Dituduh Berkomplot Gulingkan Rezim Iran, WN Inggris Kembali Dipenjara
Agregasi VOA, Jurnalis · Senin 27 Agustus 2018 19:25 WIB
TIGA hari setelah diberi pembebasan sementara, seorang perempuan Iran yang berkebangsaan Inggris kembali dipenjara di Teheran, Minggu (26/8), karena para pejabat tidak mau memperpanjang “cuti penjaranya”.
Nazanin Zaghari-Ratcliffe bekerja untuk yayasan Thomson Reuters dan dipenjara sejak awal 2016 setelah ditangkap di bandara Teheran, ketika ia akan kembali ke Inggris.
Ratcliffe yang lahir di Iran, menikah dengan seorang warga Inggris dan punya kewarganegaraan ganda Inggris-Iran. Ia dijatuhi hukuman penjara lima tahun atas tuduhan “berkomplot untuk menggulingkan pemerintahan iran.”
Pekan lalu Ratcliffe mendapat “cuti penjara” selama tiga hari supaya bisa bergabung sebentar dengan keluarganya, kata Duta Besar Iran untuk Inggris, Hamid Baedinejad. (qlh)
Ekspor Minyaknya Dihalangi AS, Iran Ancam Tutup Selat Hormuz
Rahman Asmardika, Jurnalis · Jum'at 06 Juli 2018 13:38 WIB
Foto: Reuters. |
TEHERAN – Iran akan menutup Selat Hormuz yang akan secara efektif menghentikan semua pengiriman minyak dari Teluk Persia jika Amerika Serikat (AS) mengurangi ekspor minyak Iran. Hai itu disampaikan pejabat tinggi Garda Militer Iran di Teheran.
"Setiap upaya tidak bersahabat oleh AS (untuk menghalangi perdagangan minyak Iran) akan diikuti oleh ongkos yang mahal bagi mereka," kata Wakil Komandan Pangkalan Garda Revolusi, Sarollah di Teheran , Esmail Kowsari kepada Klub Jurnalis Muda Iran sebagaimana dilansir RT, Jumat (6/7/2018).
"Jika ekspor minyak Iran dihentikan, kami tidak akan memberikan izin minyak untuk diekspor ke dunia melalui Selat Hormuz," tambahnya.
Ancaman ini memperkuat pernyataan Presiden Iran Hassan Rouhani yang mengatakan bahwa Washington akan mendapatkan konsekuensi yang berat jika ikut campur dan berupaya menghalangi perdagangan minyak Iran.
Pernyataan dari Esmail segera mendapat reaksi dari AS yang menegaskan bahwa angkatan laut dan sekutu regionalnya siap untuk melakukan tindakan demi mempertahankan “kebebasan bernavigasi dan aliran perdagangan” di Teluk Persia.
Sementara China, salah satu negara yang memiliki hubungan dekat dengan Teheran meminta Iran untuk melakukan upaya guna memastikan stabilitas di Timur Tengah dan dengan negara-negara tetangganya. Impor minyak Beijing dari Arab Saudi, Kuwait dan Irak serta impor gas alam dari Qatar akan mengalami hambatan jika blokade tersebut diberlakukan Iran.
Selat Hormuz adalah salah satu titik terpenting dan strategis di dunia, terutama menyangkut perdagangan minyak. Sekira 30 persen dari semua perdagangan minyak melalui laut dihubungkan melalui selat itu. Iran telah beberapa kali mengancam akan memblokir Selat Hormuz dalam beberapa tahun belakangan tetapi belum pernah benar-benar melakukannya(dka)
Iran Ancam Blokir Jalur Pengiriman Minyak di Kawasan Teluk
Senin 27 Agustus 2018 21:09 WIB
Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Sumber : Reuters
Lima Kapal Iran Buntuti Kapal AS di Selat Hormuz
Wikanto Arungbudoyo, Jurnalis · Rabu 13 Juli 2016 01:02 WIB
Salah satu kapal milik Garda Revolusi Iran yang mendekati kapal AS (Foto: Reuters) |
TEHERAN – Garda Revolusi Iran mengirim lima kapal militer untuk memantau pergerakan kapal perang Amerika Serikat (AS) yang tengah berlayar melalui Selat Hormuz. Kapal-kapal Iran itu membuntuti kapal Negeri Paman Sam dalam jarak 500 meter.
Lima kapal perang Iran yang mendekati kapal perang AS terdiri dari empat kapal cepat, dengan tiga di antaranya dilengkapi senapan mesin, dan sebuah kapal patroli yang dilengkapi dengan rudal.
Bagi Jenderal Joseph Votel yang mengawasi militer AS di Timur Tengah-Tengah, manuver tersebut masih dalam batas aman. Namun, ia mengingatkan bahwa pasukan AS hanya memiliki sedikit waktu untuk menentukan apakah kapal-kapal Garda Revolusi Iran itu menimbulkan ancaman atau tidak.
“Seperti yang Anda lihat dalam jarak yang relatif terkompresi ini, sangat rentan terjadi kesalahan perhitungan,” tutur Votel di atas kapal USS New Orleans yang sempat didekati salah satu kapal Iran, seperti diwartakan Reuters, Rabu (13/7/2016).
Para pejabat AS menilai manuver tersebut masih berada dalam kategori interaksi internasional yang normal. Mereka mengaku interaksi semacam itu terjadi sebanyak 90 persen dari 250 perjalanan Angkatan Laut (AL) saat melalui Selat Hormuz setiap tahun. Sementara, 10 persen lagi adalah manuver yang dapat dianggap berbahaya, abnormal, dan tidak profesional.
“Kami tidak selalu punya waktu untuk mengurusi interaksi tersebut. Saya pikir kami setidaknya telah belajar hari ini di sini bahwa tindakan apapun bisa dilakukan dalam hitungan menit,” tutup Votel.
(wab)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar