Jumlah pengungsi Rohingya menyeberang dari Myanmar ke Bangladesh telah melonjak, kata PBB, dengan lebih dari 35.000 pendatang baru diidentifikasi dalam 24 jam terakhir.
Siapakah Tentara Pembebasan Rohingya Arakan?
Lebih dari 140.000 warga Rohingya telah meninggalkan rumah mereka sejak 25 Agustus. Mereka berusaha melarikan diri dari kekerasan, menyusul serangan balik militer terhadap kelompok milisi Rohingya yang menyerang pos polisi.
Kelompok bernama Tentara Pembebasan Rohingya Arakan (ARSA) itu mengaku bertindak atas nama warga Rohingya - namun siapa sebenarnya mereka?
- Attaullah, pemimpin gerakan Arakan yang 'membela Muslim Rohingya'
- Siapa sebenarnya etnis Rohingya dan enam hal lain yang harus Anda ketahui
- Aung San Suu Kyi kecam 'kesalahan informasi' soal Rohingya
Siapakah ARSA?
Tentara Pembebasan Rohingya Arakan (Arakan Rohingya Salvation Army, ARSA) beroperasi di Negara Bagian Rakhine di Myanmar utara, tempat mayoritas-Muslim Rohingya menghadapi persekusi. Pemerintah Myanmar menolak memberikan mereka kewarganegaraan dan memandang mereka sebagai imigran ilegal dari Bangladesh.
Bentrokan terjadi secara berkala di antara kelompok-kelompok etnik, namun tahun lalu sebuah kelompok pemberontak bersenjata Rohingya berkembang. ARSA, yang sebelumnya dikenal dengan nama lain termasuk Harakah al-Yaqin, telah membunuh lebih dari 20 petugas polisi dan anggota pasukan keamanan.
Pada 25 Agustus, kelompok itu menyerang pos-pos polisi di Negara Bagian Rakhine, membunuh 12 orang dalam serangan terbesar mereka hingga saat ini. Hasilnya, memicu sebuah serangan balik dari aparat keamanan.
Pemerintah menyebut kelompok ini sebagai organisasi teroris dan mengatakan pemimpin-pemimpinnya telah dilatih di luar negeri.
Kelompok Krisis Internasional (International Crisis Group, ICG) juga mengatakan bahwa para anggota ARSA telah dilatih di luar negeri.
Pemimpinnya adalah Attaullah Abu Ammar Jununi, lahir dari orang tua Rohingya di Karachi, Pakistan, dan dibesarkan di Mekah, Arab Saudi.
Meski begitu, seorang juru bicara kelompok ini membantah hal ini dan mengatakan ke Asia Times bahwa kelompok ini tidak ada hubungannya dengan kelompok jihad dan hanya berjuang untuk orang Rohingya agar diakui sebagai sebuah kelompok etnik.
Jenis senjata apa yang mereka miliki?
Pemerintah Myanmar mengatakan bahwa serangan pada 25 Agustus dilakukan dengan pisau dan bom molotov.
Senjata mereka tampaknya kebanyakan dibuat sendiri namun laporan ICG menyiratkan bahwa mereka tidak sepenuhnya amatir dan menunjukkan beberapa bukti bahwa mereka dibantu oleh beberapa veteran dari konflik lain, termasuk orang-orang dari Afghanistan.
Kapan ARSA berdiri?
Juru bicara ARSA yang berbicara ke Asia Times mengatakan bahwa ARSA telah melatih orang sejak 2013. Namun serangan pertama mereka adalah pada Oktober 2016, saat mereka membunuh sembilan petugas polisi.
Apakah misi mereka?
ARSA mengatakan kelompok itu bertujuan untuk "membela, menyelamatkan dan melindungi" kelompok Rohingya dari penindasan negara. Aksi pembelaan itu "sejalan dengan prinsip pertahanan diri".
ARSA juga menolak label teroris dengan mengatakan bahwa kelompok itu tidak menyerang penduduk sipil. Meski begitu, ada beberapa laporan bahwa kelompok itu membunuh informan saat melatih anggotanya.
- Apakah isu Rohingya berpotensi 'menjadi medan' jihad?
- Menengok fakta-fakta di wilayah konflik Rakhine, Myanmar
ICG mengatakan anggota ARSA adalah laki-laki muda Rohingya yang marah terhadap respons pemerintah Myanmar saat kerusuhan yang mematikan pada 2012.
Anak-anak muda yang berusaha meninggalkan area itu dulunya bisa melakukannya dengan menggunakan kapal ke Malaysia, namun Angkatan Laut Malaysia memblokir rute itu pada 2015. Hal ini menyebabkan ribuan orang terdampar di laut dan, kata ICG, yang lain mempertimbangkan untuk melakukan kekerasan.
Dalam kondisi kemiskinan ekstrem, tanpa kewarganegaraan dan pembatasan pada pergerakan orang Rohingya, ARSA beraksi. Konsekuensinya, aparat keamanan membalas kekerasan dengan kekerasan.
Sebuah laporan PBB pada Februari mendeskripsikan "kekejaman yang menghancurkan" dari para prajurit yang telah memukuli, memperkosa dan membunuh orang-orang sejak wilayah Rakhine ditutup setelah serangan Oktober 2016.
Pelapor khusus PBB mengenai situai HAM di Myanmar telah mengatakan bahwa skala penghancuran saat ini "jauh melebihi" tahun lalu.
Apa efek dari serangan balasan sejauh ini?
Serangan ke pasukan keamanan telah memicu kekerasan dari pihak militer, yang mengatakan bahwa mereka berjuang melawan militan yang menyerang penduduk sipil.
Lebih dari 100.000 orang Rohingya telah meninggalkan desa mereka dan menyeberang perbatasan ke Bangladesh, tempat kamp-kamp pengungsian terisi penuh.
Banyak dari mereka mengatakan militer dibantu biksu Buddha, telah meratakan desa-desa dan membunuh warga sipil. Pemerintah mengatakan kelompok Buddha dan Hindu juga telah meninggalkan daerah itu akibat kekerasan yang ada.
Akses media ke Rakhine, tempat terjadinya kekerasan, sangat terbatas, membuat sulit untuk memverifikasi situasi di lapangan.
Para aktivis dan politikus di seluruh dunia telah menyatakan keprihatinan mereka atas situasi pengungsi ini, dari kekurangan tempat bernaung, air dan makanan. Ada laporan anak-anak terluka akibat ranjau darat saat mereka berusaha meninggalkan negara itu.
Seorang perwakilan PBB, dan penerima Nobel Perdamaian Malala Yousafzai,meminta pemimpin de facto Myanmar, Aun Sang Suu Kyi, untuk menghentikan kekerasan yang ada. Suu Kyi sebelumnya mengatakan bahwa ada "banyak kekerasan" di area itu namun pembersihan etnik adalah "terminologi yang terlalu kuat" untuk digunakan
Minat ?
chat yaa inbox fb atau BBM 5D34A253 n wa 081363563800..
happy shopping..tq dear
=====
Lebih dari 123.000 Rohingya sekarang dikatakan telah melarikan diri dari kekerasan di negara bagian Rakhine Myanmar sejak 25 Agustus.
Konflik ini dipicu oleh serangan oleh militan Rohingya di pos polisi.
Hal ini memicu kontra-ofensif militer yang telah memaksa banjir warga sipil Rohingya dari desa mereka.
Rohingya adalah etnis minoritas sebagian besar Muslim stateless yang telah menghadapi penganiayaan di Myanmar (juga disebut Burma). Banyak dari mereka yang telah melarikan diri menggambarkan tentara dan massa Rakhine Buddha meratakan desa mereka dan membunuh warga sipil dalam kampanye untuk mengusir mereka.
Militer mengatakan mereka berperang melawan gerilyawan Rohingya yang menyerang warga sipil.
- UK permohonan untuk membantu melarikan diri Rohingya
- Apa yang memicu kekerasan terbaru di Rakhine?
- Bagaimana foto palsu menyulut kekerasan konflik
- Siapa yang akan membantu Myanmar Rohingya?
Secara independen memverifikasi situasi di lapangan sangat sulit karena akses dibatasi, tapi karena serangan polisi-post keluarga Rohingya telah mengalir ke utara ke Bangladesh.
PBB mengatakan tidak jelas kapan tepatnya pengungsi terbaru tiba, tetapi mengatakan jumlah pendatang baru membutuhkan makanan dan tempat tinggal telah melonjak secara dramatis.
Dua kamp PBB utama bagi mereka sekarang penuh, jadi orang yang tidur di luar atau tempat penampungan bangunan di tanah terbuka dan di sepanjang jalan, kata seorang juru bicara. Banyak yang membutuhkan makanan dan air.
"Kami melarikan diri ke bukit ketika penembakan dimulai. Tentara membakar rumah-rumah," Salim Ullah, seorang petani dari desa Kyauk Pan Du Myanmar, mengatakan kepada kantor berita Reuters saat ia tiba di Bangladesh.
"Kami punya di atas kapal saat fajar. Aku datang dengan ibu saya, istri dan dua anak. Ada 40 orang di atas perahu, termasuk 25 wanita."
Badan migrasi PBB telah meluncurkan banding sebesar $ 18m (13.9m) untuk menyediakan "layanan menyelamatkan nyawa" bagi pendatang baru.
Dimana telah pengungsi melarikan diri?
- Beberapa 123.600 orang telah menyeberang ke Bangladesh sejak 25 Agustus, Sektor Inter Koordinasi laporan Grup
- Selain angka ditampilkan pada peta, sekitar 36.000 pengungsi tambahan juga hidup di komunitas host dan situs spontan dihiasi di sekitar wilayah perbatasan.
Sementara itu pertempuran tampaknya akan berlanjut di Rakhine, sebuah laporan situasi PBB mengatakan, dengan asap terlihat di setidaknya 15 poin dekat perbatasan Bangladesh.
Ribuan warga Buddha di Rakhine juga dilaporkan telah melarikan diri ke selatan. Seorang wanita mengatakan kepada BBC Burma dia melihat militan Rohingya menyerang orang di desanya dengan pedang dan berlari untuk hidupnya.
Lonjakan pengungsi datang di tengah meningkatnya kekhawatiran di negara-negara Muslim atas penderitaan orang Rohingya.
"Pihak berwenang keamanan perlu untuk segera menghentikan segala bentuk kekerasan di sana dan memberikan bantuan kemanusiaan dan bantuan pembangunan untuk jangka pendek dan panjang," kata Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi, yang bertemu Myanmar de facto pemimpin, Aung San Suu Kyi, Senin.
Pada hari Selasa Ms Retno bertemu Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, yang mengatakan masuknya Rohingya adalah "beban besar" untuk Bangladesh dan meminta para pemimpin dunia untuk menekan Myanmar untuk membawa mereka kembali.
Indonesia merupakan salah satu dari beberapa negara di mana ada protes atas masalah Rohingya. Pakistan dan Malaysia telah berbicara, dan Maladewa telah menghentikan perdagangan dengan Myanmar. Presiden Turki disebut Suu Kyi untuk meningkatkan kekhawatiran tentang pelanggaran hak asasi manusia, kata media Turki.
Chechnya and Indian-administered Kashmir have seen protests and Kyrgyzstan has postponed an Asian Cup football qualifier with Myanmar, citing possible protests.
Pada hari Senin, seorang pejabat senior hak asasi manusia PBB mengatakan sudah waktunya untuk Suu Kyi langkah untuk melindungi Rohingya.
Ms Suu Kyi, a Nobel Peace laureate who was under house arrest for years for her pro-democracy activism, has yet to comment on the latest violence.
She is under growing pressure to condemn the army's campaign, but faces both a powerful military and a Burmese public largely hostile to the Rohingya.
Pada hari Selasa Perdana Menteri India Narendra Modi tiba di Myanmar untuk kunjungan resmi, namun sejauh mana ia akan mengangkat isu tidak jelas.
Bulan lalu, nya pemerintah - yang ingin meningkatkan hubungan ekonomi dan militer dengan Myanmar - mengumumkan rencana untuk mendeportasi 40.000 pengungsi Rohingya India , karena dikatakan mereka adalah pendatang ilegal.
Namun, menemukan suatu negara untuk menerima mereka akan sangat sulit, karena Myanmar tidak menganggap mereka warga negara dan Bangladesh, yang sudah rumah bagi ratusan ribu pengungsi Rohingya, mengambil pandangan yang sama.Konflik pecah di Provinsi Rakhine, Myanmar sejak akhir Agustus 2017. Militer negara tersebut menyerang permukiman masyarakat Rohingya. Rumah-rumah dibakar dan warga ditembak membabi buta hingga korban jiwa berjatuhan.
Kondisi ini memaksa masyarakat yang turun temurun tinggal di Rakhine, mengungsi ke negara terdekat, Bangladesh. Ironisnya, jalan menuju Bangladesh juga sangat berbahaya karena dipasangi ranjau oleh militer Myanmar.
Pemerintah Myanmar mengklaim, aksi militer merupakan reaksi dari tindakan kelompok Tentara Pembebasan Rohingya Arakan (ARSA) yang menyerang pos-pos militer pemerintah pada 25 Agustus 2017. Pemerintah Myanmar menyebut yang mereka sasar adalah kelompok militan, meski faktanya anak-anak, orangtua dan wanita Rohingya menjadi korban serangan militer Myanmar.
Selengkapnya....https://news.okezone.com/…/negosiasi-mulus-indonesia-segera…
Jokowi Serukan Kekerasan pada Etnis
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo meminta krisis kemanusiaan yang terjadi pada etnis Rohingya di Myanmar segera dihentikan. Presiden Jokowi juga menegaskan komitmen pemerintah Indonesia untuk membantu mengatasai krisis kemanusiaan di Rakhine State.
Selengkapnya....https://news.okezone.com/…/negosiasi-mulus-indonesia-segera…
=====
JK: Indonesia Tampung Berapa Saja Pengungsi Rohingya
"Kita menampung berapa saja, kita tampung," ujar JK di Kantor Wakil Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, 5 September 2017.
VIVA.co.id - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, Indonesia senantiasa terbuka untuk menampung berapa saja pengungsi etnis Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar akibat konflik yang terjadi di sana.
Alasannya, para pengungsi menjadikan Indonesia sekadar sebagai lokasi transit sebelum mengungsi ke negara-negara yang dianggap lebih maju serta bisa menjanjikan kemakmuran lebih baik untuk mereka.
Menurut JK, Indonesia bekerjasama dengan badan PBB yang menangani pengungsi (UNHCR) untuk selanjutnya menetapkan tempat pengungsian permanen bagi para pengungsi Rohingya. Lokasi itu antara lain negara seperti Amerika Serikat dan Australia.
JK menyampaikan, di negara-negara maju itu, para pengungsi selanjutnya bisa dijadikan tenaga kerja untuk turut menggerakkan perekonomian negara yang bersangkutan.
"Karena itu, justru negara-negara seperti Amerika itu memang butuh tenaga kerja. Kalau di negara kita, kan sudah berlebihan tenaga kerja," ujarnya.
Sebagai informasi, Indonesia dijadikan lokasi pengungsian oleh ratusan pengungsi Myanmar sejak konflik terjadi beberapa tahun lalu. Lokasi para pengungsi itu antara lain berada di Aceh dan Makassar, Sulawesi Selatan. (mus)
====
Selasa , 05 September 2017, 01:16 WIB
Erdogan akan Soroti Krisis Kemanusiaan Rohingya di PBB
Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Agung Sasongko
Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Agung Sasongko
REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menegaskan, bakal menyoroti krisis kemanusiaan yang terjadi di Rakhine State, Myanmar, dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, pada 19 September mendatang. Erdogan juga akan mendorong para pemimpin dunia untuk membantu etnis Rohingya, yang menjadi korban dalam tragedi kemanusiaan tersebut.
''Saya akan membawa dan mengemukakan apa yang terjadi di Myanmar pada Sidang Umum PBB, 19 September mendatang, dengan cara yang paling umum. Kami akan membicarakan masalah ini dengan para pemimpin dunia,'' ujar Erdogan saat mengunjungi Distrik Catalca, Istanbul, seperti dikutip Middle East Monitor, Senin (4/10) waktu setempat.
Tidak hanya itu, sebagai pemimpin Organisasi Konferensi Islam (OKI), Erdogan mengaku, telah membahas tragedi kemanusiaan di Myanmar dengan 20 pemimpin dari negara anggota OKI. Saat ini, Erdogan memang tengah menjabat Presiden OKI, jabatan yang diemban secara bergantian oleh para pimpinan negara-negara anggota OKI.
Erdogan pun kembali menegaskan sikapnya terkait aksi kekerasan dan pengusiran oleh pihak militer Myanmar terhadap penduduk ROhingya, yang mayoritas Muslim. Aksi kekerasan ini berujung pada ribuan penduduk Rohingya mengungsi ke Bangladesh. ''Anda melihat bagaimana situasi yang terjadi di Myanmar dan melibatkan Muslim di sana. Anda telah melihat bagaimana sebuah desa dibakar. Anda telah melihat penderitaan mereka. Kemanusiaan seolah tetap diam saat melihat pembantaian yang terjadi di Myanmar,'' kata Erdogan seperti dikutip Reuters.
Setidaknya hampir 400 orang dilaporkan meninggal dunia usai tentara Myanmar melancarkan operasi militer di Rakhine State, Myanmar, sejak 25 Agustus silam. Lembaga kemanusian menyebut, sekitar 73 ribu penduduk Rohingya mengungsi ke Bangladesh sejak operasi militer tersebut dilakukan.
Erdogan menegaskan, Pemerintah Turki akan terus mengirimkan bantuan kepada pengungsi Rohingya. ''Kami akan terus melakukan tugas kami. Kami, Turki, telah dan akan terus mengirimkan bantuan kepada mereka, lewat Palang Merah Turki, dan Kantor Managemen Bencana dan Kondisi Darurat (AFAD),'' ujar Erdogan
====
Jokowi Serukan Kekerasan pada Etnis
Rohingya Segera Dihentikan
Minggu, 03 September 2017 | 21:22 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar