Selasa, 28 Agustus 2018

Apa Motif Para Pentolan #2019GantiPresiden Sebenarnya? ; Neno dan Dhani Mengadu ke DPR







#2019GantiPresiden Dihalangi, Neno dan Dhani Mengadu ke DPR - JPNN.COM

Neno dan Dhani Mengadu ke DPR

Selasa, 28 Agustus 2018 – 21:27 WIB

jpnn.comJAKARTA - Pegiat deklarasi #GantiPresiden 2019 Neno Warisman dan Ahmad Dhani  menyambangi DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (28/8). Keduanya menemui pimpinan DPR untuk mengadukan persekusi yang mereka alami.
Sebelumnya Neno dihalangi saat hendak menghadiri deklarasi #2019GantiPresiden di Pekanbaru, Riau. Sedangkan Ahmad Dhani yang hendak menghadiri deklarasi #2019GantiPresiden di Surabaya tak bisa keluar dari hotel tempatnya menginap yang dikepung massa.
Neno dan Dhani datang ke DPR bersama pelopor gerakan #2019GantiPresiden lainnya. Antara lain Eggi Sudjana, pencipta lagu #2019GantiPresiden Sang Alang dan pengacara Relawan Ganti Presiden (RGP) Mahendradata.
Dua wakil ketua DPR, yakni Fadli Zon dan Fahri Hamzah menerima rombongan aktivis #2019GantiPresiden. Ada pula Wakil Ketua Komisi I DPR Hanafi Rais dan anggota Komisi III DPR Nasir Djamil dan M Syafii yang ikut bergabung.
Neno pada forum itu menceritakan kejadian yang dialaminya sejak mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, Sabtu (25/8). Saat itu, mantan pesinetron itu sudah diadang puluhan massa dan aparat yang membuatnya harus tertahan selama 7 jam di dalam mobil di area Bandara SSK hingga akhirnya dipulangkan secara paksa ke Jakarta.
Menurut Neno, ada sekitar 30 orang mengadangnya. Massa pengadang itu memanjat gerbang bandara sampai membakar ban. 
Selanjutnya aparat silih berganti menghampirinya di dalam mobil dan memintanya kembali ke terminal bandara. Ada aparat yang meminta secara baik-baik, katanya, ada pula yang bernada mengancam. 
“Ibu punya keluarga kan. Saya juga punya keluarga,” ujar Neno menirukan dialognya dengan aparat di Bandara SSK
Neno sempat bertanya balik apakah aparat yang bertanya sengaja mengancamnya. “Ibu, ini keadaan tidak aman,” kata Neno bercerita. “Ada empat kali orang itu datang.”
Ketegangan berlangsung sampai menjelang Magrib. Para pengadang pun bubar.
Tak lama kemudian ada massa Laskar Melayu Bersatu untuk menjemput Neno. Mereka akan mengusahakan agar Neno dibolehkan keluar dari bandara. 
Namun, setelah negosiasi berlangsung sampai pukul 19.00 WIB, tidak ada kepastian. Bahkan, Jabar Lukman yang mendampingi Neno di mobil juga sudah berusaha melakukan negosiasi.
Namun, kata Neno, ada kata-kata tak pantas dari dari oknum aparat saat negosiasi dengan suami dr Diana Tabrani itu. “Enggak tahan saya dengarnya,” ucap Neno.
Neno mengaku mendengar aparat yang menyebutnya akan diseret, dikuliti dan dibakar jika hingga ham sembilan malam masih bertahan di Bandara SSK. “Kok kotor sekali. Saya lihat aparat sudah duduk-duduk. Tidak ada apa-apa lagi," ungkap Neno mengisahkan.
Singkat cerita, pada pukul 21.00 WIB malam itu, mobil yang ditumpangi Neno dilempari batu. Neno sudah dalam kondisi tak bisa mundur.
Mau ke arah kanan ataupun kiri juga tak bisa lagi. Saat itulah dia mendengar bentakan yang meminta semua yang ada di mobil Neno keluar.
Namun, Neno tak mau keluar. “Jangan keluar, kata saya,” kata Neno berkisah.
“Saya tidak terlalu jelas melihat, ini batu masih bertaburan, sopir ditarik, masuk polwan-polwan," tutur Neno.
Hal itu terjadi ketika Neno dikeluarkan dari mobil yang ditumpanginya. Saat itu Neno dijanjikan akan diantar ke hotel.
Nyatanya, mantan calon legislator PKS itu kembali dibawa masuk ke bandara. Dalam video yang beredar, ada aparat bersenjata yang mengawal Neno, termasuk aksi Kepala BIN Daerah (Kabinda) Riau Rachman Hariyadi.
"Saya bilang, Pak Kabinda, kebenaran di dunia kita enggak tahu, tapi suatu hari nanti kita tahu siapa benar siapa salah. Kemudian saya pulang," tambahnya.(fat/jpnn)
sumber:  
https://www.jpnn.com/news/2019gantipresiden-dihalangi-neno-dan-dhani-mengadu-ke-dpr?page=3
Kaos 2019 Ganti Presiden Ramai Dijual di Istiqlal
Pedagang menjual kaos #2019GantiPresiden di halaman Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (10/8). Kaos dijual dengan harga Rp 50-55 ribu per buah untuk lenga pendek dan lengan panjang. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Massa Gerakan 2019 Ganti Presiden. ©2018 Merdeka.com/Arul Nasrullah


Massa 2019 Tetap Jokowi unjuk rasa saat Deklarasi 2019 Ganti Presiden di Makassar (Fauzan/Makassar)
Massa 2019 Tetap Jokowi unjuk rasa saat Deklarasi 2019 Ganti Presiden di Makassar (Fauzan/Liputan6.com)

Inikah Motif Para Pentolan #2019GantiPresiden Sebenarnya?

Selasa, 28 Agustus 2018 – 20:44 WIB
Inikah Motif Para Pentolan #2019GantiPresiden Sebenarnya? - JPNN.COM
jpnn.comJAKARTA - Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi meyakini, Neno Warisman, Ahmad Dhani, Mardani Ali Sera dan Ratna Sarumpaet memanfaatkan momentum #2019GantiPresiden, untuk menaikkan popularitas di tengah masyarakat.
"Khusus untuk Neno Warisman dan Ahmad Dhani dengan latar belakang dunia entertainment dan kehidupan pribadi masing-masing, sepertinya wajar ingin menaikkan nama dengan segala manuver yang ada," ujar Ari kepada JPNN, Selasa (28/8).
Demikian juga dengan Ratna Sarumpaet. Ari menangkap kesan aktivis kontroversial tersebut seperti menemukan panggung untuk terus menyuarakan jargon yang selama ini dikampanyekannya, bahwa tak ada yang benar di era Jokowi.
"Untuk Mardani, saya menduga berharap bakal ada balas jasa dari Gerindra dan PKS untuk cetusan idenya #2019GantiPresiden. Minimal jabatan Wagub DKI menjadi target utama," katanya.
Sayangnya, kata pembimbing disertasi S3 di Universitas Padjajaran ini, keempat aktivis gerakan #2019GantiPresiden melupakan satu hal. Bahwa aktivitas yang mereka lakukan dinilai oleh masyarakat.
"Tanpa sadar mereka kini menjadi common enemy yang dibenci publik," katanya.
Menurut pembimbing disertasi S3 Universitas Padjajaran ini, keempat aktivis tersebut lupa, masyarakat memberikan penilaian berdasarkan kondisi nyata di tengah masyarakat.
Karena itu tidak heran, gerakan menolak deklarasi #2019GantiPresiden mengemuka di sejumlah tempat di tanah air. Di antaranya seperti yang terjadi di Surabaya, Minggu (26/8) kemarin.
"Saya kira mereka juga penting menyadari, ada risiko besar bagi masa depan demokrasi, jika terus memaksakan diri tetap mengampanyekan gerakan #2019GantiPresiden," pungkas Ari.(gir/jpnn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar