Mehmed II Sang Penakluk,
Sultan Ottoman Turki
ARDI PRIYATNO UTOMO Kompas.com - 02/04/2019, 22:08 WIB
KOMPAS.com - Mehmed II, atau juga dikenal sebagai Mehmed Sang Penakluk, adalah Sultan Ottoman Turki yang berkuasa pada Agustus 1444 hingga September 1446, kemudian Februari 1451 sampai Mei 1481.
Mehmed II Sang Penakluk, Sultan Ottoman Turki(via Daily Sabah)
Pada usia 21 tahun, dia menaklukkan Konstantinopel (kini kota Istanbul) dan menyudahi Kekaisaran Byzantium atau Kekaisaran Roma Timur. Dia dianggap sebagai pahlawan di Turki modern dengan di Istanbul, terdapat kawasan yang dinamai sepeti Distrik Fatih, Masjid Fatih, maupun Jembatan Fatih Sultan Mehmed.
Baca juga: Lahir di Zaman Ottoman, Pria Lebanon Ini Sudah Berusia 125 Tahun
Diperoleh dari berbagai sumber, berikut merupakan biografi dari sultan yang daerah kekuasaannya bisa mencakup Bosnia di Eropa.
1. Masa Kecil dan Awal Berkuasa Mehmed II lahir pada 30 Maret 1432 di Edirne yang kemudian jadi ibu kota Ottoman. Ayahnya adalah Sultan Murad II dan ibunya Huma Valide Hatun. Saat usianya baru berusia 11 tahun, Mehmed II dikirim oleh ayahnya ke Amasya dan menjabat sebagai gubernur di sana untuk mendapatkan pengalaman. Setelah Murad II mencapai kesepakatan dengan Karamanids di Anatolia pada Agustus 1444, dia turun takhta dan memberi kesempatan kepada putranya untuk naik. Saat awal dia berkuasa, dia memimpin pasukan dan mengalahkan pasukan Hongaria di bawah pimpinan ksatria bernama John Hunyadi yang merusak Perjanjian Szeged. Saat itu pasukan Hongaria menyerang karena terpengaruh Kardinal Julian Cesarini, utusan Paus Martinus V, meyakinkan raja melakukan serangan tidak berbahaya. Mehmed kemudian turun takhta setelah pada September 1446 dan digantikan ayahnya setelah dipaksa Perdana Menteri Candarli Halil Pasa.
2. Penaklukan Konstantinopel Setelah kembali berkuasa pada 1451, Mehmed II sudah mendedikasikan dirinya untuk memperkuat angkatan laut Ottoman dan merebut Konstantinopel. Dua tahun kemudian, Mehmed II pun melancarkan pengepungan berkekuatan 80.000-200.000, kumpulan artileri, hingga 320 kapal perang. Pada 6 April 1453, Pengepungan Konstantinopel pun dimulai dan berlangsung selama 53 hari hingga Mehmed menang di 29 Mei 1453.
Baca juga: Konflik Israel-Palestina (2):
Runtuhnya Ottoman dan Mandat Palestina Meski mendapat bantuan dari pembelot Ottoman hingga Vatikan, Kaisar Constantine XI yang hanya memimpin 10.000 pasukan dan 26 kapal tak kuasa membendung Ottoman.
Setelah Konstantinopel jatuh ke tangannya, Mehmed II pun mengklaim titel Kaisar berdasarkan Kekaisaran Romawi (Qayser-i-Rum).
Setelah Konstantinopel, Mehmed II mengarahkan pasukannya ke Provinsi Morea di Peloponnesos pada 1461 dan Kekaisaran Trebizond setahun berselang.
3. Menciptakan Pemerintahan Terpusat Setelah melakukan banyak penaklukan di Serbia, Albania, hingga Crimea, Ottoman mulai mengonsolidasikan kerajaannya dengan membentuk pemerintahan. Divan (pengadilan kerajaan) berisi para pejabat yang hanya setia kepada dia dan membolehkannya menggunakan otoritas dan kekuasaan yang besar.
Begitu Mehmed II membentuk pemerintahan terpusat, secara hati-hati dia menunjuk para pejabat yang bisa membantunya menerapkan agendanya. Baca juga: Di Tengah Restorasi, Masjid Bersejarah Era Ottoman di Yunani Terbakar Dia mendelegasikan wewenang dan fungsi pemerintahan yang besar kepada para pembesarnya sebagai bagian dari kebijakan agar pemerintahannya tidak terlalu absolut.
4. Kematian Pada 1481, Mehmed II bergerak bersama pasukan Ottoman. Namun saat berada di Maltepe yang merupakan bagian dari Istanbul, dia jatuh sakit. Setelah dirawat selama beberapa hari, Mehmed II meninggal pada 3 Mei 1481 saat dia berusia 49 tahun, dan dimakamkan di Kompleks Masjid Fatih. Kematian Mehmed II disambut sukacita di Eropa pada saat itu, di mana perayaan dan bel gereja dibunyikan. "Elang Agung sudah meninggal," begitulah kabar yang terdengar di Venezia.
Baca juga: Turki Pindahkan Makam Kakek Pendiri Ottoman dari Suriah
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Biografi Tokoh Dunia: Mehmed II Sang Penakluk, Sultan Ottoman Turki",
https://internasional.kompas.com/read/2019/04/02/22084591/biografi-tokoh-dunia-mehmed-ii-sang-penakluk-sultan-ottoman-turki. Penulis : Ardi Priyatno UtomoEditor : Ardi Priyatno Utomo
Mehmed II Sang Penakluk,
Sultan Ottoman Turki
ARDI PRIYATNO UTOMO Kompas.com - 02/04/2019, 22:08 WIB
KOMPAS.com - Mehmed II, atau juga dikenal sebagai Mehmed Sang Penakluk, adalah Sultan Ottoman Turki yang berkuasa pada Agustus 1444 hingga September 1446, kemudian Februari 1451 sampai Mei 1481.
Mehmed II Sang Penakluk, Sultan Ottoman Turki(via Daily Sabah)
|
Pada usia 21 tahun, dia menaklukkan Konstantinopel (kini kota Istanbul) dan menyudahi Kekaisaran Byzantium atau Kekaisaran Roma Timur. Dia dianggap sebagai pahlawan di Turki modern dengan di Istanbul, terdapat kawasan yang dinamai sepeti Distrik Fatih, Masjid Fatih, maupun Jembatan Fatih Sultan Mehmed.
Baca juga: Lahir di Zaman Ottoman, Pria Lebanon Ini Sudah Berusia 125 Tahun
Diperoleh dari berbagai sumber, berikut merupakan biografi dari sultan yang daerah kekuasaannya bisa mencakup Bosnia di Eropa.
1. Masa Kecil dan Awal Berkuasa Mehmed II lahir pada 30 Maret 1432 di Edirne yang kemudian jadi ibu kota Ottoman. Ayahnya adalah Sultan Murad II dan ibunya Huma Valide Hatun. Saat usianya baru berusia 11 tahun, Mehmed II dikirim oleh ayahnya ke Amasya dan menjabat sebagai gubernur di sana untuk mendapatkan pengalaman. Setelah Murad II mencapai kesepakatan dengan Karamanids di Anatolia pada Agustus 1444, dia turun takhta dan memberi kesempatan kepada putranya untuk naik. Saat awal dia berkuasa, dia memimpin pasukan dan mengalahkan pasukan Hongaria di bawah pimpinan ksatria bernama John Hunyadi yang merusak Perjanjian Szeged. Saat itu pasukan Hongaria menyerang karena terpengaruh Kardinal Julian Cesarini, utusan Paus Martinus V, meyakinkan raja melakukan serangan tidak berbahaya. Mehmed kemudian turun takhta setelah pada September 1446 dan digantikan ayahnya setelah dipaksa Perdana Menteri Candarli Halil Pasa.
2. Penaklukan Konstantinopel Setelah kembali berkuasa pada 1451, Mehmed II sudah mendedikasikan dirinya untuk memperkuat angkatan laut Ottoman dan merebut Konstantinopel. Dua tahun kemudian, Mehmed II pun melancarkan pengepungan berkekuatan 80.000-200.000, kumpulan artileri, hingga 320 kapal perang. Pada 6 April 1453, Pengepungan Konstantinopel pun dimulai dan berlangsung selama 53 hari hingga Mehmed menang di 29 Mei 1453.
Baca juga: Konflik Israel-Palestina (2):
Runtuhnya Ottoman dan Mandat Palestina Meski mendapat bantuan dari pembelot Ottoman hingga Vatikan, Kaisar Constantine XI yang hanya memimpin 10.000 pasukan dan 26 kapal tak kuasa membendung Ottoman.
Setelah Konstantinopel jatuh ke tangannya, Mehmed II pun mengklaim titel Kaisar berdasarkan Kekaisaran Romawi (Qayser-i-Rum).
Setelah Konstantinopel, Mehmed II mengarahkan pasukannya ke Provinsi Morea di Peloponnesos pada 1461 dan Kekaisaran Trebizond setahun berselang.
3. Menciptakan Pemerintahan Terpusat Setelah melakukan banyak penaklukan di Serbia, Albania, hingga Crimea, Ottoman mulai mengonsolidasikan kerajaannya dengan membentuk pemerintahan. Divan (pengadilan kerajaan) berisi para pejabat yang hanya setia kepada dia dan membolehkannya menggunakan otoritas dan kekuasaan yang besar.
Begitu Mehmed II membentuk pemerintahan terpusat, secara hati-hati dia menunjuk para pejabat yang bisa membantunya menerapkan agendanya. Baca juga: Di Tengah Restorasi, Masjid Bersejarah Era Ottoman di Yunani Terbakar Dia mendelegasikan wewenang dan fungsi pemerintahan yang besar kepada para pembesarnya sebagai bagian dari kebijakan agar pemerintahannya tidak terlalu absolut.
4. Kematian Pada 1481, Mehmed II bergerak bersama pasukan Ottoman. Namun saat berada di Maltepe yang merupakan bagian dari Istanbul, dia jatuh sakit. Setelah dirawat selama beberapa hari, Mehmed II meninggal pada 3 Mei 1481 saat dia berusia 49 tahun, dan dimakamkan di Kompleks Masjid Fatih. Kematian Mehmed II disambut sukacita di Eropa pada saat itu, di mana perayaan dan bel gereja dibunyikan. "Elang Agung sudah meninggal," begitulah kabar yang terdengar di Venezia.
Baca juga: Turki Pindahkan Makam Kakek Pendiri Ottoman dari Suriah
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Biografi Tokoh Dunia: Mehmed II Sang Penakluk, Sultan Ottoman Turki",
https://internasional.kompas.com/read/2019/04/02/22084591/biografi-tokoh-dunia-mehmed-ii-sang-penakluk-sultan-ottoman-turki. Penulis : Ardi Priyatno UtomoEditor : Ardi Priyatno Utomo
Diperoleh dari berbagai sumber, berikut merupakan biografi dari sultan yang daerah kekuasaannya bisa mencakup Bosnia di Eropa.
1. Masa Kecil dan Awal Berkuasa Mehmed II lahir pada 30 Maret 1432 di Edirne yang kemudian jadi ibu kota Ottoman. Ayahnya adalah Sultan Murad II dan ibunya Huma Valide Hatun. Saat usianya baru berusia 11 tahun, Mehmed II dikirim oleh ayahnya ke Amasya dan menjabat sebagai gubernur di sana untuk mendapatkan pengalaman. Setelah Murad II mencapai kesepakatan dengan Karamanids di Anatolia pada Agustus 1444, dia turun takhta dan memberi kesempatan kepada putranya untuk naik. Saat awal dia berkuasa, dia memimpin pasukan dan mengalahkan pasukan Hongaria di bawah pimpinan ksatria bernama John Hunyadi yang merusak Perjanjian Szeged. Saat itu pasukan Hongaria menyerang karena terpengaruh Kardinal Julian Cesarini, utusan Paus Martinus V, meyakinkan raja melakukan serangan tidak berbahaya. Mehmed kemudian turun takhta setelah pada September 1446 dan digantikan ayahnya setelah dipaksa Perdana Menteri Candarli Halil Pasa.
2. Penaklukan Konstantinopel Setelah kembali berkuasa pada 1451, Mehmed II sudah mendedikasikan dirinya untuk memperkuat angkatan laut Ottoman dan merebut Konstantinopel. Dua tahun kemudian, Mehmed II pun melancarkan pengepungan berkekuatan 80.000-200.000, kumpulan artileri, hingga 320 kapal perang. Pada 6 April 1453, Pengepungan Konstantinopel pun dimulai dan berlangsung selama 53 hari hingga Mehmed menang di 29 Mei 1453.
Baca juga: Konflik Israel-Palestina (2):
Runtuhnya Ottoman dan Mandat Palestina Meski mendapat bantuan dari pembelot Ottoman hingga Vatikan, Kaisar Constantine XI yang hanya memimpin 10.000 pasukan dan 26 kapal tak kuasa membendung Ottoman.
Setelah Konstantinopel jatuh ke tangannya, Mehmed II pun mengklaim titel Kaisar berdasarkan Kekaisaran Romawi (Qayser-i-Rum).
Setelah Konstantinopel, Mehmed II mengarahkan pasukannya ke Provinsi Morea di Peloponnesos pada 1461 dan Kekaisaran Trebizond setahun berselang.
3. Menciptakan Pemerintahan Terpusat Setelah melakukan banyak penaklukan di Serbia, Albania, hingga Crimea, Ottoman mulai mengonsolidasikan kerajaannya dengan membentuk pemerintahan. Divan (pengadilan kerajaan) berisi para pejabat yang hanya setia kepada dia dan membolehkannya menggunakan otoritas dan kekuasaan yang besar.
Begitu Mehmed II membentuk pemerintahan terpusat, secara hati-hati dia menunjuk para pejabat yang bisa membantunya menerapkan agendanya. Baca juga: Di Tengah Restorasi, Masjid Bersejarah Era Ottoman di Yunani Terbakar Dia mendelegasikan wewenang dan fungsi pemerintahan yang besar kepada para pembesarnya sebagai bagian dari kebijakan agar pemerintahannya tidak terlalu absolut.
4. Kematian Pada 1481, Mehmed II bergerak bersama pasukan Ottoman. Namun saat berada di Maltepe yang merupakan bagian dari Istanbul, dia jatuh sakit. Setelah dirawat selama beberapa hari, Mehmed II meninggal pada 3 Mei 1481 saat dia berusia 49 tahun, dan dimakamkan di Kompleks Masjid Fatih. Kematian Mehmed II disambut sukacita di Eropa pada saat itu, di mana perayaan dan bel gereja dibunyikan. "Elang Agung sudah meninggal," begitulah kabar yang terdengar di Venezia.
Baca juga: Turki Pindahkan Makam Kakek Pendiri Ottoman dari Suriah
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Biografi Tokoh Dunia: Mehmed II Sang Penakluk, Sultan Ottoman Turki",
https://internasional.kompas.com/read/2019/04/02/22084591/biografi-tokoh-dunia-mehmed-ii-sang-penakluk-sultan-ottoman-turki. Penulis : Ardi Priyatno UtomoEditor : Ardi Priyatno Utomo
Ustaz Abdul Somad Dukung Prabowo, Kepala BKN: Beliau Dosen PNS
Jumat, 12 April 2019 – 20:39 WIB
jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Bima Haria Wibisana ikut mengomentari pernyataan terbuka Ustaz Abdul Somad (UAS) yang menyatakan mendukung Prabowo Subianto. Tindakan UAS bertemu dan mendukung capres nomor urut 02 Prabowo itu dinilai sebagai bentuk politik praktis.
“UAS sudah berpolitik praktis. Itu tidak boleh, kan beliau dosen PNS. Meski alasan cuti pun tetap tidak bisa," kata Bima kepada JPNN, Jumat (12/4).
Dia menyebutkan dalam SE Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) tentang Pelaksanaan Netralitas serta PP 42 Tahun 2004 tentang Kode Etik PNS, aturan mainnya sudah jelas. Jangankan bertemu, memberikan tanda like di Facebook saja tidak boleh.
"Yang dilakukan UAS kan sudah melanggar PP 42/2004. Karena UAS yang nyata-nyata PNS bertemu capres kemudian memberikan dukungan," ujarnya.
Dia menegaskan, PNS tidak boleh berpolitik praktis. PNS dilarang mengunggah, menanggapi (seperti like, komentar, dan sejenisnya) atau menyebarluaskan gambar/foto capres-cawapres. Begitu juga visi misi capres-cawapres tidak boleh disebarluaskan.
"PNS berkewajiban merajut NKRI dan memberikan pelayanan publik tanpa diskriminasi. Menjadi PNS itu pilihan, bukan paksaan," tegasnya.
"Kalau tidak mau adil terhadap semua anggota masyarakat, silakan memilih karier yang lain. Karena PNS itu digaji dari seluruh rakyat jadi harus netral. Soal pilihan hati cukup di dalam hati, tidak boleh diungkapkan secara terbuka," sambungnya. (esy/jpnn)
Jumat, 12 April 2019 – 20:39 WIB
jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Bima Haria Wibisana ikut mengomentari pernyataan terbuka Ustaz Abdul Somad (UAS) yang menyatakan mendukung Prabowo Subianto. Tindakan UAS bertemu dan mendukung capres nomor urut 02 Prabowo itu dinilai sebagai bentuk politik praktis.
“UAS sudah berpolitik praktis. Itu tidak boleh, kan beliau dosen PNS. Meski alasan cuti pun tetap tidak bisa," kata Bima kepada JPNN, Jumat (12/4).
Dia menyebutkan dalam SE Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) tentang Pelaksanaan Netralitas serta PP 42 Tahun 2004 tentang Kode Etik PNS, aturan mainnya sudah jelas. Jangankan bertemu, memberikan tanda like di Facebook saja tidak boleh.
"Yang dilakukan UAS kan sudah melanggar PP 42/2004. Karena UAS yang nyata-nyata PNS bertemu capres kemudian memberikan dukungan," ujarnya.
Dia menegaskan, PNS tidak boleh berpolitik praktis. PNS dilarang mengunggah, menanggapi (seperti like, komentar, dan sejenisnya) atau menyebarluaskan gambar/foto capres-cawapres. Begitu juga visi misi capres-cawapres tidak boleh disebarluaskan.
"PNS berkewajiban merajut NKRI dan memberikan pelayanan publik tanpa diskriminasi. Menjadi PNS itu pilihan, bukan paksaan," tegasnya.
Soimah Pancawati
Soimah Pancawati
Mulai dari penyanyi sinden remaja,
Soimah menuai keberhasilan di panggung Nasional
Brilio.net - Mengawali kariernya sebagai penyanyi sinden sejak remaja, Soimah menuai keberhasilan setelah dirinya sering tampil di televisi. Selain piawai bernyanyi, pembawaannya yang kocak membuat Soimah mendapat program talk show pribadinya @ShowImah yang tayang di salah satu stasiun televisi swasta.
Sejak saat itu, pemilik nama lengkap Soimah Pancawati ini semakin dikenal masyarakat Indonesia. Wanita kelahiran Pati tahun 1980 ini juga kerap mendapat tawaran menjadi juri dalam beberapa acara kompetisi nyanyi.
Kini Soimah telah menjadi salah satu artis multitalenta paling dikenal di Indonesia. Kehidupannya bersama keluarga kecilnya pun kini terbilang sangat mapan. Meski kerap disibukkan dengan pekerjaannya di Jakarta, Soimah tetap memilih untuk menetap di Yogyakarta bersama suami dan kedua anaknya.
Selain sering tampil di televisi, Soimah juga kerap memperlihatkan aktivitasnya saat berada di rumahnya yang penuh dengan sentuhan etnik dan vintage. sumber: https://babe.topbuzz.com/a/6650715824329851393?region=id&language=id&app_id=1124&c=social_media&af_sub2=facebook&fbclid=IwAR2P2R7atmghWds4uUhAgTVNzKyYJlHxBaI1Hc24ZRig2NVRq40Ho8CqV0g
Soimah Pancawati
Mulai dari penyanyi sinden remaja,
Soimah menuai keberhasilan di panggung Nasional
Brilio.net - Mengawali kariernya sebagai penyanyi sinden sejak remaja, Soimah menuai keberhasilan setelah dirinya sering tampil di televisi. Selain piawai bernyanyi, pembawaannya yang kocak membuat Soimah mendapat program talk show pribadinya @ShowImah yang tayang di salah satu stasiun televisi swasta.
Sejak saat itu, pemilik nama lengkap Soimah Pancawati ini semakin dikenal masyarakat Indonesia. Wanita kelahiran Pati tahun 1980 ini juga kerap mendapat tawaran menjadi juri dalam beberapa acara kompetisi nyanyi.
Kini Soimah telah menjadi salah satu artis multitalenta paling dikenal di Indonesia. Kehidupannya bersama keluarga kecilnya pun kini terbilang sangat mapan. Meski kerap disibukkan dengan pekerjaannya di Jakarta, Soimah tetap memilih untuk menetap di Yogyakarta bersama suami dan kedua anaknya.
Selain sering tampil di televisi, Soimah juga kerap memperlihatkan aktivitasnya saat berada di rumahnya yang penuh dengan sentuhan etnik dan vintage. sumber: https://babe.topbuzz.com/a/6650715824329851393?region=id&language=id&app_id=1124&c=social_media&af_sub2=facebook&fbclid=IwAR2P2R7atmghWds4uUhAgTVNzKyYJlHxBaI1Hc24ZRig2NVRq40Ho8CqV0g
Fenomena Rocky Gerung dan
Apa Itu Akal Sehat?
Mahfud MD Prediksi Kasus Rocky Gerung Mengendap Lalu Hilang
Ustaz Abdul Somad saat sesi foto untuk tokoh perubahan Republika.
https://youtu.be/Ypav2v5IJi0Ustaz Abdul Somad saat sesi foto untuk tokoh perubahan Republika. |
Ustaz Yusuf Mansur, Dari Bawah Menjadi Pendakwah
Ustaz Yusuf Mansur. (Foto: iNews.id/Felldy Utama). |
Diaz Abraham · Senin, 26 November 2018 - 19:54 WIB
JAKARTA, iNews.id – Siapa tak mengenal Ustaz Yusuf Mansur? Pemimpin Pondok Pesantren Daarul Quran Bulak Santri, Cipondoh, Tangerang ini merupakan salah satu mubaligh muda yang dikenal luas masyarakat berkat keilmuan dan tausiah-nya yang menekankan “The power of sedekah”.
Sedekah memang telah mengubah jalan hidup pria kelahiran Jakarta, 19 Desember 1976 ini. Tak banyak tahu bahwa pendakwah ini memulai kariernya dari bawah. Benar-benar dari bawah.
Jangan dikira semuanya seperti saat ini. Nasib pahit dan kegagalan pernah dirasakannya. Bahkan ketika merintis bisnis pada 1996, ustaz asli Betawi ini bahkan pernah tersandung kasus hukum. Yusuf Mansur masuk hotel prodeo lantaran perkara utang. Kegagalan juga terjadi pada 1998.
Perjalanan hidup itulah yang menempa semangat dan ketakwaan Ustaz Yusuf Mansur. Lewat semangat kerja keras dan tak pernah berhenti sedekah, pria yang juga akrab disapa UYM ini lantas mencoba berjualan es di Termina Kalideres, Jakarta.
Berkat ketekunan dan keikhlasannya itu bisnis UYM mulai berkembang. Usaha yang mengandalkan termos, berubah dengan mengandalkan gerobak. Perlahan, dia memiliki anak buah. Di usia yang sangat muda, UYM kini telah menjadi pendakwah yang disegani. Tausiahnya senantiasa meneduhkan umat.
Ustaz Yusuf Mansyur akan menceritakan lengkap perjananan hidupnya dalam program Alvin & Friends yang akan ditayangkan iNews pada Senin (26/11/2018) pukul 21.30 WIB. Bersama pembawa acara Alvin Adam, UYM akan berbagi inspirasi. Editor : Zen Teguh
sumber:https://www.inews.id/lifestyle/seleb/jalan-hidup-ustaz-yusuf-mansur-dari-bawah-menjadi-pendakwah/361330
ARDI PRIYATNO UTOMO Kompas.com - 24/04/2019, 05:00 WIB
KOMPAS.com - Vladimir Ilyich Ulyanov, dikenal juga dengan nama Vladimir Lenin. merupakan seorang politisi, teoritikus, serta revolusioner dari Rusia. Namanya dikenal dunia setelah mendirikan Partai Komunis Rusia.
Dia menjadi arsitek sekaligus penggerak Revolusi Bolshevik yang berlangsung pada 1917. Lenin kemudian menjabat sebagai Kepala Negara Soviet Rusia sebelum berubah nama menjadi Uni Soviet pada November 1917 hingga dia wafat pada 21 Januari 1924.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah:
Kembalinya Lenin dari Pengasingan Dianggap sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dunia di abad 20, berikut merupakan biografi Lenin setelah dilansir dari berbagai sumber.
1. Masa Kecil Lenin lahir pada 22 April 1870 di Simbirsk dan dibaptis enam hari kemudian. Semasa kecil, dia dipanggil Volodya yang merupakan kependekan dari Vladimir. Merupakan pria terhormat, Lenin menghabiskan waktunya di luar rumah atau bermain catur. Dia juga dikenal sebagai murid yang pandai serta disiplin di Simbirsk Classical Gimnazia.
Pada usia 15 tahun, ayahnya meninggal karena pendarahan otak. Sejak kematian ayahnya, perilaku Lenin berubah. Dia sering uring-uringan dan tidak percaya kepada Tuhan.
Deritanya makin bertambah setelah sang kakak, Alexander, mengikuti pergerakan yang menentang monarki absolut Tsar Alexander III dan mencoba membunuhnya. Sebelum usahanya untuk menaruh bom berhasil, pergerakan mereka keburu terbongkar. Dia diadili dan dijatuhi hukuman mati dengan digantung pada Mei 1886.
Meski sangat terpukul karena kematian ayah serta kakaknya, Lenin tetap melanjutkan pendidikan dan lulus sebagai juara sekolah, serta melanjutkan ke Universitas Kazan. 2. Terkena Radikalisasi Politik Saat belajar di Kazan pada Agustus 1887, dia bergabung dengan zemlyachestvo. Sebuah gerakan universitas berisi perwakilan mahasiswa dari berbagai wilayah. Desember 1887, dia mengambil bagian dalam demonstrasi melawan pemerintah yang melarang adanya kegiatan mahasiswa. Polisi menangkap dan menuduh Lenin sengaja memprovokasi. Baca juga: Diungkap, Mahalnya Biaya Perawatan Jasad Lenin di Mausoleum Kremlin Imbasnya, dia dikeluarkan dari universitas dengan Kementerian Dalam Negeri memilih membuangnya ke kediaman keluarganya di kawasan Kokushkino. Di sana, Lenin menjadi radikal dengan membaca buku seperti What Is To Be Done? karangan Nikolai Chernyshevsky yang membuatnya sangat memuja revolusi politik. Kemudian dia membaca pemikiran filsuf Jerman Karl Marx yang dituangkan dalam buku Das Kapital yang kelak bakal berdampak terhadap pandangannya.
Pada Januari 1889, dia mendeklarasikan diri sebagai Marxist. Ibu Lenin sangat khawatir karena melihat putranya menjadi radikal, dan meyakinkan Kementerian Dalam Negeri agar bersedia mengizinkannya kembali ke Kazan. Meski tidak diizinkan kembali ke kampus, Lenin berhasil menamatkan pendidikan di bidang hukum. Bersama keluarganya, dia pindah ke daerah pedesaan di Samara. Di sana, kliennya merupakan petani. Kesulitan para petani itu dipandang Lenin sebagai bias kelas yang makin membuatnya percaya kepada pandangan Marx. Lenin begitu fokus terhadap revolusi politik. Pertengahan 1890, dia pindah ke St Petersburg yang menjadi ibu kota saat itu, dan menemukan sesama Marxist lainnya. Desember 1895, perkumpulan mereka diketahui pemerintah. Lenin dan Marxist lainnya ditangkap dan ditahan. Dia kemudian dibuang ke Siberia selama tiga tahun. Lepas dari pengasingan, dia pindah ke Muenchen, Jerman, di mana bersama Marxist lainnya mendirikan harian Iskra untuk menyatukan Rusia serta Marxist di Eropa. Dalam Kongres Kedua Partai Buruh Sosial Demokratik Rusia pada 1903, Lenin mengeluarkan retorika berapi-api tentang gagasan untuk membuat pemerintahan yang baru.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Biografi Tokoh Dunia: Vladimir Lenin, Pendiri Uni Soviet", https://internasional.kompas.com/read/2019/04/24/05000051/biografi-tokoh-dunia--vladimir-lenin-pendiri-uni-soviet.
Penulis : Ardi Priyatno Utomo
Editor : Ardi Priyatno Utomo
sumber:https://www.inews.id/lifestyle/seleb/jalan-hidup-ustaz-yusuf-mansur-dari-bawah-menjadi-pendakwah/361330
Biografi Tokoh Dunia: Vladimir Lenin,
Pendiri Uni Soviet
ARDI PRIYATNO UTOMO Kompas.com - 24/04/2019, 05:00 WIB
KOMPAS.com - Vladimir Ilyich Ulyanov, dikenal juga dengan nama Vladimir Lenin. merupakan seorang politisi, teoritikus, serta revolusioner dari Rusia. Namanya dikenal dunia setelah mendirikan Partai Komunis Rusia.
Vladimir Lenin.(britannica.com)
|
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah:
Kembalinya Lenin dari Pengasingan Dianggap sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dunia di abad 20, berikut merupakan biografi Lenin setelah dilansir dari berbagai sumber.
1. Masa Kecil Lenin lahir pada 22 April 1870 di Simbirsk dan dibaptis enam hari kemudian. Semasa kecil, dia dipanggil Volodya yang merupakan kependekan dari Vladimir. Merupakan pria terhormat, Lenin menghabiskan waktunya di luar rumah atau bermain catur. Dia juga dikenal sebagai murid yang pandai serta disiplin di Simbirsk Classical Gimnazia.
Pada usia 15 tahun, ayahnya meninggal karena pendarahan otak. Sejak kematian ayahnya, perilaku Lenin berubah. Dia sering uring-uringan dan tidak percaya kepada Tuhan.
Deritanya makin bertambah setelah sang kakak, Alexander, mengikuti pergerakan yang menentang monarki absolut Tsar Alexander III dan mencoba membunuhnya. Sebelum usahanya untuk menaruh bom berhasil, pergerakan mereka keburu terbongkar. Dia diadili dan dijatuhi hukuman mati dengan digantung pada Mei 1886.
Meski sangat terpukul karena kematian ayah serta kakaknya, Lenin tetap melanjutkan pendidikan dan lulus sebagai juara sekolah, serta melanjutkan ke Universitas Kazan. 2. Terkena Radikalisasi Politik Saat belajar di Kazan pada Agustus 1887, dia bergabung dengan zemlyachestvo. Sebuah gerakan universitas berisi perwakilan mahasiswa dari berbagai wilayah. Desember 1887, dia mengambil bagian dalam demonstrasi melawan pemerintah yang melarang adanya kegiatan mahasiswa. Polisi menangkap dan menuduh Lenin sengaja memprovokasi. Baca juga: Diungkap, Mahalnya Biaya Perawatan Jasad Lenin di Mausoleum Kremlin Imbasnya, dia dikeluarkan dari universitas dengan Kementerian Dalam Negeri memilih membuangnya ke kediaman keluarganya di kawasan Kokushkino. Di sana, Lenin menjadi radikal dengan membaca buku seperti What Is To Be Done? karangan Nikolai Chernyshevsky yang membuatnya sangat memuja revolusi politik. Kemudian dia membaca pemikiran filsuf Jerman Karl Marx yang dituangkan dalam buku Das Kapital yang kelak bakal berdampak terhadap pandangannya.
Pada Januari 1889, dia mendeklarasikan diri sebagai Marxist. Ibu Lenin sangat khawatir karena melihat putranya menjadi radikal, dan meyakinkan Kementerian Dalam Negeri agar bersedia mengizinkannya kembali ke Kazan. Meski tidak diizinkan kembali ke kampus, Lenin berhasil menamatkan pendidikan di bidang hukum. Bersama keluarganya, dia pindah ke daerah pedesaan di Samara. Di sana, kliennya merupakan petani. Kesulitan para petani itu dipandang Lenin sebagai bias kelas yang makin membuatnya percaya kepada pandangan Marx. Lenin begitu fokus terhadap revolusi politik. Pertengahan 1890, dia pindah ke St Petersburg yang menjadi ibu kota saat itu, dan menemukan sesama Marxist lainnya. Desember 1895, perkumpulan mereka diketahui pemerintah. Lenin dan Marxist lainnya ditangkap dan ditahan. Dia kemudian dibuang ke Siberia selama tiga tahun. Lepas dari pengasingan, dia pindah ke Muenchen, Jerman, di mana bersama Marxist lainnya mendirikan harian Iskra untuk menyatukan Rusia serta Marxist di Eropa. Dalam Kongres Kedua Partai Buruh Sosial Demokratik Rusia pada 1903, Lenin mengeluarkan retorika berapi-api tentang gagasan untuk membuat pemerintahan yang baru.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Biografi Tokoh Dunia: Vladimir Lenin, Pendiri Uni Soviet", https://internasional.kompas.com/read/2019/04/24/05000051/biografi-tokoh-dunia--vladimir-lenin-pendiri-uni-soviet.
Penulis : Ardi Priyatno Utomo
Editor : Ardi Priyatno Utomo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar