"Tokoh": Rocky Gerung ; Ustaz Abdul Somad (UAS)Tokoh Perubahan


Mehmed II Sang Penakluk, 

Sultan Ottoman Turki

 ARDI PRIYATNO UTOMO Kompas.com - 02/04/2019, 22:08 WIB

KOMPAS.com - Mehmed II, atau juga dikenal sebagai Mehmed Sang Penakluk, adalah Sultan Ottoman Turki yang berkuasa pada Agustus 1444 hingga September 1446, kemudian Februari 1451 sampai Mei 1481. 

Mehmed II Sang Penakluk, Sultan Ottoman Turki
Mehmed II Sang Penakluk, Sultan Ottoman Turki(via Daily Sabah)

Pada usia 21 tahun, dia menaklukkan Konstantinopel (kini kota Istanbul) dan menyudahi Kekaisaran Byzantium atau Kekaisaran Roma Timur. Dia dianggap sebagai pahlawan di Turki modern dengan di Istanbul, terdapat kawasan yang dinamai sepeti Distrik Fatih, Masjid Fatih, maupun Jembatan Fatih Sultan Mehmed. 
Baca juga: Lahir di Zaman Ottoman, Pria Lebanon Ini Sudah Berusia 125 Tahun 
Diperoleh dari berbagai sumber, berikut merupakan biografi dari sultan yang daerah kekuasaannya bisa mencakup Bosnia di Eropa. 
1. Masa Kecil dan Awal Berkuasa Mehmed II lahir pada 30 Maret 1432 di Edirne yang kemudian jadi ibu kota Ottoman. Ayahnya adalah Sultan Murad II dan ibunya Huma Valide Hatun. Saat usianya baru berusia 11 tahun, Mehmed II dikirim oleh ayahnya ke Amasya dan menjabat sebagai gubernur di sana untuk mendapatkan pengalaman. Setelah Murad II mencapai kesepakatan dengan Karamanids di Anatolia pada Agustus 1444, dia turun takhta dan memberi kesempatan kepada putranya untuk naik. Saat awal dia berkuasa, dia memimpin pasukan dan mengalahkan pasukan Hongaria di bawah pimpinan ksatria bernama John Hunyadi yang merusak Perjanjian Szeged. Saat itu pasukan Hongaria menyerang karena terpengaruh Kardinal Julian Cesarini, utusan Paus Martinus V, meyakinkan raja melakukan serangan tidak berbahaya. Mehmed kemudian turun takhta setelah pada September 1446 dan digantikan ayahnya setelah dipaksa Perdana Menteri Candarli Halil Pasa. 
2. Penaklukan Konstantinopel Setelah kembali berkuasa pada 1451, Mehmed II sudah mendedikasikan dirinya untuk memperkuat angkatan laut Ottoman dan merebut Konstantinopel. Dua tahun kemudian, Mehmed II pun melancarkan pengepungan berkekuatan 80.000-200.000, kumpulan artileri, hingga 320 kapal perang. Pada 6 April 1453, Pengepungan Konstantinopel pun dimulai dan berlangsung selama 53 hari hingga Mehmed menang di 29 Mei 1453. 
Baca juga: Konflik Israel-Palestina (2): 

Runtuhnya Ottoman dan Mandat Palestina Meski mendapat bantuan dari pembelot Ottoman hingga Vatikan, Kaisar Constantine XI yang hanya memimpin 10.000 pasukan dan 26 kapal tak kuasa membendung Ottoman. 
Setelah Konstantinopel jatuh ke tangannya, Mehmed II pun mengklaim titel Kaisar berdasarkan Kekaisaran Romawi (Qayser-i-Rum). 
Setelah Konstantinopel, Mehmed II mengarahkan pasukannya ke Provinsi Morea di Peloponnesos pada 1461 dan Kekaisaran Trebizond setahun berselang. 

3. Menciptakan Pemerintahan Terpusat Setelah melakukan banyak penaklukan di Serbia, Albania, hingga Crimea, Ottoman mulai mengonsolidasikan kerajaannya dengan membentuk pemerintahan. Divan (pengadilan kerajaan) berisi para pejabat yang hanya setia kepada dia dan membolehkannya menggunakan otoritas dan kekuasaan yang besar. 
Begitu Mehmed II membentuk pemerintahan terpusat, secara hati-hati dia menunjuk para pejabat yang bisa membantunya menerapkan agendanya. Baca juga: Di Tengah Restorasi, Masjid Bersejarah Era Ottoman di Yunani Terbakar Dia mendelegasikan wewenang dan fungsi pemerintahan yang besar kepada para pembesarnya sebagai bagian dari kebijakan agar pemerintahannya tidak terlalu absolut. 
4. Kematian Pada 1481, Mehmed II bergerak bersama pasukan Ottoman. Namun saat berada di Maltepe yang merupakan bagian dari Istanbul, dia jatuh sakit. Setelah dirawat selama beberapa hari, Mehmed II meninggal pada 3 Mei 1481 saat dia berusia 49 tahun, dan dimakamkan di Kompleks Masjid Fatih. Kematian Mehmed II disambut sukacita di Eropa pada saat itu, di mana perayaan dan bel gereja dibunyikan. "Elang Agung sudah meninggal," begitulah kabar yang terdengar di Venezia. 

Baca juga: Turki Pindahkan Makam Kakek Pendiri Ottoman dari Suriah

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Biografi Tokoh Dunia: Mehmed II Sang Penakluk, Sultan Ottoman Turki", 
https://internasional.kompas.com/read/2019/04/02/22084591/biografi-tokoh-dunia-mehmed-ii-sang-penakluk-sultan-ottoman-turkiPenulis : Ardi Priyatno UtomoEditor : Ardi Priyatno Utomo




Ustaz Abdul Somad Dukung Prabowo, Kepala BKN: Beliau Dosen PNS - JPNN.COM

Ustaz Abdul Somad Dukung Prabowo, Kepala BKN: Beliau Dosen PNS

Jumat, 12 April 2019 – 20:39 WIB
jpnn.comJAKARTA - Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Bima Haria Wibisana ikut mengomentari pernyataan terbuka Ustaz Abdul Somad (UAS) yang menyatakan mendukung Prabowo Subianto. Tindakan UAS bertemu dan mendukung capres nomor urut 02 Prabowo itu dinilai sebagai bentuk politik praktis.
“UAS sudah berpolitik praktis. Itu tidak boleh, kan beliau dosen PNS. Meski alasan cuti pun tetap tidak bisa," kata Bima kepada JPNN, Jumat (12/4).
Dia menyebutkan dalam SE Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) tentang Pelaksanaan Netralitas serta PP 42 Tahun 2004 tentang Kode Etik PNS, aturan mainnya sudah jelas. Jangankan bertemu, memberikan tanda like di Facebook saja tidak boleh.
"Yang dilakukan UAS kan sudah melanggar PP 42/2004. Karena UAS yang nyata-nyata PNS bertemu capres kemudian memberikan dukungan," ujarnya.
Dia menegaskan, PNS tidak boleh berpolitik praktis. PNS dilarang mengunggah, menanggapi (seperti like, komentar, dan sejenisnya) atau menyebarluaskan gambar/foto capres-cawapres. Begitu juga visi misi capres-cawapres tidak boleh disebarluaskan.
"PNS berkewajiban merajut NKRI dan memberikan pelayanan publik tanpa diskriminasi. Menjadi PNS itu pilihan, bukan paksaan," tegasnya.
"Kalau tidak mau adil terhadap semua anggota masyarakat, silakan memilih karier yang lain. Karena PNS itu digaji dari seluruh rakyat jadi harus netral. Soal pilihan hati cukup di dalam hati, tidak boleh diungkapkan secara terbuka," sambungnya. (esy/jpnn)



Soimah Pancawati

Soimah Pancawati 

Mulai dari penyanyi sinden remaja, 

Soimah menuai keberhasilan di panggung Nasional

Brilio.net - Mengawali kariernya sebagai penyanyi sinden sejak remaja, Soimah menuai keberhasilan setelah dirinya sering tampil di televisi. Selain piawai bernyanyi, pembawaannya yang kocak membuat Soimah mendapat program talk show pribadinya @ShowImah yang tayang di salah satu stasiun televisi swasta.
Sejak saat itu, pemilik nama lengkap Soimah Pancawati ini semakin dikenal masyarakat Indonesia. Wanita kelahiran Pati tahun 1980 ini juga kerap mendapat tawaran menjadi juri dalam beberapa acara kompetisi nyanyi.
Kini Soimah telah menjadi salah satu artis multitalenta paling dikenal di Indonesia. Kehidupannya bersama keluarga kecilnya pun kini terbilang sangat mapan. Meski kerap disibukkan dengan pekerjaannya di Jakarta, Soimah tetap memilih untuk menetap di Yogyakarta bersama suami dan kedua anaknya.
Selain sering tampil di televisi, Soimah juga kerap memperlihatkan aktivitasnya saat berada di rumahnya yang penuh dengan sentuhan etnik dan vintage. sumber: https://babe.topbuzz.com/a/6650715824329851393?region=id&language=id&app_id=1124&c=social_media&af_sub2=facebook&fbclid=IwAR2P2R7atmghWds4uUhAgTVNzKyYJlHxBaI1Hc24ZRig2NVRq40Ho8CqV0g  
Rocky Gerung. (ilustrasi)
Rocky Gerung. (ilustrasi)
Foto: Antara/Harry T

Bagi Rocky konsep penguasa 
harus diuji dengan kontradiksi

Fenomena Rocky Gerung dan

 Apa Itu Akal Sehat?

Selasa 29 Jan 2019 05:03 WIB

Red: Muhammad Subarkah
Oleh: Dr Syahganda Nainggolan, Pendiri Sabang Merauke Circle

Seorang pejabat tinggi negara mengirimkan video pidato Rocky Gerung (RG) selama tigs menit lebih ke WA saya sambil mendecak kagum, luar biasa. Saya menonton video itu, kuliah RG dihadapan belasan ribu alumni perguruan tinggi (PT) se Indonesia, di daerah Taman Mini, Sabtu lalu.
Saya sendiri tidak bisa hadir karena jadwal saya bentrok dengan jadwal lunch dengan Anies Baswedan.
Mungkin pidato RG itu terpotong, tapi dalam tiga menitan itu saya dapat mengambil sari daripadanya, yakni:
Pertama, Alasan utama RG datang di forum alumni PT itu adalah mengembalikan akal sehat di negeri ini.
Sebagai masyarakat berpendidikan tinggi, RG mengatakan bahwa demokrasi itu adalah pemerintah akal (government of reason) melalui pemerintah rakyat (government of people). Maka orang-orang  yang kurang berakal, apalagi melibatkan orang-orang gila dalam berdemokrasi, menurutnya adalah sebuah ketidakwarasan.
Kedua. Universitas saat ini gagal menjalankan fungsi dan keberadaannya sebagai pusat distribusi akal pikiran. Padahal keberadaan kampus, sesuai desainnya,  seharusnya mampu sebagai sumur akal pikiran. Akal pikiran itu artinya mempunyai kritik terhadap kekuatan dominan. Sayangnya kampus saat ini menjada pusat "grasa-grusu"  alias abal-abal.
Ketiga. Pentingnya akal pikiran karena akal pikiran inilah yang mampu mentransformasi kaum milenial pada pertarungan 2024. Sebuah pertarungan pikiran bukan perasaan.
Keempat. Tanpa kritik, sebuah  pandangan tidak akan menghasilkan dialektika. Kritik harus ada sehingga melahirkan anti tesa. Tesa - Anti tesa akan melahirkan sintesa.
Otak-otak kita harus banyak dicuci dengan argumen. Melalui argumen kontra argumen, bukan pemalsuan pikiran, yang menjadikan dialektika berkembang.
Kelima. RG merujuk pada kekuatan Tuhan YME atau alam semesta yang maha adil dalam membagikan akal pikiran kepada manusia. Dengan akal pikiran semua perbedaan fisikal manusia terhilangkan.
Untuk membahas pikiran RG yang diposting ke saya Subuh kemarin, saya membutuhkan lebih dari 12 jam membaca berbagai pikiran filosof, seperti Aristotle, Socrates, Hume, Darwin, Nietzsche, Jean Paul Satre, Heidegger, Husserl, Hawking dan Friedrich Hegel serta sekilas pikiran Abu Sina dan Mulla Sadra. Sebab, memahami RG dengan ilmu biasa tentu tidak mungkin, karena RG ini sudah menjadi filosof terbesar bangsa kita di abad ini. Perlu kelengkapan pikiran filosof untuk membahas pikiran filosof (i).
Marilah kita bahas pikiran RG tersebut sebagai berikut:
1. Tentang Akal Sehat (common sense).
Akal sehat, menurut definisi Aristotles adalah  kemampuan seseorang melakukan penilaian (judgment) yang bersifat basic (dasar) bagi manusia dan hewan, tetapi hanya manusia yang mempunyai "real reasoned thinking".
Akal sehat menurut RG bersifat a priori bukan a posteriori. Akal sehat muncul dari akal pikiran yang diberikan Tuhan atau alam semesta kepada manusia sebagai kebaikan Tuhan sehingga manusia bisa menjalankan misi kehidupannya.
Lebih lanjut, "Common Sense" adalah sebuah wisdom, "self-evident truth" namun rasional. "Rationalism vs empiricism"  dalam menentukan akal sehat sudah menjadi perdebatan lama. Hegelianism tidak membutuhkan pengalaman empirik untuk meyakini sebuah akal sehat. Sebaliknya, misalnya Marx, meyakini akal sehat produk dari sejarah dan materialism.
Dalam membahas peranan kampus sebagai "sumur pikiran" dan pusat peradaban akal sehat, misalnya,  RG secara sepihak meyakini bahwa kampus memang di desain untuk kemashalatan manusia. Pikiran ini bertentangan dengan fakta alternatif bahwa kampus memang di desain untuk menjadi alat pembenar kekuasaan dan pemilik modal. Contoh, dalam masa Sukarno dan Suharto, kampus dan para professor berperan membenarkan semua tidakan kekerasan rezim untuk membungkam kebebasan berpendapat dan ilmiah. Bahkan, misalnya, di German di masa Hitler, pembunuhan 2 juta orang Jahudi dilakukan atas dikungan kampus dan intelektual di sana.
2. Tentang Dialektika
RG menekankan pentingnya kritik. Kritik itu mempunyai pengertian pada dataran konseptual maupun realitas. Dalam pegertian konsepsi, RG menyebutkan istilah Dialektika, yakni setiap argumen (tesa) harus dikritik dengan argumen lain yang oposit (antitesa) sehingga melahirkan sintesa.
Dalam dataran empirik, RG menyebutkan tanpa kritik, kekuasaan akan jauh dari keseimbangan (power balance). Tanpa keseimbangan kekuasaan, akan terjadi dominasi yang cenderung jahat. RG berpendapat bahwa kampus dilahirkan untuk mengkritik kekuasaan, bukan membungkuk.
Dialektika versi RG adalah dialektika Hegelianism, yang beroposisi adalah konsep atau definisi. Bukan masa Socrates  yang beroposisi orang vs. orang lain.
Dengan kontradiksi2 dari konsep2 yang beroposisi, diinginkan suatu konsep yang lebih sempurna sebagai sintesa.
Sebagai mazhab phenomenology, RG mendorong sebuah pemikiran yang holistik untuk melihat persoalan masa depan (reinventing the future) dengan tetap melihat masa lalu (remembering the past).
Konsep menurutnya adalah penghubung masa lalu ke masa depan. Sehingga rezim tanpa (bersandar) pada akal sehat tidak akan mampu menjembatani transformasi yang dibutuhkan.
3. Tentang Kebenaran yang Dipalsukan
RG menyebutkan bahwa tidak benar pikiran pendukung Jokowi yang mengkritik dirinya tidak mengkritik Prabowo. Pikiran seperti itu adalah pikiran palsu. Sebab, menurut RG, tidak ada sandaran logis bagi dirinya untuk mengkritik Prabowo yang tidak berkuasa. Jika RG diundang ke forum pro Jokowi, dia pasti hadir, tapi bukan untuk mengkritik Prabowo, melainkan untuk mengkritik Jokowi. Kenapa?
Karena penguasa adalah pemilik konsep utama (baik standar kebenaran maupun pembangunan) yang membutuhkan kontra konsep. Dalam apa yang dimaksud sebelumnya adalah untuk dialektika tadi.
Konsep sang penguasa adalah konsep yang harus diuji dengan kontradiksi. Itu hanya bisa dilakukan oleh oposisi. Untuk itu Rocky berjanji bahwa dia akan beroposisi terhadap Prabowo setelah dua belas menit sejak Prabowo dilantik pada 2019 nanti.
Atas hal tersebut, saat ini, Rocky Gerung adalah filosof besar bangsa kita. Meskipun secara mazhab, RG berbeda dengan kaum empiricist seperti Darwinis, Marx, dan Nietzsche, namun pikiran-pikiran RG selain berguna bagi kaum idealis, dapat juga memotovasi kaum "empiricist" untuk muncul memberi pencerahan buat bangsa kita.
sumber:  
https://republika.co.id/berita/kolom/wacana/19/01/29/pm1lvj385-fenomena-rocky-gerung-dan-apa-itu-akal-sehat

Mahfud MD Prediksi Kasus Rocky Gerung Mengendap Lalu Hilang

bmw, CNN Indonesia | Sabtu, 02/02/2019 11:42 WIB


Mahfud MD Prediksi Kasus Rocky Gerung Mengendap Lalu HilangRocky Gerung. (CNN Indonesia/Safir Makki)


 Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menduga kasus 'kitab suci fiksi' yang menjerat Rocky Gerung di kepolisian akan mengendap hingga Pemilu 2019 usai, lalu hilang begitu saja.
"Kalau saya tidak paham dan mungkin ini akan mengendap sampai akhir pemilu dan lalu akan hilang seperti lain-lain," ucap Mahfud di kampus Universitas Paramadina, Jakarta, Jumat (1/2). Kasus Rocky disebut akan seperti kasus-kasus lain di kepolisian yang tidak jelas kabarnya. Mahfud mengatakan hal itu lantaran dirinya sendiri tidak menemukan dalil hukum yang tepat untuk menjerat Rocky atas ucapannya. 
Lihat juga:

"Makanya kemarin dari tim penyidik sudah mengundang untuk klarifikasi, tapi yang bersangkutan aturannya kemarin diundur hari ini setelah Jumatan jam 2 lebih," jelas Argo (bmw/wis)

Dia menilai Rocky memiliki pandangan dan perspektif yang ilmiah. Kemudian, kata Mahfud, Rocky dipermasalahkan karena diduga melakukan penodaan agama. 
"Saya belum tahu apa yang mau dituduhkan ke Rocky Gerung, ya. Saya tidak menemukan ya tapi polisi mungkin punya dalilnya dan kita tunggu pengumumannya," kata Mahfud. 
Sebelumnya, Rocky Gerung diundang Polda Metro Jaya untuk memberikan klarifikasi pada hari ini Jumat (1/2). Dia memenuhi undangan tersebut. 
Lihat juga:
Rocky memberikan klarifikasi atas ucapannya yang menyebut kitab suci fiksi. Dia diundang kepolisian sebagai tindak lanjut dari laporan Jack Boyd Lapian yang mempersoalkan ucapan Rocky tersebut. 
Kasus Rocky mendapat sorotan karena prosesnya panjang. Dia dilaporkan pada April 2018 oleh Jack Boyd Lapian dengan nomor LP/512/IV/2018/Bareskrim tertanggal 16 April 2018 dengan sangkaan melanggar Pasal 156a KUHP.
"Tidak tahu (politis atau tidak). Setiap ada penundaan berarti ada manipulasi, kan, rumusnya begitu," kata Rocky saat tiba di Polda Metro Jaya.
Lihat juga:
Sementara itu Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo menegaskan polisi hanya menjalankan prosedur karena ada laporan dari Jack Boyd Lapian.
"Itu bukan kriminalisasi, tetapi ada laporan atas nama Pak Jack Lapian melaporkan pak Rocky Gerung," kata Argo.




Ustaz Abdul Somad saat sesi foto untuk tokoh Perubahan Republika.
Ustaz Abdul Somad saat sesi foto untuk tokoh perubahan Republika.

'Di balik penghargaan ini ada rasa malu.'

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustaz Abdul Somad (UAS) menjadi salah satu yang mendapatkan penganugerahan Tokoh Perubahan Republika 2017. Dai bergelar adat Datuk Seri Ulama Setia Negara ini mengaku cukup terkejut saat pertama kali mendapatkan kabar bahwa dia akan diberi penghargaan Tokoh Perubahan Republika.
"Maka di balik penghargaan ini ada rasa malu apa yang dilakukan oleh alfaqir Abdul Somad tetapi menjadi besar karena sahabat-sahabat yang berjuang di media," ujar Ustaz Abdul Somad, sesaat setelah menghadiri acara Tokoh Perubahan Republika.co.id, di Jakarta, Selasa (10/4) malam WIB.
Menurut penceramah kelahiran Silo Lama, Asahan, Sumatra Utara, 18 Mei 1977 itu menyatakan bahwa tidak ada yang namanya opini publik. Justru, kata dia, yang ada hanyalah opini yang selalu dipublikasikan menuju perubahan yang lebih baik.
Ustaz Abdul Somad memiliki keyakinan, dengan perubahan-perubahan yang menuju lebih baik, maka Indonesia akan menjadi lebih baik pula. "Indonesia insya Allah akan menjadi negeri yang lebih baik, baldatun toyyibatun wa robbun ghofur," tegas Ustaz Abdul Somad.
Di tengah-tengah kesibukannya, Dosen pada Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim, Riau, itu menyempatkan diri untuk datang ke acara Tokoh Perubahan Republika. Ustaz Abdul Somad datang menggunakan kopiah hitam dan baju kokoh khasnya. Dia memasuki ballroom melalui pintu belakang untuk menghindari keramaian yang berlebih.
Acara yang digelar sejak 2005 tersebut, merupakan ajang pemberian apresiasi terhadap tokoh tokoh Indonesia yang mendorong perubahan di berbagai bidang. Tokoh perubahan Republika kali ini mengusung tema 'Memperkuat Simpul Pemersatu Bangsa'.
Adapun mereka yang terpilih menjadi Tokoh Perubahan Republika 2017 yakni Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Suprajarto, pendakwah Ustaz Abdul Somad, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia Komisaris Jenderal Polisi Syafruddin, dan Owner Trusmi Group Sally Giovanny.



https://youtu.be/Ypav2v5IJi0





Ustaz Yusuf Mansur, Dari Bawah Menjadi Pendakwah


Jalan Hidup Ustaz Yusuf Mansur, dari Bawah Menjadi Pendakwah
Ustaz Yusuf Mansur. (Foto: iNews.id/Felldy Utama).

Diaz Abraham · Senin, 26 November 2018 - 19:54 WIB
JAKARTA, iNews.id – Siapa tak mengenal Ustaz Yusuf Mansur? Pemimpin Pondok Pesantren Daarul Quran Bulak Santri, Cipondoh, Tangerang ini merupakan salah satu mubaligh muda yang dikenal luas masyarakat berkat keilmuan dan tausiah-nya yang menekankan “The power of sedekah”.
Sedekah memang telah mengubah jalan hidup pria kelahiran Jakarta, 19 Desember 1976 ini. Tak banyak tahu bahwa pendakwah ini memulai kariernya dari bawah. Benar-benar dari bawah.
Jangan dikira semuanya seperti saat ini. Nasib pahit dan kegagalan pernah dirasakannya. Bahkan ketika merintis bisnis pada 1996, ustaz asli Betawi ini bahkan pernah tersandung kasus hukum. Yusuf Mansur masuk hotel prodeo lantaran perkara utang. Kegagalan juga terjadi pada 1998.
Perjalanan hidup itulah yang menempa semangat dan ketakwaan Ustaz Yusuf Mansur. Lewat semangat kerja keras dan tak pernah berhenti sedekah, pria yang juga akrab disapa UYM ini lantas mencoba berjualan es di Termina Kalideres, Jakarta.
Berkat ketekunan dan keikhlasannya itu bisnis UYM mulai berkembang. Usaha yang mengandalkan termos, berubah dengan mengandalkan gerobak. Perlahan, dia memiliki anak buah. Di usia yang sangat muda, UYM kini telah menjadi pendakwah yang disegani. Tausiahnya senantiasa meneduhkan umat.
Ustaz Yusuf Mansyur akan menceritakan lengkap perjananan hidupnya dalam program Alvin & Friends yang akan ditayangkan iNews pada Senin (26/11/2018) pukul 21.30 WIB. Bersama pembawa acara Alvin Adam, UYM akan berbagi inspirasi. Editor : Zen Teguh

sumber:https://www.inews.id/lifestyle/seleb/jalan-hidup-ustaz-yusuf-mansur-dari-bawah-menjadi-pendakwah/361330


Biografi Tokoh Dunia: Vladimir Lenin, 

Pendiri Uni Soviet 



ARDI PRIYATNO UTOMO Kompas.com - 24/04/2019, 05:00 WIB
KOMPAS.com - Vladimir Ilyich Ulyanov, dikenal juga dengan nama Vladimir Lenin. merupakan seorang politisi, teoritikus, serta revolusioner dari Rusia. Namanya dikenal dunia setelah mendirikan Partai Komunis Rusia. 
Vladimir Lenin.
Vladimir Lenin.(britannica.com)
Dia menjadi arsitek sekaligus penggerak Revolusi Bolshevik yang berlangsung pada 1917. Lenin kemudian menjabat sebagai Kepala Negara Soviet Rusia sebelum berubah nama menjadi Uni Soviet pada November 1917 hingga dia wafat pada 21 Januari 1924. 
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 

Kembalinya Lenin dari Pengasingan Dianggap sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dunia di abad 20, berikut merupakan biografi Lenin setelah dilansir dari berbagai sumber. 
1. Masa Kecil Lenin lahir pada 22 April 1870 di Simbirsk dan dibaptis enam hari kemudian. Semasa kecil, dia dipanggil Volodya yang merupakan kependekan dari Vladimir. Merupakan pria terhormat, Lenin menghabiskan waktunya di luar rumah atau bermain catur. Dia juga dikenal sebagai murid yang pandai serta disiplin di Simbirsk Classical Gimnazia. 
Pada usia 15 tahun, ayahnya meninggal karena pendarahan otak. Sejak kematian ayahnya, perilaku Lenin berubah. Dia sering uring-uringan dan tidak percaya kepada Tuhan. 
Deritanya makin bertambah setelah sang kakak, Alexander, mengikuti pergerakan yang menentang monarki absolut Tsar Alexander III dan mencoba membunuhnya. Sebelum usahanya untuk menaruh bom berhasil, pergerakan mereka keburu terbongkar. Dia diadili dan dijatuhi hukuman mati dengan digantung pada Mei 1886. 
Meski sangat terpukul karena kematian ayah serta kakaknya, Lenin tetap melanjutkan pendidikan dan lulus sebagai juara sekolah, serta melanjutkan ke Universitas Kazan. 2. Terkena Radikalisasi Politik Saat belajar di Kazan pada Agustus 1887, dia bergabung dengan zemlyachestvo. Sebuah gerakan universitas berisi perwakilan mahasiswa dari berbagai wilayah. Desember 1887, dia mengambil bagian dalam demonstrasi melawan pemerintah yang melarang adanya kegiatan mahasiswa. Polisi menangkap dan menuduh Lenin sengaja memprovokasi. Baca juga: Diungkap, Mahalnya Biaya Perawatan Jasad Lenin di Mausoleum Kremlin Imbasnya, dia dikeluarkan dari universitas dengan Kementerian Dalam Negeri memilih membuangnya ke kediaman keluarganya di kawasan Kokushkino. Di sana, Lenin menjadi radikal dengan membaca buku seperti What Is To Be Done? karangan Nikolai Chernyshevsky yang membuatnya sangat memuja revolusi politik. Kemudian dia membaca pemikiran filsuf Jerman Karl Marx yang dituangkan dalam buku Das Kapital yang kelak bakal berdampak terhadap pandangannya. 
Pada Januari 1889, dia mendeklarasikan diri sebagai Marxist. Ibu Lenin sangat khawatir karena melihat putranya menjadi radikal, dan meyakinkan Kementerian Dalam Negeri agar bersedia mengizinkannya kembali ke Kazan. Meski tidak diizinkan kembali ke kampus, Lenin berhasil menamatkan pendidikan di bidang hukum. Bersama keluarganya, dia pindah ke daerah pedesaan di Samara. Di sana, kliennya merupakan petani. Kesulitan para petani itu dipandang Lenin sebagai bias kelas yang makin membuatnya percaya kepada pandangan Marx. Lenin begitu fokus terhadap revolusi politik. Pertengahan 1890, dia pindah ke St Petersburg yang menjadi ibu kota saat itu, dan menemukan sesama Marxist lainnya. Desember 1895, perkumpulan mereka diketahui pemerintah. Lenin dan Marxist lainnya ditangkap dan ditahan. Dia kemudian dibuang ke Siberia selama tiga tahun. Lepas dari pengasingan, dia pindah ke Muenchen, Jerman, di mana bersama Marxist lainnya mendirikan harian Iskra untuk menyatukan Rusia serta Marxist di Eropa. Dalam Kongres Kedua Partai Buruh Sosial Demokratik Rusia pada 1903, Lenin mengeluarkan retorika berapi-api tentang gagasan untuk membuat pemerintahan yang baru.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Biografi Tokoh Dunia: Vladimir Lenin, Pendiri Uni Soviet", https://internasional.kompas.com/read/2019/04/24/05000051/biografi-tokoh-dunia--vladimir-lenin-pendiri-uni-soviet
Penulis : Ardi Priyatno Utomo
Editor : Ardi Priyatno Utomo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar