“Dalam kasus bentrok di perbatasan Taram dan Pilubang, penyidik menetapkan satu lagi tersangka, atas nama Tedi Sutendi” AKBP Haris Hadis, Kapolres Limapuluh Kota.
Anggota DPRD Limapuluh Kota,
Tedi Sutendi Tersangka Pembunuhan.
LIMAPULUH KOTA, HARIANHALUAN.COM – Penyidik Satreskrim Polres Payakumbuh berhasil mengurai akar masalah bentrok berdarah di BukitAir Suci, perbatasan Taram dan Pilubang, Kecamatan Harau, Limapuluh Kota. Penyidikan yang dilakukan juga menetapkan anggota DPRD Limapuluh Kota, Tedi Sutendi sebagai tersangka pembunuhan.
Tedi dianggap bertanggung jawab atas tewasnya, Erwin Saputra, (34), warga Jorong Koto Nan Gadang, Nagari Pilubang, Kecamatan Harau. Erwin adalah korban bentrok perebutan tanah ulayat di Bukit Air Suci.
Dia terlibat parang ladiang dengan Tedi dan Tito (40) – adik Tedi Sutendi –. Erwin yang hanya petani garapan dan menurut warga ingin mempertahankan tanahnya, tewas dengan sejumlah luka sabetan parang. Tedi dan Tito juga berdarah-darah. Bahkan, hingga saat ini, Tedi masih dirawat di RSUP M Djamil Padang. Dia sempat kritis. Tapi, kondisinya kian membaik dan sudah berkomunikasi. Kakak beradik itu sekarang sudah ditetapkan sebagai tersangka. Tito sudah sejak Selasa menyandang status tertuduh.
Penetapan Tedi Sutendi sebagai tersangka dibenarkan Kapolres Limapuluh Kota, AKBP Haris Hadis.
“Dalam kasus bentrok di perbatasan Taram dan Pilubang, penyidik menetapkan satu lagi tersangka, atas nama Tedi Sutendi. Ini penetapan kedua. Sebelumnya, Tito juga ditetapkan sebagai tersangka,” terang AKBP Haris Hadis saat dijumpai di Mapolres Limapuluh Kota, KM 11, Jalan Sumbar – Riau, Ketinggian, Harau, Rabu (13/9).
Penetapan wakil rakyat dari partai Hanura tersebut sebagai tersangka berdasarkan keterangan 13 saksi yang sudah diperiksa penyidik. Selain itu, sejumlah alat bukti yang ditemukan petugas, juga menguatkan kalau Tedi mesti bertanggung jawab atas hilangnya nyawa Erwin.
“Segala proses yang terjadi dalam penyidikan berdasarkan keterangan saksi dan bukti yang didapat, termasuk penetapan Tedi Sutendi sebagai tersangka,” sebut AKBP Haris.
Kapolres yang alumnus Akpol 1997 tersebut juga menyebutkan, penyidikan yang dilakukan belum usai. Petugas masih bekerja untuk mengungkap fakta hukum lainnya, termasuk latar belakang masalah, yang menjadi pemicu bentrok.
“Penyidik masih bekerja, belum usai. Tunggu saja perkembangannya,” lanjut Haris.
Minggu (10/9), publik dihebohkan dengan tewasnya Erwin dalam bentrok berdarah di Bukit Air Suci, yang merupakan batas Nagari Taram, Nagari Pilubang dan Nagari Sarilamak. Tiga nagari tersebut, berada di dalam Kecamatan Harau, Ibukota Limapuluh Kota. Erwin tewas di RSUD Adnaan WD Payakumbuh, dengan kondisi luka parah.
Hasil pemeriksaan dr Intan dan petugas IGD, ditemukan luka lengan kiri sepanjang 16 centimeter, dalam 6 centimeter. Kemudian di tubuh korban Erwin, terdapat luka pada jempol tangan kiri, luka robek belakang kepala hingga ke dasar tengkorak. Sedangkan Tedi Sutendi dan adiknya, Tito alias Pito mengalami luka serius di punggung belakang hingga tembus ke perutnya.
Sebelum tewas, Erwin yang sehari-hari menyambi sebagai sopir, bersama ratusan masyarakat adat Pilubang berangkat dari kampung kecil mereka, naik ke atas perbukitan untuk berladang.
Dari rekaman video yang beredar, termasuk yang dikantongi polisi, ketika masyarakat berkumpul, ada sekelompok orang datang dan melarang adanya kegiatan tersebut. Pihak yang datang adalah Tedi Sutendi dan rombongannya. Lalu terjadi perang mulut antar kedua kelompok, hingga berakhir dengan bentrokan. Hingga akhirnya Erwin tewas bersimbah darah.
Camat Harau Deki Yusman memperkirakan, perkara lahan di kawasan perbukitan Air Suci, Harau, Limapuluh Kota, sudah terjadi cukup lama. Bahkan, sudah dilakukan mediasi sedikitnya 10-an kali sejak beberapa tahun belakangan. Pada 2016, gejolak masyarakat dapat diredam, dengan cara menggelar rapat di Kantor Camat.
Namun, lantaran proses mediasi berujung buntu, pemerintah sudah meminta kedua kelompok masyarakat yang mengklaim sebagai pemilik lahan, baik kelompok Pilubang atau Taram, untuk mengajukan gugatan perdata di pengadilan. Namun, sebelum gugatan dilayangkan, bentrok terjadi.
Pada Mei 2016 lalu, sedikitnya 11 niniak mamak asal 13 kaum berbeda di Pilubang, melapor ke Polres Limapuluh Kota, terkait dugaan penyerobotan lahan dengan terlapor Tedi Sutendi. Laporan ini, juga terkait ranah perdata. Diyakini, buntu sebelum adanya putusan pengadilan. Para niniak mamak dan kaum adat di Pilubang yang merasa mempunyai hak ulayatnya di kawasan tersebut, juga diketahui, belum melakukan pengujian keabsahan lahan di pengadilan.
Hormati Proses Hukum
Ketua Hanura Limapuluh Kota, Asyirwan Yunus tak mau berkomentar banyak terkait penetapan tersangka terhadap kadernya itu. Wakil Bupati Limapuluh Kota periode 2010-2015 itu berharap kasusnya cepat terselesaikan. Di internal DPC Partai Hanura Limapuluh Kota, belum ada sikap yang diambil. “Kita taati proses hukum yang tengah berjalan. Mudah-mudahan kasus ini cepat terselesaikan,”ucap Asyirwan Yunus.
Hal yang sama juga dikatakan Ketua DPRD Limapuluh Kota Safaruddin Dt Bandaro Rajo. Ketika di hubungi sejumlah wartawan pascaditetapkannya rekan sesama anggota dewan itu sebagai tersangka, DPRD lebih mendorong untuk menaati dan menghormati proses hukum yang tengah berlangsung. “Kita hormati proses hukum yang berlangsung,”ucap Safaruddin. (h/ddg)
Editor: Rivo Septi Andries
=====
Ahad , 10 September 2017, 15:59 WIB
Banjir di Padang Telan Korban dan Sisakan Sampah di Pantai
Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Maman Sudiaman
REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Banjir yang melanda Kota Padang pada Sabtu (9/9) menyisakan pekerjaan rumah bagi pemerintah. Terbukti, Kota Padang belum mampu mengantisipasi hujan lebat yang sempat terjadi lebih dari tujuuh jam kemarin. Sedikitnya dua orang terseret banjir, bahkan satu di antaranya dilaporkan meninggal dunia.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Padang akhirnya menemukan tubuh Didit Susanto (27 tahun), warga Koto Tangah yang dilaporkan terseret derasnya arus sungai kemarin sore. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumbar Pagar Negara menyebutkan, tubuh korban baru ditemukan Ahad (10/9) pagi tadi di kawasan Pantai Parkit 8 Air Tawar, Padang Utara.
Diduga, karyawan PDAM tersebut tergelincir dan terbawa derasnya arus sungai di dekat Kompleks Bumi Minang 3, Kuranji, saat mencoba mengambil kayu yang hanyut di sungai. Sementara seorang bocah berusia 5 tahun, M Aqil Setio, juga sempat hanyut di bawah jembatan Lubeg dekat SMP Negeri 24 Padang. Beruntung, korban `berhasil ditemukan dan dilarikan ke Rumah Sakit Semen Padang.
Tak hanya merenggut nyawa, banjir yang melanda Padang kemarin, kini menyisakan tumpukan sampah di sepanjang Pantai Padang. Pengamatan Republika, tumpukan sampah yang terdampar justru menarik para pemulung untuk mengais sampah yang masih bernilai ekonomi. "Kalau hujannya lebat dan lama selalu seperti ini. Sampah dari Muaro ke laut dan terkumpul di pantai," ujar Yosrizal (47) yang berjualan di tepi pantai.
Ia berharap pemerintah Kota Padang bisa mengambil langkah tegas agar insiden banjir seperti kemarin tak terulang. Menurutnya, Padang kerap dilanda banjir setiap terjadi hujan lebat lebih dari tiga jam saja. "Saluran air dibenarkan. Terus sampah juga agar tidak dibuang ke sungai," katanya.
Padang memang berisiko mengalami cuaca ekstrem. Hingga tiga hari ke depan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan masih ada potensi hujan sedang hingga lebat. Hanya saja, BMKG memproyeksikan intensitas hujan akan mereda hingga dua hari ke depan. Bahkan untuk Ahad (10/9) ini, diperkirakan potensi hujan lebat cukup kecil meski masih ada hujan ringan.
Sejumlah daerah yang masih berpotensi mengalami hujan ringan hingga sedang adalah Kepulauan Mentawai, Padang, Padang Pariaman, Kota Pariaman, Tiku, Pesisir Selatan, Pasaman Barat, dan wilayah pesisir lainnya, terutama pada sore-malam hari. Kondisi ini bisa meluas hingga Padang Panjang, Solok, Bukitinggi, Tanah Datar, dan Pasaman.
=====
Banjir di Padang, Satu Korban Meninggal
PADANG – Hujan yang mengguyur Padang seharian Sabtu (9/9) kemarin, menyisakan banjir dan longsor. Tidak hanya bencana alam, seorang warga juga hanyut terbawa arus.
Saat ini seluruh warga tengah melakukan pembersihan di lingkungan masing-masing dari material sampah yang dibawa hanyut arus banjir. Sementara untuk longsor di Lubuk Paraku, yang sempat melumpuhkan jalan Padang-Solok, petugas gabungan telah melakukan evakuasi seluruh material yang berserakan di jalanan.
“Untuk banjir hampir di seluruh kecamatan terkena dampaknya. Karena lamanya intensitas hujan yang mengguyur Padang, tidak bisa menampung volume air di seluruh drainase,” kata Kalaksa BPBD Padang, Edi Hasymi kepada Singgalang, Minggu (10/9).
Dikatakan, untuk korban yang hanyut Didik Susanto (37) warga Dadok Tunggul Hitam, telah berhasil ditemukan petugas di Muaro Jalan Parkit Air Tawar, Padang Utara.
“Jenazah korban sudah ditemukan di Muaro , saat ini jenazahnya telah dibawa keluarga untuk disemayamkan,” katanya. (deri)
====Dua Bangunan di Bukittinggi Diterjang Longsor
BUKITTINGGI – Dua bangunan toko warga di dekat Simpang Garegeh Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi dihamtam tanah longsor. Sabtu (9/9) malam.
Kedua bangunan yang dihantam longsor itu masing masing toko baut Jujur milik Rul Masri dan kedai fotokopi Milik Zilvia.
Informasi yang diperoleh Singgalang menyebutkan peristiwa itu terjadi sekitar pukul 20.30 Wib.
Saat kejadian warga dikejutkan dengan sua ra dentuman dari arah belakang bangunan itu. Awalnya warga sempat menduga suara dentuman itu akibat gempa, namun setelah dilihat kebelakangan bangunan itu teryata ada material longsoran yang menghantam pagar pembatas toko baut Jujur tersebut. Material longsoran juga menerjang kedai fotokopi yang ada di lokasi itu.
Sementara Reynaldo staf Kasi Pencegahan dan Kesiap siagaan BPBD Bukittinggi menyebut, akibat kejadian itu tidak ada korban jiwa, namun kerugian ditaksir mencapai Rp50 juta.
“Satu rumah rusak sedang, sementara satu lainnya ikut terdampak kena material longsor,” sebut Reynaldo.
Terbannya tebing di belakang bangunan itu diduga akibat curah hujan yang tinggi sejak sore hari.
“Saat ini kondisi tebing itu masih belum stabil, ada potensi terjadi susulan,” ucapnya.
Untuk menyingkirkan material longsoran itu petugas dari BPBD, Tagana, PMI dan Dinas PU Bukittinggi dibantu pihak kelurahan setempat dan masyarakat bahu- membahu membersihkanya. (gindo)
====
Gempa Tengah Malam, Warga Padang Lari ke Pantai
Gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR) menguncang Kota Padang, Sumbar pada Jumat (1/9) dinihari pukul 00.06 WIB. Berdasarkan informasi awal dari BMKG Padang Panjang gempa berlokasi di 1.30 lintang selatan, 99,99 bujur timur, atau 80 kilometer timur laut Mentawai, 86 kilometer barat daya Pasaman Barat, 87 kilometer barat daya Pariaman, 113 kilometer barat daya Padang dengan kedalaman 10 kilometer tidak berpotensi tsunami.
Republika/Sapto Andika Candra Suasana di depan RSUP M Djamil, Padang, Sumatra Barat, setelah gempa pada 12 Agustus 2017. |
REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Masyarakat Padang, Sumatra Barat kembali dibuat panik oleh guncangan gempa. Kali ini, gempa dangkal dengan intensitas 6,2 Skala Richter (SR) 'menggoyang'pesisir barat Sumatra Barat pada Jumat (1/9) dini hari.
Pengamatan Republika, beberapa warga terlihat berdiri di tepi pantai dengan senter menyala menyorot ke arah laut. "Air laut tidak surut. Tidak apa-apa," ujar Yusril (37 tahun) seorang warga yang ditemui di Pantai Padang.
Gempa kali ini sempat membuat warga panik. Sebagian masyarakat yang sudah tertidur lelap terpaksa lari keluar rumah untuk mengamankan diri. Guncangan gempa yang terasa memang cukup besar. Kaca jendela sempat berbunyi dan perabot jelas bergetar.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Minangkabau merilis, titik pusat gempa berada di 82 kilometer (km) dari Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Koordinat episentrum berada pada 1.30 LS dan 99.66 BT dengan kedalaman pusat gempa 10 km.
Kepala BMKG Sumatra Barat Rahmat Triyono menyebutkan bahwa gempa kali ini tidak berpotensi tsunami. "Gempa ini tidak berpotensi tsunami. Sudah diverifikasi oleh seismologist," ujar Rahmat, Jumat (1/9).
Emmy (61 tahun) mengaku kaget dengan goncangan gempa yang ada. Ia sedang tidur ketika guncangan gempa makin terasa. Jendela sempat bergetar dan lemari kaca sempat bergoyang. "Saya langsung kebangun dan lari keluar," katanya.
REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Puluhan pasien di Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) M Djamil Padang, Sumatra Barat (Sumbar), dievakuasi pascadigoncang gempa berkekuatan 6,2 SR, Jumat (1/9) dinihari.
"Saya awalnya sedang berbaring saja, tiba-tiba gempa. Kemudian situasi agak panik, dan dipan saya didorong petugas ke luar rumah sakit," kata salah seorang pasien M Djamil, Rizal (43), di Padang, Jumat (1/9).
Rizal bersama puluhan pasien lainnya dievakuasi ke teras depan ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD). Pantauan di lapangan selain pasien menggunakan dipan dan kursi roda, keluarga pasien, juga turut dievakuasi bayi mungil di dalam alat inkubator.
Berdasarkan informasi bayi mungil tersebut lahir tidak lama sebelum gempa terasa. Pada pukul 00.43 WIB, suasana berangsur tenang. Satu per satu pasien kembali di bawa masuk kembali. Meski beberapa pasien dan keluarganya ada yang masih bertahan di luar karena khawatir.
Gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR) menguncang Kota Padang, Sumbar pada Jumat (1/9) dinihari pukul 00.06 WIB. Berdasarkan informasi awal dari BMKG Padang Panjang gempa berlokasi di 1.30 lintang selatan, 99,99 bujur timur, atau 80 kilometer timur laut Mentawai, 86 kilometer barat daya Pasaman Barat, 87 kilometer barat daya Pariaman, 113 kilometer barat daya Padang dengan kedalaman 10 kilometer tidak berpotensi tsunami.
Sumber : Antara
REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Sebagian masyarakat Padang masih was-was untuk masuk ke dalam rumah setelah guncangan gempa 6,2 Skala Richter (SR) membangunkan warga yang sudah terlelap. Gempa pada Jumat (1/9) dini hari ini sempat membuat warga panik.
Meski berpusat 82 km timur laut Kepulauan Mentawai dan dinyatakan tak berpotensi tsunami, namun sebagian warga Padang memilih berjaga di luar rumah. Seperti masyarakat yang tinggal di Koto Marapak, Olo, Padang, Sumatra Barat. Karena jarak perkampungan yang hanya sekitar 50 meter dari bibir pantai, warga setempat memilih berjaga di depan rumah.
Salah seorang warga, Emmy (61 tahun), mengaku bahwa masyarakat setempat masih khawatir atas gempa susulan. "Kalau di sini begitu, jaga-jaga saja lah," katanya, Jumat (9/1) dini hari.
Karena gempa juga bertepatan dengan perayaan Idul Adha, maka sebagian warga merasa tak masalah untuk berjaga. Sesaat setelah gempa, sejumlah warga juga langsung berlarian menuju Pantai Padang untuk memastikan laut tidak surut. Masyarakat ingin memastikan bahwa tidak ada potensi tsunami.
Pengamatan Republika, beberapa warga terlihat berdiri di tepi pantai dengan senter menyala menyorot ke arah laut. "Air laut tidak surut. Tidak apa-apa," ujar Yusril (37 tahun) seorang warga yang ditemui di Pantai Padang.
Gempa kali ini sempat membuat warga panik. Sebagian masyarakat yang sudah tertidur lelap terpaksa lari keluar rumah untuk mengamankan diri. Guncangan gempa yang terasa memang cukup besar. Kaca jendela sempat berbunyi dan perabot jelas bergetar.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Minangkabau merilis, titik pusat gempa berada di 82 kilometer (km) dari Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Koordinat episentrum berada pada 1.30 LS dan 99.66 BT dengan kedalaman pusat gempa 10 km.
Kepala BMKG Sumatra Barat Rahmat Triyono menyebutkan bahwa gempa kali ini tidak berpotensi tsunami. "Gempa ini tidak berpotensi tsunami. Sudah diverifikasi oleh seismologist," ujar Rahmat, Jumat (1/9).
=====
Khawatir Gempa Susulan, Warga Padang Pilih Berjaga
REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Sebagian masyarakat Padang masih was-was untuk masuk ke dalam rumah setelah guncangan gempa 6,2 Skala Richter (SR) membangunkan warga yang sudah terlelap. Gempa pada Jumat (1/9) dini hari ini sempat membuat warga panik.
Meski berpusat 82 km timur laut Kepulauan Mentawai dan dinyatakan tak berpotensi tsunami, namun sebagian warga Padang memilih berjaga di luar rumah. Seperti masyarakat yang tinggal di Koto Marapak, Olo, Padang, Sumatra Barat. Karena jarak perkampungan yang hanya sekitar 50 meter dari bibir pantai, warga setempat memilih berjaga di depan rumah.
Salah seorang warga, Emmy (61 tahun), mengaku bahwa masyarakat setempat masih khawatir atas gempa susulan. "Kalau di sini begitu, jaga-jaga saja lah," katanya, Jumat (9/1) dini hari.
Karena gempa juga bertepatan dengan perayaan Idul Adha, maka sebagian warga merasa tak masalah untuk berjaga. Sesaat setelah gempa, sejumlah warga juga langsung berlarian menuju Pantai Padang untuk memastikan laut tidak surut. Masyarakat ingin memastikan bahwa tidak ada potensi tsunami.
Pengamatan Republika, beberapa warga terlihat berdiri di tepi pantai dengan senter menyala menyorot ke arah laut. "Air laut tidak surut. Tidak apa-apa," ujar Yusril (37 tahun) seorang warga yang ditemui di Pantai Padang.
====
Padang (ANTARA News) - Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Muaro Padang, Sumatera Barat (Sumbar), keluarkan seluruh wargan binaan dari blok sel masing-masing pascagempa Jumat dinihari.
"Saat gempa tadi seluruh warga binaan dikeluarkan dari blok sel masing-masing, dan dikumpulkan di lapangan dalam Lapas," kata Kepala Seksi Binadik Lapas Padang Darwan, di Padang, Jumat.
Hingga pukul 01.42 WIB, narapidana serta tahanan yang berjumlah 1.428 orang itu masih dikumpulkan di lapangan.
"Belum dimasukkan lagi, kami melihat situasi dan kondisi. Jika nanti sudah benar-benar aman, baru dimasukkan lagi ke blok," jelasnya.
Ia menyebutkan untuk antisipasi kemungkinan terburuk, pihak Lapas akan melakukan evakuasi sesuai Stadar Operasional Prosedur (SOP) yang sudah ada.
"Jika terjadi kemungkinan terburuk, sesuai SOP tempat evakuasi warga binaan menuju bukit gado-gado dengan jarak 15 menit dari Lapas," katanya.
Saat ini petugas Lapas masih terus melakukan upaya menenangkan dan meminimalisir kepanikan.
Gempa berkekuatan 6,2 Skala Ricter (SR) menguncang Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) pada Jumat dinihari pukul 00.06 WIB.
Berdasarkan informasi awal dari BMKG Padang Panjang gempa berlokasi di 1.30 lintang selatan, 99,99 bujur timur, atau 80 kilometer timur laut Mentawai, 86 kilometer barat daya Pasaman Barat, 87 kilometer barat daya Pariaman, 113 kilometer barat daya Padang dengan kedalaman 10 kilometer tidak berpotensi tsunami.
=====
"Saat gempa tadi seluruh warga binaan dikeluarkan dari blok sel masing-masing, dan dikumpulkan di lapangan dalam Lapas," kata Kepala Seksi Binadik Lapas Padang Darwan, di Padang, Jumat.
Hingga pukul 01.42 WIB, narapidana serta tahanan yang berjumlah 1.428 orang itu masih dikumpulkan di lapangan.
"Belum dimasukkan lagi, kami melihat situasi dan kondisi. Jika nanti sudah benar-benar aman, baru dimasukkan lagi ke blok," jelasnya.
Ia menyebutkan untuk antisipasi kemungkinan terburuk, pihak Lapas akan melakukan evakuasi sesuai Stadar Operasional Prosedur (SOP) yang sudah ada.
"Jika terjadi kemungkinan terburuk, sesuai SOP tempat evakuasi warga binaan menuju bukit gado-gado dengan jarak 15 menit dari Lapas," katanya.
Saat ini petugas Lapas masih terus melakukan upaya menenangkan dan meminimalisir kepanikan.
Gempa berkekuatan 6,2 Skala Ricter (SR) menguncang Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) pada Jumat dinihari pukul 00.06 WIB.
Berdasarkan informasi awal dari BMKG Padang Panjang gempa berlokasi di 1.30 lintang selatan, 99,99 bujur timur, atau 80 kilometer timur laut Mentawai, 86 kilometer barat daya Pasaman Barat, 87 kilometer barat daya Pariaman, 113 kilometer barat daya Padang dengan kedalaman 10 kilometer tidak berpotensi tsunami.
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2017
=====
Perkelahian Antar 2 Kelompok Masyarakat di Harau, Satu Orang Tewas
Anggota DPRD Korban Luka-luka dalam Bentrok di Harau
PADANG – Perkelahian antara dua kelompok warga dari Nagari Taram dan Pilubang, Kecamatan Harau, Limapuluh Kota di kawasan Air suci, Jorong Tanjung Atas, Taram, Minggu (10/9) mengakibatkan seorang korban tewas dan dua luka-luka
Korban tewas yakni Erwin syahputra (34). Petani ini meregang nyawa akibat luka di bagian kepala, perut dan dada. Setelah sempat divisum di RS Adnan WD, Payakumbuh, jasad korban dibawa ke rumah duka di Pilubang.
Sementara korban luka yakni, Tedy Sutendy (45), anggota DPRD Limapuluh Kota warga Sarilamak. Politisi Hanura ini mengalami luka di bagian Kepala, perut dan punggung. Setelah mendapat perawatan di RS Ibnu Sina Payakumbuh, ia dirujuk ke RSUP M Djamil Padang.
Korban lain adalah Primsito, warga Taram yang merupakan adik Tedy. Pria paruh baya ini mengalami luka di bagian perut, kepala dan tangan. Saat ini ia dirawat di RS Ibu Sina Payakumbuh.
Penyebab perkelahian massal itu masih dalam penyelidikan polisi. Dugaan sementara akibat kisruh batas lahan Bendungan Air Suci milik Tedy yang berbatasan dengan ulayat masyarakat Pilubang.
Lahan tersebut sudah lama terjadi permasalahan antara pihak Tedy dengan pihak kelompok masyarakat Pilubang, dan belum ada penyelesaian. (bayu)