita di pinggir jurang kehancuran," ungkap SBY.
Rupanya ramalan atau prediksi sosok tersebut tak cukup sekali.
Sebab, menurut SBY sosok tersebut kembali menyampaikan ramalannya beberapa tahun kemudian.
Tepatnya, pada tahun 1998.
"Tahun 1998, kalimat seperti itu diulangi lagi, bahkan negara makin gelap dan akan runtuh," lanjut SBY.
Terkait ramalannya yang dilontarkan sosok itu pada tahun 1998,SBY bisa memahami.
Sebab, saat itu Indonesia memang sedang mengalami puncak krisis.
"Tetapi, awal tahun 2000-an yang bersangkutan juga mengatakan hal yang sama, bahkan ditambahkan negara ini salah arah," terang SBY.
SBY menambahkan, hingga buku tersebut ditulis, nyanyian tokoh tersebut masih terdengar "merdu".
Tokoh itu menyebut nasib Indonesia gelap, salah arah, gagal, salah urus, tidak ada harapan, dan sebentar lagi masuk jurang.
"Apa yang terjadi? Negara kita dengan segala tantangan dan permasalahan yang dihadapi masih tetap tegak berdiri," ujar SBY.
SBY selanjutnya menanyakan, lalu siapa yang salah dalam hal ini?
"Nah, siapa yang salah. Negara ini, kita semua, atau sang cendekiawan-politisi itu. Saya juga harus mengatakan: Penglihatan dan prediksi Anda salah. Maaf," pungkas SBY.
Penulis: Januar Adi Sagita
Editor: Sudarma Adi
Sumber: Tribun Jatim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar