Dramatis, Keluarga Muslim Bantu 39 Umat Kristen Sembunyi dan Keluar dari Marawi
Senin, 29 Mei 2017 – 08:10 WIB
Pengungsi yang berhasil diselamatkan mendapat pengarahan dari Wakil Gubernur Lanao del Sur, Mamintal Adiong, Jr., yang memasok mereka dengan bantuan sebelum mengirim mereka ke pusat evakuasi. Foto: Philstar |
MARAWI - Sebanyak 39 umat Kristen yang berada di Kota Marawi, Provinsi Lanao del Sur berhasil diselamatkan setelah terjebak dalam baku tembak antara tentara Filipina dan kelompok Maute yang mengepung desanya di Marawi.
Wakil Gubernur Lanao del Sur, Mamintal Adiong, Jr mengatakan kepada The Star bahwa penyelamatan berbahaya tersebut diprakarsai oleh petugas informasi pemerintah provinsi, Salma Jayne Tamano, seorang muslim, bersama kerabatnya.
"Ini adalah kisah bagus tentang persatuan muslim dan umat Kristen yang layak dibagi ke seluruh dunia," kata Adiong.
Direktur Kepolisian Lanao de Sur, Senior Supt. Oscar Nantes mengatakan, 39 warga Marawi pemeluk Kristen tersebut diselamatkan secara dramatis. Saat ditemukan oleh tim Tamano, mereka belum makan berhari-hari, berbaring di lantai rumah di daerah Lilod Madaya dan Saduc, di mana mereka bersembunyi selama lebih dari 36 jam karena kehadiran orang-orang bersenjata di daerah.
Nantes mengatakan bahwa tim Tamano juga menyelamatkan dua tetua muslim yang menyediakan 39 tempat perlindungan pengungsi sementara baku tembak meletus di desa tersebut.
Myrna Jocelyn Henry, staf komunikasi Tim Bantuan Darurat Kemanusiaan dan Respons Gempa dari Daerah Otonom di Mindanao Muslim, pada hari Minggu sebelumnya mengatakan bahwa penduduk kota yang didominasi muslim telah memfasilitasi relokasi yang aman lebih dari seratus orang Kristen ke daerah yang lebih aman dalam empat hari terakhir
"Pemerintah Autonomous Region in Muslim Mindanao (ARMM) berterima kasih kepada warga muslim Marawi ini karena membantu menyelamatkan nyawa non-muslim," katanya.
Direktur Kepolisian Lanao de Sur, Senior Supt. Oscar Nantes mengatakan, 39 warga Marawi pemeluk Kristen tersebut diselamatkan secara dramatis. Saat ditemukan oleh tim Tamano, mereka belum makan berhari-hari, berbaring di lantai rumah di daerah Lilod Madaya dan Saduc, di mana mereka bersembunyi selama lebih dari 36 jam karena kehadiran orang-orang bersenjata di daerah.
Nantes mengatakan bahwa tim Tamano juga menyelamatkan dua tetua muslim yang menyediakan 39 tempat perlindungan pengungsi sementara baku tembak meletus di desa tersebut.
Myrna Jocelyn Henry, staf komunikasi Tim Bantuan Darurat Kemanusiaan dan Respons Gempa dari Daerah Otonom di Mindanao Muslim, pada hari Minggu sebelumnya mengatakan bahwa penduduk kota yang didominasi muslim telah memfasilitasi relokasi yang aman lebih dari seratus orang Kristen ke daerah yang lebih aman dalam empat hari terakhir
"Pemerintah Autonomous Region in Muslim Mindanao (ARMM) berterima kasih kepada warga muslim Marawi ini karena membantu menyelamatkan nyawa non-muslim," katanya.
Bentrokan baru-baru ini yang dipicu oleh operasi militer terhadap pemimpin Abu Sayyaf Isnilon Hapilon dan kelompaok Maute yang mendukungnya, telah menyebabkan sentimen anti-Muslim. Namun Gubernur ARMM Mujiv Hataman telah menentang anggota kelompok Abu Sayyaf dan Maute.
"Saya berharap mereka akan menyadari bahwa apa yang mereka yakini (tentang jihad dan terorisme) tidak benar, dan apa yang mereka lakukan tidak benar karena mereka akan menyakiti diri mereka sendiri. Mereka menghancurkan kehidupan orang lain," kata Hataman. (adk/jpnn)
2 Perempuan Muslim
Selamatkan Umat Kristen dari Maute
KAMI MEMBANTU PENAMPILAN LEBARAN ANDA TENTUKANLAH PILIHAN ANDA SEKARANG JUGAMinat ?chat yaa inbox fb atau BBM 5D34A253 n wa 081363563800.. happy shopping..tq dear
Minat chat yaa inbox fb atau BBM 5D34A253 n wa 081363563800.. happy shopping..tq dear
Minat chat yaa inbox fb atau BBM 5D34A253 n wa 081363563800.. happy shopping..tq dear
Minat chat yaa inbox fb atau BBM 5D34A253 n wa 081363563800.. happy shopping..tq dear
Minat chat yaa inbox fb atau BBM 5D34A253 n wa 081363563800.. happy shopping..tq dear
======
Dua Perempuan Muslim
Selamatkan Umat Kristen dari Maute
MARAWI - Kehidupan aman dan tenteram warga Kota Marawi, Provinsi Lanao del Sur di Pulau Mindanao, Filipina berubah seketika. Militan Maute datang menjarah dan menguasai kota sejak Selasa (23/5) kemarin.
Di tengah ketakutan dan derita warga Marawi, tertulislah kisah heroik dua wanita muslim yang berani mengorbankan nyawa demi pemeluk agama Kristen, dari bahaya maut di tangan militan Maute.
Cerita pertama tentang Farida. Aksi keberanian Farida keluar dari penuturan Cris. Farida adalah pemilik toko senjata di Marawi, Cris salah seorang pegawainya yang sudah lama bekerja dengan Farida. Cris yang memeluk agama Kristen, tinggal bersama keluarganya di Marawi.
Di hari yang kelam itu, Cris mengingat bahwa sekelompok teroris menerobos masuk ke toko senjata tempat dia bekerja, "Mam Farida menghadapi mereka. Konfrontasi itu benar-benar dari mata ke mata yang menunjukkan keseriusan pesan dan keputusan pribadi yang ditunjukkan Mam Farida kepada orang-orang bersenjata," kata Cris seperti dilansir Inquirer.
Pemimpin kelompok tersebut memerintahkan agar semua senjata dan amunisi di tokonya itu dikeluarkan. Saat itu, si pemimpin lalu menanyai Farida tentang identitas karyawannya.
Farida lalu melangkah mundur, untuk berdiri di tengah 13 pegawainya yang meringkuk bersama di bawah ancama sepuluh teroris bersenjata. "Anda harus membunuh saya terlebih dahulu sebelum Anda bisa menyentuh mereka," ujar Farida seperti ditirukan Cris.
Cris adalah salah seorang dari 17 pegawai Farida yang bekerja di dua toko keluarga Farida di Marawi, satu di Basak Malutlut dan satu lagi di Banggolo, yang juga dijarah.
Pada awal pengepungan, 13 karyawan berada di toko Basak Malutlut sementara empat lainnya di Banggolo. Sebagian besar dari 17 karyawan telah dipekerjakan oleh Farida selama lebih dari satu dekade. Banyak yang tinggal bersama keluarga mereka di sebuah kompleks di Basak Malutlut. "Seandainya para teroris menangkap kami, pasti keluarga kami juga akan diambil," sambung Cris. Cris dan keluarganya adalah sebagian kecil pemeluk Kristen di Marawi. Andai tidak ada gejola pemberontakan, kehidupan atau hubungan muslim dan non-muslim sejatinya berjalan damai. Farida adalah salah seorang pengusaha muslim yang tak masalah mempekerjakan non-muslim bersamanya.
"Saat itu kami khawatir. Kami tahu, andai kami tidak dilukai, para teroris mungkin tertarik pada keterampilan teknis kami lainnya. Ketika para teroris pergi, Mam Farida memerintahkan kami untuk menjemput keluarga kami dan membawa mereka ke rumah saudara di Bangon, enam kilometer jauhnya," ujar Cris.
Di sana mereka dibawa lagi oleh paman Farida dan diungsikan ke rumah keluarga di Padian, dekat danau, di mana mereka bergabung dengan empat pegawai lainnya dari toko senjata Banggolo. Keesokan harinya, mereka menyeberangi danau ke kota Binidayan dan dari sana pergi ke Iligan City, berhasil menjauh dari Marawi.
Satu kisah pendek lagi datang dari wanita muslim bernama Zaynab. Sekitar pukul lima sore pada hari Selasa, saat para teroris menguasai distrik utama Marawi, Zaynab, seorang pekerja bantuan pembangunan dan kemanusiaan, sedang menghitung orang-orang pemeluk agama Kristen yang sedang berlindung.
Keesokan harinya, dia mengumpulkan 20 dari mereka, beberapa staf dan anggota keluarga, dan memasukkan mereka ke dalam kendaraan yang membawa mereka ke Iligan, menempuh perjalanan jauh ke selatan melalui Malabang untuk menghindari kemacetan di jalan Iligan-Marawi. Pikirannya cuma satu; bagaimana bisa menjauhkan mereka dari Marawi.
Mereka menempuh perjalanan selama 15 jam atau tiga kali dari waktu normal perjalanan. Mengonsumi makanan sudah tidak terpikirkan lagi oleh Zaynab. Padahal dia adalah seorang penderita diabetes.
"Saya tidak memikirkan bahaya. Saya siap mati sebelum mereka (teroris) bisa membahayakan orang Kristen," katanya. (adk/jpnn)