Sabtu, 24 November 2018

PEMBICARAAN TENTANG TUHAN DI ISTANBUL - KISAH WARTAWAN YANG DIBANTAI SECARA "SADIS"




Khashoggi dan Pembicaraan tentang Tuhan di Istanbul

Ahad 09 Des 2018 07:47 WIB
Red: Elba Damhuri
REPUBLIKA.CO.ID 
Oleh: Agus Khudlori
Alumni Universitas al-Azhar Mesir/Direktur Andalusia Publisher Jakarta 
Kasus tewasnya wartawan kritis Arab Saudi, Jamal Khashoggi, yang dieksekusi “dead squad” di dalam gedung Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, mengingatkan saya saat berkunjung ke negara itu pada 24 Juli lalu. Saya teringat perbincangan hangat dengan salah seorang warga Turki di salah satu sudut kota Istanbul.
Ilustrasi Jamal Khashoggi
Namanya Vedat Polat. Seorang warga Turki dari etnis Kurdi. Dia pelayan Million Restaurant & Cafe di kompleks Masjid Sultan Ahmed (Blue Mosque) dan Aya Sofia.
Dibanding beberapa pelayan lain di restoran itu, Vedat adalah yang paling komunikatif, humoris, dan menyenangkan. Ditambah, dia pula yang tampaknya paling jago berbahasa Inggris.
Usai melaksanakan shalat Ashar di Masjid Sultan Ahmed, saya mampir ke restoran itu bersama Ustaz Dodi. Setelah memesan secangkir cay (teh), airan (sejenis yoghurt), baklava dan nasi daging, kami mengajak Vedat berbincang santai.
Dia pun sangat antusias meladeni obrolan kami di sela-sela menjalankan tugasnya melayani pelanggan. Rupanya, pria 28 tahun ini pernah berkunjung ke Indonesia. Alasan itulah akhirnya kami akrab berbincang dengannya.
Sorry to say. Tapi Jakarta adalah kota yang kotor. Padahal itu Ibu Kota kalian,” katanya dalam bahasa Inggris.
Kami hanya mengangguk-angguk mendengar itu. Memang, jika dibandingkan dengan Istanbul, Jakarta kalah jauh soal ketertiban dan kebersihan. Di kota ini, jarang sekali ada sampah tergeletak di jalanan atau kendaraan yang parkir sembarangan sehingga menyebabkan kemacetan.
Sore itu, suasana seputar area Aya Sofia sedang ramai. Para wisatawan lalu lalang di depan restoran terbuka tersebut. Vedat dengan sigap berusaha “menggoda” para pelancong yang lewat untuk mampir ke restorannya. Banyak di antaranya wisatawan Arab.
Saat beberapa kaum wanita melintas, Vedat berusaha bersikap akrab dengan ungkapan bahasa Arab seadanya, “Habibi, silakan mampir.” Demikian kata itu selalu dia lontarkan dengan manis setiap kali wisatawan kaum Hawa melintas di depan restorannya. Orang yang disapa pun tersenyum-senyum mendengar rayuan gombalnya itu.
Kata “habibi” berarti “sayangku” atau “cintaku” atau “kasihku” atau yang sejenis dengan itu. Di Arab sana, kata itu merupakan panggilan akrab yang biasa diucapkan oleh semua orang kepada semua orang. Tak mesti oleh seorang kekasih kepada kekasihnya.
Ia biasa diucapkan seseorang kepada temannya, seorang bapak kepada anaknya, kakak kepada adiknya, dan sebagainya. Namun, kata “habibi” adalah panggilan bagi kaum laki-laki.
Adapun jika yang diseru adalah kaum Hawa, maka orang Arab akan memanggilnya dengan kata “habibti.” Sebuah dialek nonformal-verbal Arab yang berasal dari bahasa formal “habibati.”
Mengetahui bahwa Vedat menggunakan bahasa yang kurang tepat untuk menyapa calon pelanggan, maka saya pun berusaha memberitahunya. Dia segera mengubah bahasanya setelah mendengar sedikit penjelasan dari saya, tanpa sedikit pun mengurangi cara dia yang menyenangkan dalam menggaet pelanggan.
Tiba-tiba, Ustaz Dodi yang duduk di depan saya bertanya kepada Vedat jika banyak di antara wisatawan Istanbul adalah wisatawan asal Arab Saudi, termasuk yang melintas di depan restoran tadi. Vedat membenarkannya. Ustaz yang sering bolak-balik Jakarta-Istanbul ini kemudian bercerita jika dia sering berada satu pesawat dengan rombongan wisatawan Saudi.
Mereka, kata dia, kaum wanitanya rata-rata berpakaian gelap, lebar dan berpurdah. Namun, itu hanya terjadi selama di udara. Pemandangan itu seketika lenyap tatkala pesawat telah mendarat di Istanbul.
“Mereka melepas semua penutup kepala dan wajahnya. Bahkan, mereka berganti pakaian seksi-seksi. Mengapa seperti itu?” tanya si Ustaz kepada Vedat.
Ustaz Dodi menegaskan bahwa dia tidak salah lihat, sebab dia juga mengamati pasangan mereka masing-masing. Nyatanya, usai keluar dari toilet bandara, penampilan mereka berubah 180 derajat!
Demi mendengar pertanyaan itu, jawaban Vedat sungguh di luar dugaan. Sambil meringis, dia menjawab datar, “Karena mereka pikir Tuhan tak hadir di Istanbul.”
Sebuah jawaban yang “terlalu istimewa” untuk dilontarkan oleh seorang pelayan kafe. Singkat, padat, menohok, sekaligus menyenangkan. Sontak, kami semua terkekeh, termasuk Vedat sendiri.
“Barangkali mereka pikir Tuhan hanya ada di Ka’bah,” saya menimpali. Kami pun kembali terkekeh.
Saat kami pamit untuk melaksanakan shalat Magrib, kami berbasa-basi mengajaknya untuk ikut ke masjid seraya menanyakan apakah dia seorang muslim. “Sometimes,” jawabnya sambil nyengir.
Katanya, dia kadang-kadang saja Muslim. Sebab kadang-kadang dia shalat, kadang-kadang tidak. Sambil mengangkat tangannya ala orang berdoa, dia lalu berujar kepada kami, “Jangan lupa doakan saya ya di masjid!”
Kembali ke kasus Khashoggi. Ibarat puzzle, satu per satu serpihan misteri kasus ini mulai ditemukan. Meskipun pada awalnya pemerintah Arab Saudi berusaha menutupinya melalui pernyataan yang mencla-mencle, namun sedikit demi sedikit tabir gelap mulai tersingkap.

Mulanya, Riyadh membantah telah menghabisi sang jurnalis dan menyatakan ia telah meninggalkan kantor konsulat tanpa lecet sedikit pun. Setelah muncul berbagai desakan dari dunia internasional dan investigasi internal pemerintah Turki, Riyadh akhirnya mengakui bahwa Khashoggi tewas akibat perkelahian di dalam gedung konsuler.
Pengakuan “aneh” ini tak memuaskan Istanbul dan dunia internasional. Maka, muncullah laporan Istanbul yang didapat dari hasil rekaman audio maupun visual bahwa Khashoggi benar-benar tewas dieksekusi.
Telunjuk Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan langsung menunjuk level tertinggi Saudi sebagai pemberi perintah pelenyapan Khashoggi. Maka, Riyadh pun gaduh. Apalagi, muncul pula laporan CIA yang mengklaim memiliki bukti bahwa tangan Sang Putra Mahkota, Muhammad bin Salman (MBS), berlumuran darah Khashoggi.
Riyadh pun akhirnya terpaksa menerima tudingan Istanbul bahwa pembunuhan itu telah direncanakan. Yang terbaru, terkuak fakta bahwa jasad Khashoggi dimutilasi. Kendati demikian, sampai detik ini Saudi belum mau jujur di mana jasad tunangan Hatice Cengiz dilenyapkan dan bersikukuh bahwa MBS “bersih dari segala tuduhan.”
Terlepas dari itu, mengapa “regu pembunuh” yang didrop dari Riyadh itu lantas berani melancarkan eksekusi terhadap sang jurnalis di Istanbul dan begitu pede aksi mereka tak akan ketahuan? Betul, mereka pede. Jika tidak, tentu mereka akan berpikir seribu kali sebelum melakukan aksi keji itu. Sebab, konsekuensi yang harus ditanggung sangatlah berat jika aksi mereka sampai terbongkar.
Minimal, mereka harus menghadapi regu pancung, baik karena dianggap mempermalukan negara maupun karena qishash: mata dibalas mata, tangan dibalas tangan, nyawa dibalas nyawa. Tapi toh mereka tetap menjalankan misi jahat itu. Apa sebab?
Jawabannya bisa jadi seperti diungkapkan Vedat Polat: karena mereka pikir Tuhan tak hadir di Istanbul. Dia hanya hadir di Saudi, tempat bernaungnya dua Tanah Suci, Mekah dan Madinah. Di luar itu, kejahatan-kejahatan boleh saja dilakukan tanpa khawatir akan murka Tuhan.
Maka tak heran, segera setelah misi melenyapkan Khashoggi berhasilkan dijalankan, para algojo itu bersenang-senang. Sayangnya mereka lupa, meski tak hadir, Tuhan mengutus para “malaikat”-Nya di sekitar lokasi mereka menumpahkan darah Khashoggi. Malaikat itu senantiasa mengintai setiap gerak-gerik mereka.
Malaikat itu bahkan mengetahui penyamaran salah seorang algojo yang memakai pakaian Khashoggi usai menghilangkan nyawanya, namun lupa mengganti sepatu. Ia juga mendengar percakapan seorang dokter forensik yang diduga sebagai “jagal” bagi jurnalis 59 tahun itu, yang mengatakan bahwa dia melakukan tugas itu sambil mendengarkan musik. Allah yarham Jamal Khashoggi!
sumber:
https://republika.co.id/berita/kolom/wacana/18/12/09/pjg27c440-khashoggi-dan-pembicaraan-tentang-tuhan-di-istanbul


Sabtu, 10 November 2018

Kisah Partai PBB...dan Hoaks; Rahasia Persatuan Pahlawan Kemerdekaan Indonesia 10 November 2018







Gaet Yusril, pilihan realistis Jokowi di tengah arus deras politik identitas?

  • 7 November 2018
Yusril Izha MahendraHak atas fotoGETTY IMAGES
Image captionYusril mengklaim keputusannya menjadi advokat Jokowi pada pilpres 2019 tak berkaitan dengan statusnya sebagai politikus.
Yusril Izha Mahendra, politikus senior Partai Bulan Bintang (PBB) sekaligus advokat senior, menyebrang ke kubu Joko Widodo usai membela Prabowo Subianto pada sengketa pemilihan presiden 2014.
Keputusan Yusril dinilai melengkapi representasi kelompok Islam di kubu Jokowi, meski Yusril mengklaim hanya akan mengurus persoalan hukum, bukan menggalang kekuatan politik bagi capres nomor urut satu itu.
"Saya ketua partai tapi pernah dipercaya menangani perkara partai lain, PPP dan Golkar, bersikap objektif, melepaskan pandangan politik dan menyelesaikan perkara sesuai hukum."
"Hal yang sama juga akan terjadi dalam hubungan saya dan Jokowi saat ini," kata Yusril kepada BBC News Indonesia, melalui sambungan telepon, Selasa (06/11)
PBB, partai yang didirikan Yusril tahun 1998 berasaskan Islam. Adapun, Yusril pernah aktif di Muhammadiyah dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia.
Belakangan Yusril mewakili Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di pengadilan, menggugat keputusan pemerintah membubarkan organisasi tersebut.
"Selama ini banyak kritik kepada pemerintah yang dianggap jauh dari Islam, mungkin perlahan itu akan berubah," kata Yusril memprediksi efek keputusannya menjadi pengacara Jokowi.
HTIHak atas fotoGETTY IMAGES
Image captionMeski membela HTI di pengadilan, Yusril menyebut dirinya tak berkaitan sama sekali dengan paham maupun agenda organisasi itu.
Bagaimanapun, merapatnya Yusril ke tim Jokowi dianggap konsekuensi politik identitas yang lebih dominan dibandingkan adu visi dalam ajang pilpres tahun depan.
Menurut Wakil Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia, Hurriyah, sikap Yusril satu bagian dengan bergabungnya Maruf Amin dan Ali Mochtar Ngabalin dengan Jokowi.
Maruf, duet Jokowi di pilpres 2019, merupakan Ketua Majelis Ulama Indonesia sekaligus menjabat Rois Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Sementara itu, Ngabalin pernah berkecimpung di sejumlah organisasi berbasis Islam, salah satunya Badan Koordinasi Muballigh Indonesia.
"Tantangan dan kelemahan terbesar Jokowi sebagai petahana sebenarnya apakah dia benar-benar sudah menjalankan janji-janji kampanyenya."
"Tapi sayangnya lawannya berkutat pada isu identitas, jadi itu saja yang ia redam," kata Hurriyah.
Yusril, Maruf, dan Ngabalin, menurut Hurriyah, dapat menjadi bukti kedekatan Jokowi dengan kalangan Islam. Citra yang disebutnya juga dibangun Jokowi melalui safari ke berbagai pesantren dengan gaya pakaian khas santri.
Jokowi, PrabowoHak atas fotoGETTY IMAGES
Image captionDalam beberapa jajak pendapat, mayoritas pemilih dari kalangan Islam condong memilih Jokowi dibandingkan Prabowo.
Dalam tiga jajak pendapat tahun 2018, pemegang hak suara dari kalangan Islam cenderung memilih Jokowi ketimbang Prabowo.
Merujuk kajian Agustus lalu, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebut Jokowi mengungguli Prabowo di kalangan NU dan Muhammadiyah.
Sementara itu, pemilih Islam yang condong ke Prabowo mayoritas berasal dari massa Presidium Alumni 212, kelompok yang giat berunjuk rasa menentang Basuki Tjahaja Purnama pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
Juli 2018, Jokowi dianggap sosok yang paling merepresentasikan Islam di Indonesia (47,9%), disusul Prabowo (30,1%).
Temuan itu muncul pada jajak pendapat yang digelar Pusat Kajian Pembangunan dan Pengelolaan Konflik Universitas Airlangga.
Adapaun pada survei Populi Center, Februari 2018, mayoritas suara responden dari NU, Muhammadiyah, dan Persatuan Islam, juga memilih Jokowi.
Bahkan di kalangan pemilih Muslim yang tak terikat dengan ormas apapun, Jokowi meraup 57,1% suara, sedangkan Prabowo 27,3%.
JokowiHak atas fotoANTARA FOTO/AJI STYAWAN
Image captionJokowi pernah mengklaim secara rutin berkunjung ke pesantren di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Ponpes Al-Itqon di Semarang, Jawa Tengah, Oktober 2018.
Walaupun Jokowi sekilas berada di atas angin, peneliti LSI, Rully Akbar, menyebut Prabowo tetap berpeluang memenangkan suara mayoritas di kalangan pemilih Muslim.
Rully berpendapat, citra Jokowi dapat luluh jika isu seperti insiden pembakaran bendera bertuliskan tauhid membesar.
Sementara itu, Rully menilai Prabowo akan memaksimalkan pendekatan ke pemilih Muslim tak lama sebelum pencoblosan.
"Orang-orang di belakang Prabowo, seperti Aa Gym dan Ustaz Abdul Somad belum sepenuhnya turun," kata Rully.
"Gerakan melalui salat subuh dan ibadah Jumat tidak dapat diprediksi karena biasanya dilakukan last minute."
"Pemilih didekati melalui sisi yang paling sensitif, yaitu agama sehingga konstelasi bisa berubah cepat," ujar Rully..
sumber;  https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46110585

Rabu, 07 November 2018

Lion Air Senggol Tiang di Bandara Bengkulu, Penumpang Dialihkan ke Pesawat Lain

Kemenhub akan Investigasi Insiden Lion Air "Senggol Tiang"

Rabu 07 Nov 2018 22:44 WIB
Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ani Nursalikah
Kemenhub sudah menerima laporan awal dari Kepala Bandara Fatmawati Bengkulu.
https: img-z.okeinfo.net content 2018 11 07 340 1974786 kronologi-sayap-lion-air-senggol-tiang-di-bandara-bengkulu-wx2H5OFKXy.jpeg
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan menginvestigasi insiden penerbangan pesawat Lion Air nomor penerbangan JT633 rute Bandar Udara Fatmawati Soekarno, Bengkulu menuju Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Pelaksana Tugas Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub M Pramintohadi Sukarno mengatakan investigasi akan dilakukan oleh Inspektur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara, Inspektur Bandar Udara, dan Inspektur Navigasi Penerbangan.
“Investigasi dilakukan untuk melihat penyebab kejadian dan langkah tindak lanjut yang tepat,” kata Pramintohadi dalam pernyataan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (7/11) malam.
Dia menjelaskan pesawat Lion Air jenis Boeing 737-900 ER registrasi PK-LGY dengan nomor penerbangan J 633 tersebut akan berangkat dari Bandara Fatmawati Bengkulu menuju Bandara Soekarno-Hatta di Banten sekitar pukul 18.20 WIB. Hanya saja insiden menyenggol tiang terjadi ketika akan menuju landasan pacu.
Pramintohadi memastikan Kemenhub sudah menerima laporan awal dari Kepala Bandara Fatmawati Bengkulu bahwa sayap pesawat Lion Air JT 633 tersebut menyenggol tiang parking stand tiga yang berada di depan gedung VIP Bandara. “Sehingga sayap pesawat sebelah kiri mengalami kerusakan,” ujar Pramintohadi.
Saat ini, penumpang berjumlah 145 orang telah kembali berada di terminal keberangkatan. Rencananya para penumpang akan diberangkatkan dengan pesawat Lion Air lainnya pada sekitar pukul 22.10 WIB.
Pramintohadi menginstruksikan kepada kepala bandara tersebut untuk memastikan maskapai penerbangan memenuhi kewajiban sesuai ketentuan. Hal itu dilakukan dengan memberikan kompensasi atas keterlambatan penerbangan kepada penumpang.
“Saat ini pesawat dan pilot telah di-grounded untuk keperluan investigasi,” ujar Pramintohadi.
Sebelumnya, Corporate Communications Strategic Lion Air Danang Mandala Prihantoro menjelaskan kondisi tersebut terjadi ketika pesawat bersiap menuju landas hubung. Saat ini, pesawat sudah berada di landas parkir dan seluruh penumpang diarahkan dan dikembalikan menuju ruang tunggu terminal.
Selanjutnya, untuk mengatasi penundaan penerbangan tersebut, rencananya akan kembali diberangkatkan dengan menggunakan pesawat dari Jakarta. “Lion Air menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh penumpang atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan,” kata Danang.
Terkait kondisi yang terjadi, Lion Air saat ini telah mengirimkan tim guna pemeriksaan terhadap pesawat tersebut.


Senin, 05 November 2018

Pembunuhan 'keji' wartawan Saudi


Ini Kabar Terbaru Misteri Jenazah Jamal Khashoggi - JPNN.COM
jpnn.comANKARA - Keberadaan jenazah Jamal Khashoggi masih menjadi teka-teki. Turki yakin Arab Saudi tahu di mana tubuh kolumnis Washington Post itu kini berada. Tapi, Saudi bungkam.
Kemarin, Senin (5/11), Salah dan Abdullah, putra Khashoggi, menuntut siapa pun yang menahan jenazah ayah mereka untuk segera mengembalikan kepada keluarga.
"Yang kami inginkan saat ini hanya memakamkan beliau di Al Baqi (pemakaman), Madina," ujar Salah kepada CNN.
Bersamaan dengan itu, Daily Sabah kembali memberitakan detail pembunuhan Khashoggi. Kabarnya, jenazah sepupu Dodi Al Fayed itu dimasukkan dalam lima tas yang selanjutnya dibawa ke rumah dinas Konjen Saudi di Istanbul.
Di rumah itulah, jasad tersebut dimusnahkan. Entah dengan cairan asam atau dimasukkan sumur.
Setelah kematian Khashoggi, Saudi mengirimkan 11 orang ke Istanbul pada 11 Oktober. Dua di antaranya adalah Ahmad Abdulaziz Al Janobi, ahli kimia, dan Khaled Yahya Al Zahrani, pakar racun.
Sementara itu, kemarin lembaga HAM PBB (UNHRC) melakukan tinjauan lima tahunan terhadap rekam jejak HAM di Saudi. "Laporan yang menyatakan bahwa pembunuhan itu direncanakan sangat mengkhawatirkan," tegas Dubes Australia untuk PBB Sally Mansfield seperti dikutip Reuters. (sha/c7/hep)
Berita Terkait



Sejumlah jurnalis freelance Indonesia melakukan aksi damai di depan Kedutaan Besar Arab Saudi, Jakarta, Jumat, 19 Oktober 2018. Aksi ini menuntut kejelasan atas hilangnya jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi, setelah memasuki Konsulat Jenderal Arab Saudi di Turki pada 2 Oktober lalu. TEMPO/Muhammad Hidayat



Erdogan dikabarkan bakal mengungkap secara detil kasus ini dalam pasca pertemuannya dengan Partai Keadilan dan Pembangunan Turki pada Selasa, 23 Oktober 2018. Erdogan dan Presiden AS Donald Trump juga bersepakat agar kasus ini diungkap saat berbicara dalam sambungan telepon.
Pemerintah Amerika Serikat mendesak agar kasus ini segera diungkap ke publik secara transparan. Presiden Donald Trump, yang terkesan bersimpati terhadap Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed Bin Salman, mengakui ada kebohongan dan penipuan dalam kasus ini.
Dalam pernyataan terbarunya di Twitter mengenai tewasnya Jamal Khashoggi, kementerian Luar Negeri Arab Saudi menyatakan para pelaku akan dihukum. “Putra Mahkota tidak tahu menahu soal operasi ini. Kami tidak pernah terlibat dalam perilaku seperti itu dan tidak akan pernah terlibat,” kata Adel al-Jubeir, Menteri Luar Negeri Saudi dalam cuitan di akun Twitter @Ksmofaen.

Jamal Khashoggi: Pembunuhan 'keji' wartawan Saudi 'direncanakan jauh hari sebelumnya'



Jamal KhashoggiHak atas fotoAFP
Image captionPresiden Turki mengatakan wartawan veteran Saudi Jamal Khashoggi dibunuh 'secara keji'.
Pembunuhan wartawan veteran Arab Saudi, Jamal Khashoggi, direncanakan jauh hari sebelumnya, kata Presiden Turki Tayyip Recep Erdogan, di depan anggota parlemen dari partainya, AKP, hari Selasa (23/10).
Presiden Erdogan mengatakan Turki telah mengumpulkan bukti-bukti kuat yang menunjukkan pengkritik Saudi itu dibunuh dalam pembunuhan "keji" yang direncanakan.
"Pemerintah Arab Saudi mengambil langkah penting dengan mengatakan mengetahui dan mengakui pembunuhan. Sekarang, harapan kami adalah, mereka mengambil langkah lanjutan dan menetapkan, siapa pun yang bertanggung jawab, baik pejabat rendah hingga yang tertinggi, untuk dimintai pertanggungjawaban dan diadili," kata Presiden Erdogan.
"Mereka yang bertanggung jawab harus dihukum sesuai dengan perbuatan mereka. Ada isyarat kuat, pembunuhan ini bukan insiden mendadak, ini adalah hasil dari operasi yang direncanakan secara rapi," katanya.
Presiden Erdogan juga mendesak agar semua tersangka pembunuhan Khashoggi diadili di Istanbul.
"Menyalahkan pejabat-pejabat intelijen dalam kasus ini, bagi kami dan masyarakat internasional, bukan jawaban yang memuaskan. Kesadaran kemanusiaan mengharuskan kita untuk mengadili siapa pun yang terlibat. Harus diketahui siapa yang memerintahkan para pelaku," kata Erdogan.

Mohammed bin Salman bertemu keluarga Khashoggi



Bin SalmanHak atas fotoREUTERS
Image captionPutra Mahkota Mohammed bin Salman menerima dua anggota keluarga Khashoggi di Riyadh, hari Selasa (23/10).
Erdogan mendesak Arab Saudi memberikan jawaban di mana jenazah Khashoggi dan siapa yang memerintah operasi pembunuhan.
Erdogan membenarkan bahwa 18 orang di saudi telah ditahan dalam kasus pembunuhan Khashoggi.
Namun, dalam pidato ini Erdogan tidak membeberkan rincian bukti yang didapat pihak berwenang Turki.
Dalam perkembangan terkait, Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, menerima dua anggota almarhum Khashoggi dan menyampaikan belasungkawa.
Anak dan sudara laki-laki Khashoggi diterima oleh Bin Salman di Istana Yamama di Riyadh, hari Selasa (23/10).


Presiden ErdoganHak atas fotoREUTERS
Image captionPresiden Erdogan mendesak Saudi untuk memberi jawaban di mana jenazah Khashoggi dan siapa yang memerintahan pembunuhan.
Sebelumnya, Presiden Erdogan memang berjanji akan membuka "kebenaran yang sesungguhnya" kasus pembunuhan Khashoggi di kantor konsulat Saudi di Istanbul.
Para pejabat Turki mengatakan "mereka memiliki bukti bahwa Khashoggi dibunuh di konsulat Saudi pada 2 Oktober".
Setelah beberapa pekan dengan keras membantah, kini Saudi mengakui bahwa Khashoggi telah tewas setelah terlibat "perkelahian di konsulat".






Misteri 'hilangnya' para kritikus pemimpin Arab Saudi.
Pernyataan Erdogan bertepatan dengan pembukaan forum investasi di Saudi, yang telah diboikot puluhan wakil pemerintah dan dunia bisnis, terkait dengan pembunuhan Khashoggi.
Khashoggi adalah wartawan veteran yang antara lain menulis untuk surat kabar The Washington Post.
Ia dikenal sangat kritis terhadap kebijakan pemerintah Saudi.


Hatice CengizHak atas fotoAFP
Image captionTunangan Khashoggi, Hatice Cengiz, menunggu di luar konsulat Saudi di Istanbul, tapi Khashoggi tak terlihat meninggalkan gedung.
Pada Desember 2017 ia memutuskan "untuk mengasingkan diri" di Amerika Serikat.
Ia mendatangi kantor konsulat Saudi di Istanbul untuk mengurus surat-surat perceraian agar bisa menikahi tunangannya, Hatice Cengiz, seorang perempuan warga Turki.
Khashoggi ke konsulat bersama tunangannya, namun ia masuk sendirian dan meninggalkan telepon genggamnya ke tunangannya yang menunggu di luar gedung.
Namun Khashoggi tak pernah meninggalkan gedung konsulat.
SUM BER: https://www.bbc.com/indonesia/dunia-45952332