Selasa, 12 September 2017

Penjual Nasi Padang Jadi Presiden Singapura

Pemimpin Perempuan Asia, di Antara Tekanan dan Hambatan Stereotipe

Dimakzulkan, Dikudeta, Dibunuh

 | EDITOR : 
PEMIMPIN: (Dari kiri) Indira Gandhi, Halimah Yacob, Yingluck Shinawatra.
PEMIMPIN: (Dari kiri) Indira Gandhi, Halimah Yacob, Yingluck Shinawatra. (BBC)
JawaPos.com - Asia produktif melahirkan pemimpin perempuan. Tapi, tak sedikit yang akhirnya harus mengakhiri jabatan dengan tragis.
---
BAHKAN di hari-hari pertamanya sebagai presiden Singapura pun, Halimah Yacob sudah harus bersiap menghadapi tekanan. Penolakan terdengar di mana-mana. Tagar #NotMyPresident bahkan juga diwujudkan dalam aksi jalanan.
BERJUANG: Benazir Bhutto dan Park Geun-Hye.
BERJUANG: Benazir Bhutto dan Park Geun-Hye. (BBC)
Penyebabnya, dia dianggap terpilih secara tidak demokratis. Halimah memang menjadi presiden berkat aturan pemerataan jatah kepada tiga etnis terbesar di Singapura. Pemungutan suara akhirnya tak diadakan karena dua kandidat yang menjadi pesaing tidak lolos seleksi administrasi.
Tapi, benarkah hanya persoalan prosedur demokrasi yang jadi pemicu tekanan tersebut? Jangan-jangan ada persoalan lain yang lebih besar dari itu.
”Stereotipe gender dan tekanan sosial di banyak negara Asia masih menjadi faktor utama penghambat karir perempuan di berbagai bidang.” Demikian kesimpulan yang diambil dalam forum dialog Women in Leadership in Asia Pacific tahun lalu.
Mengacu kepada sejarah, Asia –meski sebagian wilayahnya masih berbalut konservatisme– produktif melahirkan pemimpin perempuan. Sirimavo Bandaranaike, PM Sri Lanka tiga periode, adalah kepala negara/pemerintah pertama di dunia. Di Asia Tenggara saja, Thailand, Indonesia, Filipina –dan kini Singapura– pernah merasakan dipimpin kepala negara/pemerintah perempuan. Korea Selatan juga jadi pelopor di Asia Timur.
Di Hongkong, Carrie Lam menjadi chief executive perempuan pertama. Dan di Myanmar, semua tahu, presiden sesungguhnya adalah Aung San Suu Kyi kendati posisi resminya adalah penasihat negara.
Tapi, tak sedikit pula di antara mereka yang harus mengakhiri jabatan dengan pahit. Bahkan tragis.
Yingluck Shinawatra misalnya. Oleh kalangan oposisi, dia selalu dicitrakan sebagai boneka sang kakak, Thaksin Shinawatra. Hingga akhirnya dimakzulkan karena tudingan korupsi.
Benazir Bhutto adalah contoh lain. Kursi perdana menteri (PM) Pakistan memang dua kali didudukinya. Tapi, sedari awal menjabat, putri mantan PM Pakistan Zulfikar Ali Bhutto itu nyaris tak pernah lepas dari tekanan dan teror.
Hampir tiap kebijakannya ditentang. Sampai kemudian, dia harus mengakhiri hidup sebagai korban pembunuhan.
Cory Aquino juga harus menghadapi tekanan serupa nyaris sepanjang enam tahun kepemimpinannya di Filipina. Kudeta demi kudeta terus terjadi.
Ada beragam stereotipe yang masih menggelayuti pemimpin perempuan di Asia. Mulai dianggap lemah secara pendirian, kurang berani mengambil keputusan, sampai dibebani tanggung jawab domestik di rumah. Dan, semuanya itu yang akhirnya jadi senjata para musuh politik untuk menyerang.
Oleh para pakar, fenomena tersebut dinamakan glass ceiling. Ada tapi tak terlihat secara kasatmata. Naomi Denning, chairperson Inclusion & Diversity Council for Asia, menegaskan bahwa masyarakat modern harus bekerja sama mendobrak glass ceiling.
”Absennya para perempuan dari tangga kepemimpinan bisa melahirkan dampak jangka panjang yang tidak menyenangkan bagi kesetaraan gender,” papar Denning sebagaimana dilansir situs asianentrepreneur.
Itulah yang membedakan mereka dengan para kolega di Eropa. Bukannya mereka tak mengalami tekanan.
Tapi, demokrasi yang telah matang dan mapan menyebabkan tegaknya kesetaraan hak dan gender.
Kanselir Jerman Angela Merkel, misalnya, bisa dibilang merupakan pemimpin paling kuat dan berpengaruh di dunia saat ini. Merkel seperti menjadi ”perempuan besi” berikutnya setelah Margaret Thatcher, PM Inggris yang legendaris itu.
Lalu, akankah sentimen penolakan kepada Halimah Yacob membesar dan bisa berdampak pada pemakzulan seperti yang dialami Yingluck dan Park Geun-hye di Korsel? Melihat latar belakang perpolitikan Singapura, sepertinya memang tidak.
Tapi, apa yang dialami Yingluck, Park, Benazir bisa menjadi tempat becermin.  ”Glass ceiling bisa disiasati lewat inovasi dan gaya kepemimpinan yang simpatik,” kata Denning. (*)
(BBC/usnews/hep/c10/ttg)
======



Jumat , 15 September 2017, 05:22 WIB

Halimah Yacob Dilantik Jadi Presiden Singapura, Ini Janjinya

Red: Nur Aini
AP / Wong Maye-E
Halimah Yacob dikelilingi oleh pendukung pada hari Rabu, (13/9) di Singapura.

Halimah Yacob dikelilingi oleh pendukung pada hari Rabu, (13/9) di Singapura.
REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Presiden terpilih Halimah Yacob pada Kamis malam (15/9) dilantik sebagai presiden kedelapan Singapura dan merupakan perempuan pertama yang menjadi presiden di negara itu.
"Kepresidenan ini menyatukan bangsa kita dengan mencerminkan nilai-nilai bersama sebagai rakyat, yaitu multirasialisme, sistem yang berdasarkan prestasi dan pelayanan. Nilai-nilai ini semakin penting, membimbing kita pada saat kita mencari jalan untuk melangkah maju di dunia yang bergolak dan penuh dengan ketidakpastian," kata Halimah Yacob saat menyampaikan pidato di Istana Kepresidenan.
Sebagai presiden perempuan pertama Singapura, Halimah Yacob menjamin semua warga Singapura bahwa ia akan melayani setiap orang dari latar belakang etnis, bahasa, atau agama apa pun. Sebagai satu-satunya kandidat yang memenuhi persyaratan dalam pemilihan, untuk mewakili masyarakat Melayu, Halimah Yacob pada Rabu dinyatakan oleh badan pemilihan presiden sebagai presiden baru Singapura.
Penobatan itu diumumkan badan pemilihan tak lama setelah Halimah menyerahkan formulir pencalonannya.
Sosok berusia 63 tahun itu pada Januari 2013 muncul sebagai perempuan pertama yang menjabat sebagai ketua parlemen Singapura. Ia mundur dari jabatan tersebut bulan lalu karena akan mengikuti pemilihan presiden.
Mantan presiden Singapura Tony Tan Keng Yam mengakhiri masa jabatannya selama enam tahun pada akhir Agustus.Sumber : Antara

========

Halimah Yacob Dilantik Jadi Presiden Singapura Siang Ini

Rabu, 13 September 2017 | 10:37 WIB

Calon presiden Singapura, Halimah Yacob meninggal komisi pemilu Singapura, Elections Department, 11 September 2017. AP/Nuria Ling, TODAY
Calon presiden Singapura, Halimah Yacob meninggal komisi pemilu Singapura, Elections Department, 11 September 2017. AP/Nuria Ling, TODAY.

TEMPO.COJakarta - Lapangan Markas Besar Rakyat di Jalan Besar akan menjadi 
lautan oranye saat warga muncul bersorak-sorai membawa spanduk dan bunga pada hari
 ini, Rabu, 13 September 2017, untuk mendukung Halimah Yacob, wanita pertama yang 
ditetapkan sebagai Presiden Singapura.

Baca: Halimah Yacob, Wanita Pertama Jadi Presiden Singapura

Lebih dari seribu orang dari serikat buruh, masyarakat, dan pendukung lain diperkirakan
 hadir di tempat pelantikan dimana Halimah akan menyerahkan berkas administrasinya 
setelah pukul 11 siang. 

"Aku menanti-nantikan untuk memenuhi berkas administrasi pemilihanku. Hal ini adalah 
bagian prosedural yang harus saya penuhi,” kata Halimah kepada Strait Times, Selasa
 kemarin. “Pekerjaanku yang sebenarnya dimulai segera setelah itu.”

Setelah Halimah memenuhi berkasnya nanti, petugas Ng Wai Choong akan 
mengumumkannya sebagai presiden terpilih.

Baca: Halimah Yacob, Penjual Nasi Padang Kini Jadi Presiden Singapura

Halimah akan didampingi pengusul, penyokong, dan pendukungnya. Mereka akan datang
 dari semua lapisan masyarakat, sebuah cerminan dari empat dekade pelayanan publik 
Halimah.

Pagi ini, Halimah tiba di National Trades Union Congress Centre di pusat kota untuk 
bertemu dengan anggota utama timnya, termasuk Presiden NTUC Mary Liew dan 
anggota serikat buruh veteran, G. Muthukumarasamy, sebelum menuju tempat pelantikan.

DWINUR
=======



Tanpa Pemilu, 

Warga Singapura Kecewa Halimah Yacob Terpilih

Rabu, 13 September 2017 | 19:47 WIB
Halimah Yacob. AP
Halimah Yacob. AP.
TEMPO.COSingapura - Halimah Yacob terpilih menjadi Presiden baru Singapura telah menciptakan sejarah baru bagi negara itu. Namun tonggak sejarah ini dibayangi kritik sebagian masyarakat negara itu bahwa proses pemilihan Presiden kali ini tidak demokratis.
Ini bukan kali pertama presiden dipilih tanpa ada lawan karena kandidat yang lain terdiskualifikasi. Ini terjadi karena kandidat yang lain tidak memenuhi persyaratan administrasi. 
Tapi kritik kali ini lebih keras karena ini pertama kalinya posisi Presiden diperuntukkan bagi kelompok etnis tertentu yaitu komunitas Melayu. Dan keputusan untuk menyerahkan posisi ini kepada Halimah menambah kemarahan sebagian warga.

"Semua orang Singapura merasa tidak senang karena meritokrasi dan keadilan dalam pemilihan umum, yang menjadi nilai inti Singapura, tercemar karena ada upaya memenuhi tujuan politik tertentu," kata Sudhir Thomas Vadaketh, pengamat politik Singapura, seperti yang dilansir DW pada 13 September 2017.
Kritikan terhadap pemilihan yang tidak mencerminkan demokrasi itu juga membanjiri Internet dengan pengguna Facebook bernama Pat Eng menulis: "Terpilih tanpa pemilihan. Sungguh lelucon. "
Pengguna media sosial lainnya, Hussain Shamsuddin, juga mengaku kecewa dan mengatakan "Sebagai orang di negara demokratis, saya sangat malu."
"Jangan bilang itu pemilihan jika kita, orang Singapura tidak bisa memberikan suara," kata Fazly Jijio Din Facebook.
"Saya akan memanggilnya Presiden yang Ditunjuk (Presiden Select) mulai sekarang," kata Joel Kong di situs jejaring sosial.
Sementara beberapa pos ditandai dengan hashtag #NotMyPresident juga telah menjadi tranding topik di Twitter Singapura.
Komisi Pemilihan Presiden setempat memutuskan untuk mengizinkan hanya kandidat dari masyarakat Melayu untuk maju dalam pemilihan presiden 2017. Ini merupakan upaya untuk mendorong kerukunan di negara kota berpenduduk 5,5 juta orang, yang didominasi oleh etnis Cina.
Halimah, 63, menjadi satu-satunya kandidat setelah dua kandidat lainnya dianggap tidak memenuhi persyaratan administrasi untuk mengikuti pemilihan presiden.
Kepala negara Singapura memiliki wewenang terbatas termasuk memveto pemilihan pejabat senior. Selama ini jarang terjadi ketegangan di pemerintahan Singapura. Halimah Yacob bakal menempati posisi ini ke depan.

THE GUARDIAN|DW|YON DEMA
====


Halimah Yacob, presiden Melayu pertama Singapura dalam 47 tahun, dipilih 'tak demokratis'

  • 13 September 2017



halimah yacobHak atas fotoEPA
Image captionHalimah Yacob akan menjadi presiden perempuan pertama Singapura.

Halimah Yacob yang akan menjadi presiden Melayu pertama Singapura dalam 47 tahun menimbulkan silang pendapat, bukan karena alasan ras, namun karena ia dipilih secara tidak demokratis, ia adalah calon tunggal.
Halimah -yang juga akan menjadi presiden perempuan pertama Singapura- akan dilantik pada Rabu (13/09) setelah calon-calon lain tak memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Melalui media sosial, warga Singapura mengungkapkan kemarahan terkait ditetapkannya Halimah sebagai presiden dengan menggunakan tagar bukan presiden saya, #NotMyPresident, tagar yang juga digunakan setelah Donald Trump terpilih sebagai presiden Amerika Serikat tahun lalu.
Singapura menetapkan sistem kepresidenan untuk meningkatkan inklusif multibudaya dalam hierarki kepemerintahan dengan menetapkan calon dari komunitas Melayu saja yang boleh mencalonkan diri tahun ini. Dari tiga calon Melayu, hanya Halimah yang layak, menurut badan pemilihan umum.
Warga Melayu terakhir yang memegang jabatan presiden adalah Yusof Ishak, yang gambarnya tercantum di uang kertas Singapura.
Yusof menjadi presiden dari 1965-1970, tahun-tahun pertama kemerdekaan Singapura namun kekuatan eksekutif tetap berada di tangan Lee Kuang Yew, perdana menteri pertama negara itu.
Tak lama setelah Halimah ditetapkan oleh komite pemilihan Singapura sebagai calon satu-satunya presiden Singapura Senin (11/09), tagar #NotMyPresiden langsung populer dengan banyak warga yang mengungkapkan kekesalannya.

'Suara saya dirampok'




halimah yacobHak atas fotoREUTERS
Image captionHalimah di kantor pemilihan presiden Singapura yang menetapkannya sebagai calon satu-satunya yang layak Senin (11/09).

"Saya warga Singapura. Saya perempuan. Saya Melayu. Namun suara saya bukan untuk pengangkatannya," tulis Nadia Nasser melalui Facebook.
"Demokrasi di atas ras, bila ia terlibat pemilihan presiden dengan cara yang lebih adil, ia pasti menang dengan suara saya bersama yang lainnya dalam komunitas Muslim. Namun bukan itu yang terjadi. Jadi dia bukan presiden saya, dia hanya pemimpin yang diajukan negara," tambahnya.
Pengguna lain, Xue Ming, menulis, "Dengan kondisi politik sekarang, penunjukkannya memiliki peranan besar terutama dengan ancaman teroris Islamis dan fakta bahwa Singapura dikelilingi negara-negara Muslim seperti Indonesia dan Malaysia."
"Hari gelap bagi Singapura," tulis pengguna lain David Kam.
Melalui Twitter, Kyle Malinda menulis, "Saya sangat marah. Marah karena suara saya dirampok. Suara saya dibatalkan,"
Pemerintah Singapura menetapkan sistem pemilihan presiden - dengan menetapkan ras Melayu yang boleh ikut serta kali ini- untuk menjamin perwakilan tiga ras di negara itu, Cina, India dan Melayu.
Dari 5,7 juta penduduk Singapura, 74% terdiri dari Cina, 13% Melayu, 9% India dan selebihnya kategori "lainya."
"Ini menunjukkan kami tak hanya bicara tentang multi ras, namun kami bicara dalam konteks meritokrasi (demokrasi berdasarkan merit) atau peluang untuk siapa pun dan kami menjalankannya," kata Halimah kepada surat kabar The Straits Times.
Ketetapan lain dalam peraturan baru untuk calon presiden termasuk kepemilikan dalam perusahaan. Mereka yang berasal dari sektor swasta, misalnya, harus menjadi pemimpin eksekutif satu perusahaan, dengan paling tidak kepemilikan saham sebesar US$370 juta.
Dua calon Melayu lain, pengusaha Salleh Marican dan Farid Khan tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan komite pemilihan presiden.
Singapura sedianya akan melakukan pemilihan presiden pada tanggal 23 September bila terdapat lebih dari satu calon.

'Mengalami kemiskinan'




halimah yacobHak atas fotoREUTERS
Image captionHalimah saat masih menjadi ketua parlemen dan mengunjungi Kamboja 7 Mei 2015.

Sejumlah pengkritik mengatakan peraturan baru itu merupakan cara pemerintah untuk mengatur pemilihan dan mencegah oposisi mencalonkan diri.
Wartawan dan aktivis Singapura, Kirsten Han, mengatakan perdebatan yang muncul banyak dikaitkan elemen tak dipilihnya Halimah secara demokratis.
"Sebagian besar yang diperbincangkan adalah elemen yang tidak demokratis. Kami diberitahu bahwa calon yang dipilih tak tergantung ras, agama namun yang dapat bekerja terbaik, dan orang menganggap yang dilakukan justru kontradiktif," kata Kirsten kepada BBC Indonesia.
"Banyak yang skeptis bahwa ini bukan perwakilan rasial dan orang curiga ini memblok calon tertentu dan calon favorit PAP (People's Action Party), jadi orang tak percaya ini terkait rasial," tambahnya.
Halimah baru-baru ini mundur dari PAP, partai yang berkuasa di Singapura sejak 1959, sebelum mencalonkan diri sebagai presiden.
Halimah yang berusia 62 tahun, memiliki pengalaman selama 40 tahun dalam layanan publik, termasuk dalam Serikat Buruh Nasional. Sebelum menjadi ketua parlemen pada 2013, ia menjadi Menteri Negara Pengembangan Komunitas.
Melalui blognya dengan tema "Do Good, Do Together" (Lakukan yang baik, Lakukan bersama), Halimah menceritakan latar belakangnya yang harus berjuang di tengah kemiskinan membuatnya bertekad maju.
"Saya mengalami kemiskinan dan tahu bahwa betapa sulitnya untuk berjuang mencari makan dan menghadapi ketidakpastian masa depan. Kondisi ini membatasi pilihan namun juga menghambat tekad untuk berhasil. Prioritas saya adalah menyelesaikan sekolah, mendapat kerja dan membantu ibu saya," tulis Halimah.
Ia mengatakan mulai bekerja pada usia 10 tahun membantu ibunya yang bekerja di warung makanan, setelah ayahnya meninggal.
=====

Halimah, Penjual Nasi Padang Besok Dilantik Jadi Presiden Singapura



Jakarta – Pada Rabu (13/9/2017) besok, Halimah Yacob, 62 tahun, akan dilantik menjadi Presiden Singapura untuk masa jabatan enam tahun ke depan. Politikus senior itu menjadi presiden perempuan pertama Singapura. Tak cuma itu, istri pengusaha Mohammed Abdullah Alhabshee itu rupanya pernah berjualan nasi padang.
Sang ayah meninggal saat Halimah berusia 8 tahun. Sejak itu sang Ibulah yang membesarkan Halimah dengan keempat saudara laki-lakinya. Mereka tinggal di satu petak kamar di sebuah apartemen di jalan Hindu, Singapura.
Saat usia 8 tahun Halimah harus bangun sebelum matahari terbit. Sebelum berangkat sekolah, dia membantu ibunya berjualan nasi padang di sebuah gerobak dorong di Shenton Way.
Dikutip dari Straitstimes edisi 7 Agustus 2017, masa-masa dia sekolah di Singapore Chinese Girls ‘School dan Tanjong Katong Girls’ sangat menegangkan. Terkadang Halimah harus mengerjakan tugas di sela mengelap meja dan mencuci piring. Musabab keterbatasan ekonomi tak jarang dia harus nunggak membayar biaya sekolah.
Semangat Halimah untuk meneruskan pendidikan tak kendur. Selepas SMA dia mendaftarkan diri ke Fakultas Hukum Universitas Singapura. Lagi-lagi dia tak tahu dari mana biaya kuliahnya nanti. Namun kecerdasannya membuat Halimah mendapatkan beasiswa dari Islamic Religious Council of Singapore sebesar 1.000 dolar Singapura.
Sang kakak yang saat itu juga sudah bekerja juga membantu 50 dolar Singapura per bulan. Halimah menyelesaikan kuliah pada 1978 dan kemudian bergabung dengan National Trades Union Congress (NTUC) sebagai divisi hukum. Dia aktif memperjuangkan hak-hak pekerja.
Pada 1999 – 2001, Halimah tercatat sebagai orang Singapura pertama yang duduk di lembaga buruh internasional (International Labour Organisation/ILO). Tahun 2001 dia terjun ke dunia politik dan terpilih sebagai anggota parlemen Singapura dari Partai Aksi Rakyat (People’s Action Party/PAP).
Pada 2013, Halimah menjadi perempuan pertama yang menjabat Ketua Parlemen (Group Representation Constituency) Singapura. Dan di hari Minggu, 6 Agustus 2017 lalu dia mengumumkan maju di pemilihan Presiden Singapura.
Halimah Yacob tidak perlu menjalani proses pemungutan suara secara nasional untuk bisa menjabat Presiden Singapura yang baru, setelah kandidat lainnya gugur. Setelah terpilih sebagai Presiden Singapura, Halimah berjanji akan melakukan yang terbaik bagi rakyat di negeri Singa itu.
“Saya berjanji untuk melakukan sebaik mungkin yang saya mampu untuk mengabdi pada rakyat Singapura dan itu tidak akan berubah apakah ada pemilu atau tidak ada pemilu,” tegas Halimah saat ditemui wartawan setempat, seperti dilansir Channel News Asia, Selasa (12/9/2017). (detik.com)
=====

Inilah Halimah Yacob, Perempuan dan Muslimah Pertama yang Menjadi Presiden Singapura



Inilah Halimah Yacob, Perempuan dan Muslimah Pertama yang Menjadi Presiden Singapura

TRIBUNNEWS.COM - Mantan Juru Bicara Parlemen Singapura, Halimah Yacob, bakal diumumkan sebagai Presiden Singapura.
Seperti dilansir dari Malaysiakini, Selasa (12/9/2017), Halimah tercatat sebagai perempuan sekaligus muslimah pertama yang menjadi Presiden Negeri Singa tersebut.
Mengutip Berita Harian Singapura, dari lima calon, cuma Halimah yang mendapatkan sertifikasi kelayakan dari Presidential Election Committee (PEC) dan Community Committee untuk menjadi Presiden Singapura berikutnya.
Diketahui, dua sertifikasi tersebut merupakan syarat mutlak untuk setiap calon yang ingin menjadi Presiden Singapura.
Halimah bakal ditasbihkan menjadi presiden pada hari pengumuman 13 September 2017.
Sejarah pun ditorehkan.
Halimah tercatat sebagai orang Melayu kedua yang diangkat sebagai presiden setelah Yusuf Ishak yang menjabat pada 1965 hingga 1970.
Memang, Halimah bukan wanita sembarangan.
Selama lebih dari 20 tahun, wanita kelahiran 23 Agustus 1954 tersebut berkecimpung dalam isu-isu sosial kemasyarakatan.
Halimah memiliki campuran darah India dan Melayu.
Diketahui, Halimah merupakan mantan anggota Partai Aksi Rakyat atau PAP, dan sempat menjadi anggota parlemen antara tahun 2001 hingga 2017 untuk dua konstituen berbeda.
Pada Januari hingga Agustus 2017, dia menjadi Ketua Parlemen Singapura.Kemudian pada 7 Agustus, Halimah mengundurkan diri dari posisi di parlemen untuk bertarung dalam pemilu presiden.
Penulis: Rendy Sadikin

Minat ?

chat yaa inbox fb atau 

BBM 5D34A253 n 

wa 081363563800.. 

happy shopping..tq dear



Kisah Presiden Muslimah Pertama Singapura Halimah Yacob Dapat Julukan Ratu Bolos Saat Sekolah

Laporan wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania
Kisah Presiden Muslimah Pertama Singapura Halimah Yacob Dapat Julukan Ratu Bolos Saat Sekolah
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Menjadi presiden muslimah pertama Singapura, Halimah Yacob (63) ternyata sering membolos semasa sekolah.
Halimah menjadi satu-satunya kandidat Pemilihan Presiden Singapura 2017 yang menerima Sertifikat Kelayakan dari Departemen Pemilu Singapura, Senin (11/9/2017).
Ini artinya warga Singapura tak perlu lagi melakukan pemungutan suara pada akhir pekan mendatang, sebab hanya Halimah yang dinyatakan sah untuk maju ke kursi kepresidenan.
Mulai Rabu (13/9/2017), Halimah resmi menjadi Presiden Singapura dan menjabat hingga enam tahun ke depan, menjadikannya muslimah melayu pertama yang mengemban tugas tersebut.
Namun, ada sejarah yang tak patut dicontoh di kehidupan Halimah ketika masih duduk di bangku sekolah dulu.
Akhir 1960-an, Halimah bersekolah di Singapore Chinese Girls' School, di mana ia menjadi satu dari sedikit siswa-siswi keturunan Melayu.
Saat menginjak kelas 2 SMP, Halimah pernah nyaris hendak dikeluarkan dari sekolah karena sering membolos.
Kelakuannya yang sering membolos itu bahkan membuatnya dijuluki "ratu ponteng", alias ratu bolos.
"Saya memang sempat jarang muncul di sekolah untuk beberapa lama, sampai saya diboyong ke kantor kepala sekolah," cerita Halimah pada Channel News Asia, akhir Agustus lalu.
Halimah punya alasan tersendiri untuk hobi bolosnya itu, yakni untuk membantu ibunya berjualan nasi padang di kedai milik keluarga.
Ayah Halimah yang berprofesi sebagai satpam meninggal dunia saat Halimah masih berusia delapan tahun.
Itu membuat ibu Halimah terpaksa mencukupi kebutuhan lima anaknya dengan berjualan nasi padang menggunakan gerobak, berkeliling di Shenton Way, sebelum mendapat lahan kios.
Halimah biasanya membantu ibunya untuk mencuci piring, membersihkan meja, dan menyajikan makanan untuk pelanggan.
Meski alasan membolos Halimah sebenarnya dalam maksud positif, dirinya menganggap hobi bolos dan ancaman dikeluarkan dari sekolah itu sebagai satu dari momen-momen terburuk dalam hidupnya.
"Lalu, saya mengatakan pada diri saya, 'Berhenti menenggelamkan diri dalam keprihatinan! Bangkit dan lanjutkan hidup'," tutur Halimah.
Halimah lalu menyelesaikan studinya, meraih gelar sarjana hukum, terjun ke dunia politik, dan meraih posisi di kursi kepresidenan.
Pada 6 Agustus 2017, Halimah mengumumkan niatnya untuk maju ke Pemilihan Presiden Singapura 2017, yang kemudian dimenangkan secara cepat olehnya. (Today Online/Channel News Asia).
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Adi Suhendi
===============

Minat ?

chat yaa inbox fb atau 

BBM 5D34A253 n 

wa 081363563800.. 

happy shopping..tq dear


Foto Roeslan Malay.

Merdeka.com - Nama Halimah Yacob mendadak jadi perbincangan di kalangan masyarakat dunia. Wanita 63 tahun tersebut merupakan seorang muslimah pertama yang berhasil menduduki jabatan sebagai presiden Singapura.

Halimah yang merupakan mantan Ketua Parlemen Singapura, secara resmi ditetapkan sebagai presiden dan mendapat sertifikat kelayakan setelah mengalahkan empat kandidat lain yang tidak memenuhi untuk ikut pencalonan.
Dilansir dari laman Straits Times, Selasa (12/9), perjalanan karir Halimah untuk menjadi presiden tidak dilaluinya dengan mudah. Dia juga mengalami masa-masa sulit bersama dengan keluarganya.
Wanita yang lahir di Queen Street tersebut merupakan anak terakhir dari lima bersaudara. Dia dilahirkan dari orangtua keturunan Melayu. Pada tahun 1962, ayahnya yang sehari-hari bekerja sebagai penjaga keamanan meninggal dan tugas mencari nafkah otomatis digantikan oleh sang ibu.
Ibu Halimah berjualan nasi padang menggunakan gerobak dorong di sekitar jalan Shenton untuk menghidupi anak-anaknya sebelum akhirnya membeli sebuah kios jajanan. Halimah yang saat itu masih berusia 8 tahun sering ikut membantu ibunya bersih-bersih, mencuci piring, membersihkan meja, hingga melayani pelanggan.
Halimah bersekolah di Singapore Chinese Girls School. Dia menjadi satu dari sedikit murid keturunan Melayu di sana. Dia lalu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi Singapura dan mengambil jurusan hukum.
Setelah lulus, Halimah bergabung dengan National Trades Union Congress (NTUC) sebagai pegawai di bidang legal. Dia menghabiskan waktu 30 tahun di sana sebelum akhirnya ditunjuk menjadi wakil sekretaris jenderal.
Halimah kemudian terjun ke dunia politik atas desakan Perdana Menteri Goh Chok Tong. Dia pernah dinominasikan dan memenangkan empat pemilihan umum sejak masuk ke dunia politik, seperti kursi di Jurong GRC dan Marsiling-Yew Tee GRC.
Karir Halimah di bidang politik berkembang dengan pesat. Pada 2011 dia ditunjuk sebagai Menteri Negara di Kementerian Pengembangan Masyarakat, Pemuda dan Olahraga. Kemudian pada 2013, dia ditunjuk sebagai perempuan pertama Ketua Parlemen Singapura.
Pada 2017, Halimah memberanikan diri maju dalam pemilihan presiden dan memenangkan jabatan tersebut pada 11 September. Kini Halimah sedang mempersiapkan diri untuk pengukuhan presiden yang akan dilakukan Rabu (13/9).
Saat ditanya tujuan utamanya mengikuti pemilihan umum, tanpa ragu Halimah menjawab, "Saya ingin melayani rakyat Singapura dan negri ini.
SUMBER: MERDEKA.COM

=====

Singapura akan punya presiden perempuan pertama

 | 1.266 Views
Singapura akan punya presiden perempuan pertama
Halimah Yacob (Wikimedia Commons/e_chaya)
Jakarta (ANTARA News) - Halimah Yacob akan menjadi presiden kedelapan dan kepala negara wanita pertama Singapura pada pekan ini, dalam pemilihan presiden perdana bagi kandidat dari komunitas Melayu.

Mantan ketua parlemen berusia 63 tahun itu adalah satu-satunya calon presiden yang dinyatakan berhak mengikuti pemilihan oleh Komite Pemilihan Presiden (PEC) pada Senin (11/9).

"Apakah ada pemilihan atau tidak, semangat dan komitmen saya untuk melayani rakyat Singapura tetap sama," katanya seperti dikutip dari Strait Times, Selasa.

Dia mendapatkan sertifikat kelayakan dari Departemen Pemilihan, tidak lama setelah menyaksikan pemilihan penggantinya di parlemen.

Komisi Konstitusi merekomendasikan perubahan untuk menjamin keterwakilan minoritas di lembaga tertinggi di negara tersebut dan juga untuk memperketat kriteria kelayakan seseorang menjadi presiden sesuai dengan pertumbuhan ekonomi.

Setelah memegang jabatan publik utama, yaitu ketua parlemen sejak 2013, Halimah adalah satu-satunya dari tiga calon bersuku Melayu yang secara otomatis memenuhi syarat mencalonkan diri.

PEC menginformasikan kepada dua kandidat lainnya, Farid Khan (61) dan chief executive perusahaan properti Salleh Marican (67) bahwa mereka tidak memenuhi syarat untuk mengikuti pemilihan presiden.

Proses pemilihan presiden kali ini menimbulkan reaksi beragam dari para pengamat, yang menyambut Halimah sebagai sejarah dengan menjadi presiden wanita pertama negara itu dan kepala negara Melayu pertama dalam 47 tahun terakhir.

"Madam Halimah adalah minoritas ganda -- tidak hanya individu Melayu-Muslim, tapi juga perempuan," kata Wakil Direktur Institut Studi Kebijakan Gillian Koh.

Tetapi Koh merasa "penerimaan keragaman kita pasti akan lebih hebat lagi jika ada kontes terbuka".

Namun, profesor ilmu politik Bilveer Singh dari National University of Singapore mengatakan, "Dipilih melalui jalan pintas tidak melemahkan atau mendelegitimasi pemenangnya."
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2017



======



Presiden Singapura terpilih 

Tanpa suara











cerita highlights

  • Calon dalam pemilihan presiden Singapura hanya bisa dari satu kelompok ras
  • Aturan baru ini bertujuan untuk memastikan keterwakilan yang lebih baik tetapi telah terbukti kontroversial
Singapura (CNN)Singapura dimaksudkan untuk pergi ke tempat pemungutan suara pada akhir minggu depan untuk memilih presiden baru, tetapi mereka akan tidak lagi memiliki kesempatan, dengan hanya satu calon kualifikasi untuk balapan.
Mantan Ketua Parlemen Halimah Yacob telah muncul sebagai pemenang secara default, setelah calon presiden lainnya jatuh busuk dari aturan baru.
    "Saya hanya bisa mengatakan bahwa saya berjanji untuk melakukan yang terbaik yang saya bisa untuk melayani rakyat Singapura dan yang tidak berubah apakah ada pemilihan atau tidak ada pemilu," katanya kepada wartawan , Senin.
    Apa yang harus menjadi momen perayaan - Halimah akan menjadi presiden perempuan pertama di Singapura - telah terbukti kontroversial karena beberapa alasan dan muncul bertentangan dengan reputasi Singapura sebagai negara kota teknokratis dan efisien.
    Sementara kantor presiden sebagian besar peran seremonial di Singapura, ia memiliki kekuatanuntuk memveto beberapa keputusan pemerintah, misalnya dalam hal fiskal yang menyentuh pada cadangan negara, atau janji kunci dalam pelayanan publik.
    "Satu-satunya penerima manfaat dari pemilihan presiden dilindungi undang-undang ini adalah Halimah Yacob dan timnya, serta oposisi Singapura, yang kini memiliki baris baru serangan terhadap PAP (Partai Aksi Rakyat). Sisa Singapura telah menderita," Sudhir Vadaketh, penulis Singapura dan komentator, mengatakan kepada CNN. Halimah adalah, sampai saat ini, anggota setia dari PAP yang berkuasa, yang mendominasi politik Singapura."Semua Singapura tidak senang bahwa meritokrasi dan keadilan pemilu, nilai-nilai Singapura inti, telah terkikis untuk memenuhi tujuan-tujuan politik yang dirasakan."
    Halimah Yacob setelah kedatangannya di gedung Majelis Nasional di Phnom Penh pada 7 Mei 2015.

    politik rasial

    Dalam pemilihan ini, untuk pertama kalinya, calon untuk menjadi presiden Singapura hanya bisa datang dari satu kelompok ras: Melayu.
    Ini adalah kebijakan radikal yang kemungkinan akan membuktikan memecah belah di tempat lain tapi itu salah satu negara Asia Tenggara mengatakan diperlukan untuk memastikan representasi yang lebih baik di antara tiga ras utama negara: Cina, India dan Melayu.
    "Ini menunjukkan kita tidak hanya berbicara tentang multi-rasialisme, tapi kita berbicara tentang hal itu dalam konteks meritokrasi atau peluang bagi semua orang, dan kita benar-benar mempraktekkannya," Halimah mengatakan kepada surat kabar The Straits Times, sebelum menyatakan niatnya untuk kontes pemilihan.
    Aturan baru juga menetapkan kriteria ketat pada latar belakang calon. Misalnya, orang-orang dari sektor swasta dituntut untuk menjadi chief executive dari perusahaan, dengan setidaknya $ 370 juta ekuitas.
    Dua Melayu calon presiden lainnya - pengusaha Salleh Marican dan Farid Khan - gagal untuk mendapatkan Sertifikat Kelayakan dari Komite Pemilihan Presiden pada dasar ini, meskipun Komite Pemilihan Presiden bisa dilakukan kebijakannya untuk memungkinkan mereka untuk menjalankan untuk kantor.
    Kritik menuduh bahwa aturan baru adalah cara bagi pemerintah untuk tahap-mengelola pemilu dan mencegah lawan dari berjalan.
    Pada bulan Agustus, pengadilan banding Singapura memutuskan terhadap tantangan hukum ke sistem baru yang berkuasa anggota parlemen partai berbalik kritikus, Tan Cheng Bock. Tan telah kalah tipis dalam pemilihan presiden sebelumnya pada 2011 Tony Tan, mantan wakil perdana menteri secara luas diakui sebagai kandidat-disukai pemerintah, dan direncanakan untuk menjalankan lagi.
    populasi Singapura adalah 74% Cina, 13% Melayu, 9% India dan 3,2% adalah ambigu bernama "Lainnya."

    aturan baru

    Pengumuman Senin oleh Departemen Pemilu yang hanya satu kandidat memiliki tanda yang berkualitas kesimpulan underwhelming untuk pemilihan kontroversial dilakukan di bawah perubahan pada sistem presiden terpilih di Singapura sebagai melalui Parlemen awal tahun ini.
    Secara khusus, amandemen menyatakan bahwa pemilihan akan disediakan untuk calon dari kelompok ras tertentu jika lima pemilu sebelumnya belum menghasilkan presiden dari kelompok ras. Di Singapura, itu dijuluki sebagai "model hiatus-dipicu."
    "Setiap warga negara, Cina, Melayu, India atau beberapa ras lain, harus tahu bahwa seseorang dari komunitasnya bisa menjadi Presiden, dan pada kenyataannya dari waktu ke waktu, tidak menjadi Presiden," kata Lee Hsien Loong, Perdana Menteri Singapura, November lalu sebelum aturan baru diperkenalkan.
    Singapura belum memiliki presiden Melayu sejak negara pertama Presiden Yusof Ishak, yang menjabat sebagai kepala negara dari tahun 1965 sampai 1970. presiden berikutnya telah dari masyarakat Eurasia, Cina dan India.

    Perdebatan

    Pemilu juga telah memicu perdebatan tentang siapa yang Melayu dan mengangkat pertanyaan tentang bagaimana balapan individu dapat ditentukan.
    Calon diminta untuk dinilai oleh panel masyarakat lima anggota untuk menyatakan ras mereka sebagai Melayu sebagai bagian dari kriteria kualifikasi.
    Halimah, yang telah berhasil berdiri sebagai calon Melayu dalam pemilihan umum sebelumnya, dilaporkan memiliki seorang ayah India .
    Selain itu, Salleh Marican juga memiliki seorang ayah India, sedangkan kartu identitas Farid Khan daftar ras sebagai "Pakistan," yang dikuasai pemerintah Straits Times melaporkan
    Terlebih lagi, kritikus menunjukkan bahwa, jika tujuannya benar-benar untuk meningkatkan representasi ras dan keadilan, langkah-langkah lebih bermakna dapat diadopsi.
    Cina merupakan mayoritas di Singapura dan sering mendominasi dalam posisi kekuasaan dan pengaruh.
    Perdana Menteri Singapura selalu Cina, dan itu hanya pada tahun 2015 bahwa negara akhirnya memiliki lebih dari satu menteri Melayu di Kabinet pada satu waktu.
    Masyarakat Melayu biasanya memiliki pendapatan lebih rendah dan bergulat dengan diskriminasi institusional, seperti di angkatan bersenjata.
    "Sementara pemesanan pemilihan presiden hanya Melayu adalah sikap yang sangat simbolis, ada kebutuhan untuk berbuat lebih banyak untuk masalah konkret yang dihadapi oleh masyarakat Melayu seperti diskriminasi, kurangnya mobilitas sosial dan kemiskinan relatif," kata pengacara Fadli Fawzi CNN.
    "Saya berpikir bahwa itu lebih penting untuk fokus pada menghilangkan hambatan dan meningkatkan banyak orang di jalan daripada pemesanan slot untuk satu atau dua individu."
    Berbicara di sebuah forum pada hari Jumat, Chan Chun Sing seorang menteri di Kantor Perdana Menteri, mengakui tidak populernya sistem baru, mengatakan bahwa itu akan menjadi "perjalanan keras" untuk meyakinkan Singapura bahwa perubahan itu diperlukan.
    Dia membantah tuduhan bahwa amandemen dibuat untuk kepentingan politik.
    "Kami siap untuk membayar harga politik, karena kita berpikir masa depan negara kita jauh lebih penting daripada modal politik yang kita miliki," katanya.


    ======

    Sidang perdana praperadilan KPK tanpa Setya Novanto






    setya Novanto
    Image captionSetya Novanto mangkir dari panggilan KPK Senin (11/9) kemarin dengan alasan sakit gula.

    Ketika KPK melakukan dengar pendapat di Kpomisi III DPR, sidang gugatan praperadilan Setya Novanto pada KPK digelar tanpa kehadiran Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang sekaligus Ketua Golkar tersebut.
    Setya mengajukan gugatan, karena ia tidak terima ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus pengadaan KTP Elektronik.
    Sidang perdana pada Selasa (12/09) digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang dipimpin oleh Hakim Ketua Cepi Iskandar dan dimulai pukul 10:25 WIB.
    KPK melalui biro hukumnya yang menghadiri sidang tersebut meminta penundaan sidang hingga tiga minggu ke depan, namun tim kuasa hukum Setya Novanto mengajukan keberatan dan menghendaki sidang dimulai tiga hari lagi. Hakim akhirnya memutuskan persidangan akan kembali digelar semiggu kemudian, pada Rabu (20/09).
    "Waktu tiga minggu terlalu panjang, namun demikian tiga hari juga terlalu singkat. Saya beri KPK untuk menunda sidang pada sidang berikutnya setelah 7 hari. KPK diberi waktu hari Rabu tanggal 21 September," ujar Hakim Cepi dalam persidangan.
    Kuasa Hukum Setya, Agus Triyanto pula menghendaki jadwal sidang yang pasti untuk menyesuaikan dengan waktu saksi-saksi ahli yang akan dipanggil di persidangan untuk dimintai kesaksian.
    "Kami mohon jadwal yang bisa kita tetapkan karena bekaitan dengan saksi-saksi ahli yang akan kami siapkan sesuai waktu persidangan. Makanya kami membutuhkan term dan waktu yang pas," jelas Agus.
    Penetapan Setya Novanto sebagai tersangka dilakukan setelah penyidik KPK mengaku memiliki dua alat bukti yang cukup untuk menjerat Setya. Sementara, Setya membantah menerima aliran dana sebesar Rp 574 miliar, sehingga KPK tidak memiliki alasan untuk menetapkannya sebagai tersangka.
    Sebelumnya, Setya Novanto tidak memenuhi panggilan KPK, dengan alasan sakit. Sekretaris Jenderal Partai Golkar, Idrus Marham, yang datang ke kantor KPK Senin (11/9) sekitar pukul 10.00 WIB, menyampaikan surat keterangan dokter bahwa Setya sakit gula dan tengah menjalani rawat inap di Rumah Sakit Siloam Jakarta.
    "Surat Pak Setya Novanto berisi pemberitahuan yang dilampiri surat rekomendasi dokter bahwa dia tidak diperkenankan hadir pemeriksaan karena alasan kesehatan," katanya Idrus.
    Rencana pemeriksaan Setya ini sedianya akan menjadi pemeriksaan pertamanya dalam kasus e-KTP. Juli lalu, KPK memanggil Setya untuk bersaksi terkait tersangka lain dalam perkara tersebut. Kala itu Setya juga mangkir dengan alasan sakit.





    Setya NovantoHak atas fotoEPA
    Image captionPosisi Setya Novanto sebagai ketua umum Partai Golkar dan ketua DPR sejauh ini 'aman'.

    Setya Novanto sudah beberapa kali lolos dari kasus-kasus 'berat.' Seperti kasus 'Papa Minta Saham,' terkait skandal Freeport yang melibatkannya bersama pengusaha Riza Chalid, dua tahun lalu.
    Kasusnya adalah pertemuan tak resmi denga Presiden Direktur Freeport Indonesia waktu itu, Setya Novanto membawa serta seorang pengusaha, Riza Chalid. Dan dalam pertemuan tertutup itu Riza disebut meminta saham di sbeuah perusahaan, dengan mencatut nama Presiden joko Widodo. Masalahnya, pertemuan itu direkam, dan rekamannya dilaporkan oleh mehteri Energi dan Sumbr daya waktu itu, Sudirman Said.
    Setya Novanto waktu itu disidangkan di Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), namun kemudian ia lolos dari kemungkinan sanksi MKD setelah menyatakan pengunduran diri sebagai Ketua DPR.
    Tetapi kemudian Mahkamah Yudisial menyatakan bahwa perekaman tanpa perintah pengadilan dinyatakan tidak sah sebagai barang bukti. Sehingga kasus Setya Novanto dinyatakan gugur, dan Setya pun kembali menjadi Ketua DPR
    sumber: BBC ...http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-41236363

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar