Senin, 04 Juni 2018

GAZA BERDUKA....Siapa itu Razan Najjar: Veto AS Sama dengan Izin Membantai Warga Palestina

Najjar, Perawat Cantik Palestina 

Direnggut Peluru Israel

Tunjukkan Rompi Medis, Ibu Razan: Apa Ini Identitas Teroris?


Razan al-Najjar, 21, paramedis penolong demonstran yang terluka di Jalur Gaza. Dia ditembak mati oleh pasukan Israel pada Jumat (1/6/2018). Foto/The New York Times

GAZA - Razan al-Najjar, nama perawat cantik asal Khuzaa, Jalur Gaza, Palestina. Media internasional menyoroti kiprah perempuan 21 tahun yang ditembak mati sniper Israel tersebut saat menjalankan tugas kemanusiaan di tengah-tengah demonstran "Great March of Return" di Gaza.
Di saat para perempuan seusianya menikmati hidup dengan pergi ke kelab, shopping, atau hal-hal remeh lainnya, Najjar memilih menjalani hidup yang berbeda. Dia bertaruh untuk menyelamatkan para demonstran yang terluka oleh bidikan senjata sniper-sniper militer Israel.
Publik Gaza menjulukinya "guardian angel" atau "malaikat pelindung". Julukan itu melekat karena kiprahnya dalam menyelamatkan para demonstran Palestina yang terluka oleh tembakan pasukan Israel.
Protes massal bertajuk "Great March of Return" adalah gerakan warga Palestina untuk kembali ke tanah kelahirannya yang diduduki Israel, sejak negara Yahudi itu berdiri.
Najjar, sang sukarelawan medis Gaza, tersungkur setelah peluru sniper Israel menembus dadanya pada hari Jumat (1/6/2018). Peluru penembak runduk rezim Zionis itu dilaporkan menghantam jantung perawat cantik tersebut.
Jauh hari sebelum kematiannya, dia bercerita sekilas mengapa memilih menjalani hidup yang sangat berbahaya ini. Najjar ingin membuktikan bahwa perempuan memiliki peran dalam masyarakat konservatif Palestina di Gaza.
"Menjadi tenaga medis bukan hanya pekerjaan untuk seorang pria," katanya, saat wawancara dengan The New York Times di kamp demonstran Gaza bulan lalu. "(Profesi) ini untuk wanita juga."
Saksi mata bernama Ibrahim al-Najjar, 30, mengatakan, satu jam sebelum senja pada hari Jumat atau minggu ke-10 dari protes massal, perawat dengan mantel putih itu berlari ke garis depan untuk menyelamatkan seorang demonstran yang kepalanya dihantam oleh tabung gas air mata Israel.
Namun, siapa sangka aksi penyelamatan itu menjadi misi terakhir bagi Najjar. Sebab, saat menolong demonstran yang terluka tersebut, sniper Israel menembakkan dua hingga tiga peluru dari seberang pagar perbatasan. Tembakan itu menghantam tubuh Najjar bagian atas. Dia dinyatakan meninggal tak lama kemudian.
Baca juga: Paramedis Cantik Palestina Ditembak Mati Pasukan Israel di Gaza
Perawat cantik ini tercatat sebagai orang Palestina ke-119 yang tewas sejak protes massal dimulai bulan Maret lalu.

Liga Arab Sebut Israel Sengaja Bunuh Perawat Palestina


Razan al-Najjar, 21, paramedis penolong demonstran yang terluka di Jalur Gaza. Dia ditembak mati oleh pasukan Israel pada Jumat (1/6/2018). Foto/The New York Times

GAZA - Razan al-Najjar, nama perawat cantik asal Khuzaa, Jalur Gaza, Palestina. Media internasional menyoroti kiprah perempuan 21 tahun yang ditembak mati sniper Israel tersebut saat menjalankan tugas kemanusiaan di tengah-tengah demonstran "Great March of Return" di Gaza.
Di saat para perempuan seusianya menikmati hidup dengan pergi ke kelab, shopping, atau hal-hal remeh lainnya, Najjar memilih menjalani hidup yang berbeda. Dia bertaruh untuk menyelamatkan para demonstran yang terluka oleh bidikan senjata sniper-sniper militer Israel.
Publik Gaza menjulukinya "guardian angel" atau "malaikat pelindung". Julukan itu melekat karena kiprahnya dalam menyelamatkan para demonstran Palestina yang terluka oleh tembakan pasukan Israel.

Mengenal Najjar, Perawat Cantik Palestina yang Direnggut Peluru Israel

Protes massal bertajuk "Great March of Return" adalah gerakan warga Palestina untuk kembali ke tanah kelahirannya yang diduduki Israel, sejak negara Yahudi itu berdiri.
Najjar, sang sukarelawan medis Gaza, tersungkur setelah peluru sniper Israel menembus dadanya pada hari Jumat (1/6/2018). Peluru penembak runduk rezim Zionis itu dilaporkan menghantam jantung perawat cantik tersebut.
Jauh hari sebelum kematiannya, dia bercerita sekilas mengapa memilih menjalani hidup yang sangat berbahaya ini. Najjar ingin membuktikan bahwa perempuan memiliki peran dalam masyarakat konservatif Palestina di Gaza.
"Menjadi tenaga medis bukan hanya pekerjaan untuk seorang pria," katanya, saat wawancara dengan The New York Times di kamp demonstran Gaza bulan lalu. "(Profesi) ini untuk wanita juga."
Saksi mata bernama Ibrahim al-Najjar, 30, mengatakan, satu jam sebelum senja pada hari Jumat atau minggu ke-10 dari protes massal, perawat dengan mantel putih itu berlari ke garis depan untuk menyelamatkan seorang demonstran yang kepalanya dihantam oleh tabung gas air mata Israel.
Mengenal Najjar, Perawat Cantik Palestina yang Direnggut Peluru IsraelFoto/Anadolu
Namun, siapa sangka aksi penyelamatan itu menjadi misi terakhir bagi Najjar. Sebab, saat menolong demonstran yang terluka tersebut, sniper Israel menembakkan dua hingga tiga peluru dari seberang pagar perbatasan. Tembakan itu menghantam tubuh Najjar bagian atas. Dia dinyatakan meninggal tak lama kemudian.

Baca juga: Paramedis Cantik Palestina Ditembak Mati Pasukan Israel di Gaza

Perawat cantik ini tercatat sebagai orang Palestina ke-119 yang tewas sejak protes massal dimulai bulan Maret lalu.

=====
Wanita Israel Ini Dituding sebagai Sniper Pembunuh Razan al-Najjar
Muhaimin

Senin, 4 Juni 2018 - 12:05 WIB

Rebecca, mantan tentara IDF yang dituduh sebagai sniper pembunuh paramedis Palestina Razan al-Najjar. Foto/Facebook
TEL AVIV - Kematian paramedis cantik Palestina, Razan al-Najjar, 21, oleh sniper militer Israel membuat seorang wanita bernama Rebecca mendapat banyak ancaman pembunuhan. Wanita dari negara Zionis itu dituduh sebagai sosok sniper yang menewaskan Razan.

Rebecca, wanita kelahiran Amerika Serikat (AS) ini merupakan mantan tentara Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Namun, dia sudah lama tidak lagi melayani militer negara Yahudi tersebut.
Tuduhan bahwa Rebecca sebagai penembak runduk yang menewaskan perawat asal Khan Younis, Jalur Gaza, itu telah menyebar di situs media sosial di seluruh dunia sejak Jumat malam atau beberapa jam setelah kematian Razan.
Ancaman pembunuhan tak hanya ditujukan pada mantan tentara IDF ini. Teman-teman dan anggota keluarganya juga mendapat ancaman serupa.
Tuduhan terhadap veteran IDF itu kemungkinan berasal dari seorang wanita asal Chicago, dengan lebih dari 13.000 follower di Facebook, yang mem-posting foto Rebecca.
Baca: Tunjukkan Rompi Medis, Ibu Razan: Apa Ini Identitas Teroris?
Beberapa jam setelah posting foto tersebut muncul, halaman Facebook "Freedom for Gaza" dengan lebih dari 100.000 follower, menerbitkan gambar Rebecca. "Dia membunuh seorang perawat Palestina berusia 21 tahun di Gaza," bunyi keterangan dalam posting foto tersebut. Pada Minggu malam, posting itu telah dibagikan hampir 15.000 kali.
Posting serupa dari beberapa halaman Facebook pro-Palestina dan banyak  akun Twitter juga telah dibagikan ulang puluhan ribu kali, di seluruh dunia. Dalam dua hari, klaim bahwa Rebecca sebagai sniper Israel pembunuh Razan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Spanyol, Turki, Prancis, Melayu, dan Indonesia.
Namun, klaim itu belum tentu benar. Terlebih, Rebecca sudah tidak aktif di IDF sekitar 2,5 tahun lalu. Dia juga tidak pernah menjadi sniper ketika dia berada di IDF.
Rebecca, 24, yang meminta nama belakangnya tak diungkap karena merasa terancam, saat ini bekerja untuk sebuah program di Israel. Dia mengatakan mulai bulan akan mengajar bahasa Inggris untuk pencari suaka Afrika.
Dia menyadari menjadi subjek dari tuduhan tersebut pada Sabtu malam, ketika dia menyalakan ponselnya.
Pesan ancaman yang dikirim ke seorang temannya. "Saya membuka ponsel saya setelah Shabbat, dan ada ratusan pesan dari orang-orang di Facebook, dan semua teman saya mengirim pesan ke WhatsApp karena mereka telah mendapatkan pesan kebencian ini sepanjang akhir pekan,” katanya kepada Times of Israel yang dikutip Senin (4/6/2018).
Akun Instagram-nya juga dibombardir dengan komentar mengerikan, yakni seruan untuk membunuh Rebecca. "(Ancaman) itu terus berjalan," ujarnya.
Dia sudah melapor ke polisi terkait ancaman pembunuhan tersebut. Dia berharap polisi bisa membantu agar berbagai posting di media sosial yang berisi tuduhan terhadap dirinya dihapus.
Rebecca awalnya kewalahan dan bingung oleh banyaknya ancaman secara online tersebut. Dia semakin ketakutan karena banyaknya pesan ancaman yang dia terima dari seluruh dunia.
"Saya sedih karena teman-teman dan keluarga saya telah terancam dan di dunia maya, tidak ada cara untuk melindungi diri Anda karena menjadi korban ancaman dan kebohongan," ujar Rebecca
"Saya tidak politis, tetapi saya akan melakukan apa yang dapat saya lakukan untuk mengetahui semua narasi, dan jenis propaganda ini,"  imbuh dia.(mas)


Veto AS Sama dengan Izin Membantai Warga Palestina


views: 20.185





Pengamat: Veto AS Sama dengan Izin Membantai Warga Palestina


Analis politik Palestina, Akram Attalah menuturkan, veto Amerika Serikat sama dengan izin bagi Israel untuk melanjutkan pembantaian terhadap warga Palestina. Foto/Reuters



ANKARA - Analis politik Palestina, Akram Attalah menuturkan, veto Amerika Serikat (AS) terhadap resolusi perlindungan internasional bagi warga Palestina sama dengan izin bagi Israel untuk melanjutkan pembantaian terhadap warga Palestina.
Attalah mengatakan, satu-satunya negara yang bisa menghentikan kekejaman Israel terhadap warga Palestina adalah AS. Jika AS menarik sedikit saja dukungan pada Israel, maka kemungkinan besar Tel Aviv akan menghentikan kejahatanya.
"Israel akan menghentikan kejahatannya terhadap Palestina jika Washington menghentikan dukungannya yang tak tergoyahkan terhadapnya. Israel akan membatasi perilaku kriminalnya melawan Palestina jika AS tidak menggunakan veto," ucap Attalah, seperti dilansir Anadolu Agency pada Senin (4/6).
Dia mengatakan, veto AS memberi Israel lampu hijau untuk melanjutkan agresinya terhadap Palestina.
"Israel tahu bahwa mereka tidak akan dihukum oleh masyarakat internasional dan bahwa Dewan Keamanan (DK) PBB tidak akan mengeluarkan kecaman apapun selama pemerintahan Donald Trump menggunakan hak veto itu," ucapnya.
Seperti diketahui, pada 18 Mei, Kuwait menyerahkan rancangan resolusi kepada DK PBB yang mengutuk kekerasan Israel dan menyerukan perlindungan terhadap rakyat Palestina di Gaza dan Tepi Barat. Tetapi AS pada hari Jumat memveto resolusi tersebut. Sepuluh negara memberikan suara mendukung, sementara Inggris, Polandia, Belanda dan Ethiopia memilih abstain.
Resolusi, yang direvisi tiga kali dan dikatakan telah "diperas", sebelumnya menyerukan perlunya perlindungan internasional untuk rakyat Palestina.
Draf akhir menyerukan pertimbangan langkah-langkah untuk menjamin keselamatan dan perlindungan penduduk sipil Palestina di Wilayah Pendudukan Palestina, termasuk di Jalur Gaza.(esn)


Turki Kecam Veto AS untuk Perlindungan Warga Palestina


views: 22.081





Turki Kecam Veto AS untuk Perlindungan Warga Palestina

Pemerintah Turki melemparkan kecaman keras atas keputusan AS untuk memveto resolusi mengenai perlindungan internasional terhadap warga Palestina. Foto/Reuters

ANKARA - Pemerintah Turki melemparkan kecaman keras atas keputusan Amerika Serikat (AS) untuk memveto sebuah resolusi di Dewan Keamanan (DK) PBB mengenai perlindungan internasional terhadap warga Palestina.
Juru bicara Presiden Turki, Ibrahim Kalin menyatakan, pihaknya sudah memprediksi keputusan AS ini. Veto ini, lanjut Kalin, sekali lagi menunjukan kalau AS tidak pernah berpihak pada kebenaran.
"Tidak mengherankan bahwa pemerintah AS memveto resolusi yang didedikasikan untuk melindungi Palestina. Langkah ini membuktikan lagi bahwa mereka berpihak pada kekuatan, bukan dengan kebenaran," ucap Kalin, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (3/6).
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad al-Malki menyebut apa yang dilakukan AS adalah blunder moral dan pengabaian terhadap seruan dunia internasional.
"Veto AS adalah kesalahan moral lain dan kebutaan politik. Ini mengabaikan konsensus internasional tentang kejahatan dan praktik yang dilakukan oleh Israel dan sepenuhnya bias," ucap Malki, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (3/6).
Malki kemudian menekankan bahwa Palestina, melalu jalur diplomasi akan melakukan yang terbaik untuk memastikan akuntabilitas bagi para penjahat perang Israel dan mendapatkan keadilan bagi rakyat Palestina.
Seperti diketahui, dalam pemungutan suara di DK, kemarin, Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley memveto resolusi yang diajukan oleh Kuwait tersebut. Dalam pidatonya, Haley mengkritik proposal Kuwait tersebut, dengan menggambarkannya sebagai pandangan yang sangat sepihak.
(esn)
Sumber:https://international.sindonews.com/read/1311336/43/wanita-israel-ini-dituding-sebagai-sniper-pembunuh-razan-al-najjar-1528088722/13

https://international.sindonews.com/read/1311451/43/pengamat-veto-as-sama-dengan-izin-membantai-warga-palestina-1528104853

Rabu, 06 Juni 2018

GAZA BERDUKA....Siapa itu Razan Najjar



Razan al Najjar, Perawat Palestina yang ditembak mati Israel,

  • 4 Juni 2018

palestina, razan al najjarHak atas fotoAFP/MAHMUD HAMS
Image captionWarga Palestina mengantarkan jenazah Razan Al Najjar ke pemakaman, 1 Juni 2018

"Sudah menjadi tugas dan kewajiban saya untuk ada di sini dan membantu mereka yang terluka," kata Razan kurang dari dua bulan sebelum meninggal dunia.
Razan al-Najjar, 21 tahun, ditembak mati oleh tentara Israel saat dia lari menuju pagar perbatasan untuk menolong korban yang terluka di Gaza, 1 Juni 2018.
Kematian perempuan relawan itu memicu duka, tak hanya di Palestina, tapi juga di seluruh dunia. Berikut ini tujuh hal yang perlu Anda ketahui.

1. Siapa Razan Najjar?

Razan adalah seorang perawat yang bekerja secara sukarela untuk Palestinian Medical Relief Society (PMRS). Dia bekerja di area yang hanya beberapa ratus meter dari rumah keluarganya.

palestina, razan al najjarHak atas fotoREUTERS/IBRAHEEM ABU MUSTAFA
Image captionRazan (kerudung merah) saat bekerja menjadi paramedis. Foto ini diambil pada 1 April 2018.

Sebelumnya, beberapa media pernah mewawancarai perempuan berusia 21 tahun ini. Salah satunya adalah mengenai kenapa dia mau ikut terjun ke medan konflik?
"Saya akan merasa sangat malu kalau saya tidak ada untuk (membantu) warga Palestina. Sudah menjadi tugas dan kewajiban saya untuk ada di sini dan membantu mereka yang terluka," kata Razan dalam wawancaranya dengan Al Jazeera pada bulan April 2018.

palestina, razan al najjarHak atas fotoREUTERS/IBRAHEEM ABU MUSTAFA
Image captionRazan (berkerudung merah) ketika terkena gas air mata, 1 April 2018.

Dia sendiri sebelumnya pernah terluka, pingsan dua kali karena menghirup gas. Pada 13 April, dia cedera di bagian pergelangan kaki saat jatuh ketika berlari menuju pendemo yang terluka.

2. Detik-detik saat Razan ditembak

Razan ditembak saat sedang lari menuju pagar perbatasan di dekat Khan Younis, Gaza, 1 Juni 2018. Dia sedang berusaha menolong korban yang terluka.
Mengenakan baju putih, seragam paramedis, "Dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi dengan sangat jelas, tapi tentara Israel menembak dan dia tertembak di dada," kata seorang saksi yang minta namanya dirahasiakan kepada kantor berita Reuters.
Saksi lain bercerita bahwa Razan awalnya tidak sadar bahwa dia sudah tertembak. Saat peluru telah tembus ke punggung, dia baru sadar dan berkata "Punggungku, punggungku!" kemudian dia jatuh ke tanah.
Mustafa Barghouti, Presiden PMRS, menjelaskan bahwa Razan ditembak di dada, meskipun dia jelas-jelas mengenakan rompi putih berlambang bulan sabit dan palang merah, dan lambang PMRS yang menandakan bahwa dia bagian tim medis.

3. Pemakaman


palestina, razan al najjarHak atas fotoGETTY IMAGES/AFP/MAHMUD HAMS
Image captionJenazah Razan diselimuti bendera Palestina.

Razan dimakamkan pada Sabtu, 2 Juni 2018. Jenazah Razan dibawa melewati jalanan Gaza dengan dibungkus bendera Palestina.
Ayahnya membawa jaket medis Razan yang berlumuran darah.
Ribuan orang yang berduka dan marah, menyertai iring-iringan dan penguburan.
Kementerian Kesehatan Gaza menyebut Razan sebagai martir, yang mati syahid.
4. Apa kata Israel?
Militer Israel menyatakan bahwa tentaranya di sepanjang perbatasan telah diserang dengan tembakan dan granat pada hari Jumat.
Israel belum berkomentar secara khusus tentang kematian Razan, tapi sebelumnya mengaku hanya menembak orang yang mencoba melintas pagar saat protes dan menyalahkan Hamas sebagai pihak yang mengatur kekerasan yang terjadi.
"Tentara Pertahanan Israel (IDF) berusaha mengurangi korban di area pagar keamanan jalur Gaza. Sayangnya, organisasi teror Hamas sengaja dan secara metodis telah menempatkan warga sipil dalam bahaya," sebut pernyataan tertulis IDF.

5. Reaksi lembaga dunia

Palestinian Medical Relief Society (PMRS), organisasi tempat Razan menjadi relawan, mengutuk penembakan itu.
"Menembak anggota medis adalah kejahatan perang menurut Konvensi Jenewa," kata PMRS.
Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengaku "sangat prihatin" dan menyerukan pentingnya perlindungan untuk pekerja medis.
Palang Merah Internasional (ICRC) menyatakan kondisi ini sebagai krisis kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka akan mengirim dua tim ahli bedah untuk membantu.
"Pekerja medis bukan target! Pikiran dan doa saya bersama keluarga #Razan_AlNajjar! Orang Palestina di Gaza sudah cukup menderita. Israel perlu mengkalibrasi penggunaan kekuatannya dan Hamas harus mencegah insiden di pagar. Eskalasi hanya akan menambah korban jiwa," kata Koordinator PBB untuk Proses Perdamaian di Timur Tengah Nickolay E Mladenov melalui Twitternya.

palestina, razan al najjarHak atas fotoREUTERS/AMIR COHEN
Image captionPesawat pemadam kebakaran terbang di dekat perbatasan Israel dan Gaza, 3 Juni 2018.

6. Kekerasan di Gaza

Razan menjadi korban tewas ke-119 dalam demonstrasi yang dimulai pada 30 Maret, dan telah berubah jadi kekerasan berdarah di perbatasan Gaza-Israel.
Sejak 30 Maret, warga Palestina berdemo untuk meminta hak pengungsi Palestina untuk pulang ke tanah leluhurnya, yang sekarang ada di dalam kekuasaan Israel.
Konflik mencapai puncaknya pada 14 Mei lalu ketika setidaknya 61 warga Palestina terbunuh.
Pendemo yang datang pada hari Jumat ketika Razan terbunuh sebenarnya lebih sedikit daripada demo pekan sebelumnya. Tapi pendemo diperkirakan akan bertambah seiring dengan peringatan pengambilalihan jalur Gaza, Tepi Barat dan Jerusalem Timur oleh Israel pada 1967.
Ratusan orang membutuhkan perawatan akibat luka tembak dan luka karena amunisi lainnya, sementara sistem kesehatan lokal telah terlalu banyak bekerja dan tertekan.
Hingga kini tidak ada korban dari sisi Israel.

7. Reaksi warganet dari seluruh dunia

Hanya dalam beberapa jam sejak kematiannya, warga Palestina mengungkapkan dukanya di Twitter. Duka itu pun menyebar ke seluruh dunia.


sumber: http://www.bbc.com/indonesia/trensosial-44354400




Foto Yana Abe.














GAZA BERDUKA
Ia adalah seorang perawat yang masih muda, umurnya hanya 21 tahun saat ia ditembak mati oleh tentara.
Saat itu ia tengah menjalankan tugasnya sebagai seorang perawat di tengah aksi damai di Gaza.
Dalam sebuah wawancara yang diunggah ulang oleh akun YouTube TRT World, Razan yang saat itu belum tewas diwawancarai bagaimana kondisi di Gaza.
Ia awalnya menceritakan bahwa ia adalah seorang paramedis bernama Razan al Najjar.
Umurnya saat wawancara tersebut masih 20 tahun dan ia bekerja sebagai relawan paramedis di lapangan.
Ia mengungkapkan bahwa hari pertamanya menjadi yang sangat berat untuknya.
"Hari pertama menjadi hari yang paling berat untukku," ungkapnya.
"Aku tak bisa bernapas karena gas air mata tiga kali.
"Seluruh tim medis menjadi target, seorang temanku ditembak dipunggungnya, dan temanku lainnya, seorang perawat ditembak di bagian tangan, serta temanku lainnya ditembak di dekat telinganya."
Razan meneruskan bahwa para relawan ini harus kuat, setelah ditembak tersebut, mereka memberikan pertolongan pertama dan kemudian harus meneruskan pekerjaan mereka.
"Kami memberi mereka pertolongan pertama di lapangan dan kemudian kami melanjutkan pekerjaan kami.
"Kami mengirim mereka ke rumah sakit dan kami meneruskan pekerjaan kami."
Pada saat melakukan wawancara ini ia juga hampir tertembak dan ia bersyukur saat itu tidak tertembak.
Namun, ia sempat pingsan karena gas air mata.
Foto yang Diduga Tentara yang Menembak Razan
Setelah itu beredar foto tentara yang membunuh Razan di Gaza.
Melansir dari Instagram @the_emancipated, wanita yang menembak Razan memiliki nama Rebecca, tak diketahui nama belakangnya,
"Ia merupakan wanita yang lahir dan besar di Boston, Amerika Serikat.
Meski berkewarganegaraan Amerika Serikat, pada usia 18 tahun ia meninggalkan semua yang ia punya untuk datang ke Israel dan tinggal di sana.
Ia mendaftar masuk ke Pasukan Pengaman Israel (IDF) sebagai tentara yang memiliki spesialisasi di bidang pendidikan.
Tetapi setelah itu, ia memutuskan bahwa ia lebih cocok di lapangan.
Saat ini, ia merupakan tentara terlatih di Intelijen Lapangan IDF, mempertahankan rumah yang ia tahu dan ia cintai," dikutip dari laman Facebook IDF.
Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul Di Wawancara Ini, Razan Najjar Beberkan Pedihnya Hidup Relawan di Gaza, Dijadikan Target Tembakan!, http://style.tribunnews.com/…/di-wawancara-ini-razan-najjar….
Penulis: Dimas Setiawan Hutomo
Editor: Dimas Setiawan Hutomo
Menurut Sabreen, putrinya tidak memiliki senjata. Ia hanyalah petugas medis yang membantu orang-orang dengan keahliannya. Tenaga medis di lapangan sebelumnya mengatakan pasukan Israel telah menembaki para demonstran dengan amunisi jenis baru.
Dikenal sebagai "butterfly bullet". Tembakan ini akan menyebabkan cedera internal parah.
"Dia sengaja dan langsung dibunuh oleh peluru yang ilegal menurut hukum internasional," kata Sabreen.
Sabreen menuntut penyelidikan PBB sehingga pembunuhnya dapat diadili dan dihukum. Ia menggambarkan tindakan tentara Israel begitu brutal dan tak kenal ampun.

Senin, 04 Juni 2018


Veto AS Sama dengan Izin Membantai Warga Palestina

Najjar, Perawat Cantik Palestina 

Direnggut Peluru Israel

Tunjukkan Rompi Medis, Ibu Razan: Apa Ini Identitas Teroris?


Razan al-Najjar, 21, paramedis penolong demonstran yang terluka di Jalur Gaza. Dia ditembak mati oleh pasukan Israel pada Jumat (1/6/2018). Foto/The New York Times
GAZA - Razan al-Najjar, nama perawat cantik asal Khuzaa, Jalur Gaza, Palestina. Media internasional menyoroti kiprah perempuan 21 tahun yang ditembak mati sniper Israel tersebut saat menjalankan tugas kemanusiaan di tengah-tengah demonstran "Great March of Return" di Gaza.
Di saat para perempuan seusianya menikmati hidup dengan pergi ke kelab, shopping, atau hal-hal remeh lainnya, Najjar memilih menjalani hidup yang berbeda. Dia bertaruh untuk menyelamatkan para demonstran yang terluka oleh bidikan senjata sniper-sniper militer Israel.
Publik Gaza menjulukinya "guardian angel" atau "malaikat pelindung". Julukan itu melekat karena kiprahnya dalam menyelamatkan para demonstran Palestina yang terluka oleh tembakan pasukan Israel.
Protes massal bertajuk "Great March of Return" adalah gerakan warga Palestina untuk kembali ke tanah kelahirannya yang diduduki Israel, sejak negara Yahudi itu berdiri.
Najjar, sang sukarelawan medis Gaza, tersungkur setelah peluru sniper Israel menembus dadanya pada hari Jumat (1/6/2018). Peluru penembak runduk rezim Zionis itu dilaporkan menghantam jantung perawat cantik tersebut.
Jauh hari sebelum kematiannya, dia bercerita sekilas mengapa memilih menjalani hidup yang sangat berbahaya ini. Najjar ingin membuktikan bahwa perempuan memiliki peran dalam masyarakat konservatif Palestina di Gaza.
"Menjadi tenaga medis bukan hanya pekerjaan untuk seorang pria," katanya, saat wawancara dengan The New York Times di kamp demonstran Gaza bulan lalu. "(Profesi) ini untuk wanita juga."
Saksi mata bernama Ibrahim al-Najjar, 30, mengatakan, satu jam sebelum senja pada hari Jumat atau minggu ke-10 dari protes massal, perawat dengan mantel putih itu berlari ke garis depan untuk menyelamatkan seorang demonstran yang kepalanya dihantam oleh tabung gas air mata Israel.
Namun, siapa sangka aksi penyelamatan itu menjadi misi terakhir bagi Najjar. Sebab, saat menolong demonstran yang terluka tersebut, sniper Israel menembakkan dua hingga tiga peluru dari seberang pagar perbatasan. Tembakan itu menghantam tubuh Najjar bagian atas. Dia dinyatakan meninggal tak lama kemudian.
Baca juga: Paramedis Cantik Palestina Ditembak Mati Pasukan Israel di Gaza
Perawat cantik ini tercatat sebagai orang Palestina ke-119 yang tewas sejak protes massal dimulai bulan Maret lalu.

Liga Arab Sebut Israel Sengaja Bunuh Perawat Palestina


Razan al-Najjar, 21, paramedis penolong demonstran yang terluka di Jalur Gaza. Dia ditembak mati oleh pasukan Israel pada Jumat (1/6/2018). Foto/The New York Times

GAZA - Razan al-Najjar, nama perawat cantik asal Khuzaa, Jalur Gaza, Palestina. Media internasional menyoroti kiprah perempuan 21 tahun yang ditembak mati sniper Israel tersebut saat menjalankan tugas kemanusiaan di tengah-tengah demonstran "Great March of Return" di Gaza.
Di saat para perempuan seusianya menikmati hidup dengan pergi ke kelab, shopping, atau hal-hal remeh lainnya, Najjar memilih menjalani hidup yang berbeda. Dia bertaruh untuk menyelamatkan para demonstran yang terluka oleh bidikan senjata sniper-sniper militer Israel.
Publik Gaza menjulukinya "guardian angel" atau "malaikat pelindung". Julukan itu melekat karena kiprahnya dalam menyelamatkan para demonstran Palestina yang terluka oleh tembakan pasukan Israel.

Mengenal Najjar, Perawat Cantik Palestina yang Direnggut Peluru Israel

Protes massal bertajuk "Great March of Return" adalah gerakan warga Palestina untuk kembali ke tanah kelahirannya yang diduduki Israel, sejak negara Yahudi itu berdiri.
Najjar, sang sukarelawan medis Gaza, tersungkur setelah peluru sniper Israel menembus dadanya pada hari Jumat (1/6/2018). Peluru penembak runduk rezim Zionis itu dilaporkan menghantam jantung perawat cantik tersebut.
Jauh hari sebelum kematiannya, dia bercerita sekilas mengapa memilih menjalani hidup yang sangat berbahaya ini. Najjar ingin membuktikan bahwa perempuan memiliki peran dalam masyarakat konservatif Palestina di Gaza.
"Menjadi tenaga medis bukan hanya pekerjaan untuk seorang pria," katanya, saat wawancara dengan The New York Times di kamp demonstran Gaza bulan lalu. "(Profesi) ini untuk wanita juga."
Saksi mata bernama Ibrahim al-Najjar, 30, mengatakan, satu jam sebelum senja pada hari Jumat atau minggu ke-10 dari protes massal, perawat dengan mantel putih itu berlari ke garis depan untuk menyelamatkan seorang demonstran yang kepalanya dihantam oleh tabung gas air mata Israel.
Mengenal Najjar, Perawat Cantik Palestina yang Direnggut Peluru IsraelFoto/Anadolu
Namun, siapa sangka aksi penyelamatan itu menjadi misi terakhir bagi Najjar. Sebab, saat menolong demonstran yang terluka tersebut, sniper Israel menembakkan dua hingga tiga peluru dari seberang pagar perbatasan. Tembakan itu menghantam tubuh Najjar bagian atas. Dia dinyatakan meninggal tak lama kemudian.

Baca juga: Paramedis Cantik Palestina Ditembak Mati Pasukan Israel di Gaza

Perawat cantik ini tercatat sebagai orang Palestina ke-119 yang tewas sejak protes massal dimulai bulan Maret lalu.

=====
Wanita Israel Ini Dituding sebagai Sniper Pembunuh Razan al-Najjar
Muhaimin

Senin, 4 Juni 2018 - 12:05 WIB

Rebecca, mantan tentara IDF yang dituduh sebagai sniper pembunuh paramedis Palestina Razan al-Najjar. Foto/Facebook
TEL AVIV - Kematian paramedis cantik Palestina, Razan al-Najjar, 21, oleh sniper militer Israel membuat seorang wanita bernama Rebecca mendapat banyak ancaman pembunuhan. Wanita dari negara Zionis itu dituduh sebagai sosok sniper yang menewaskan Razan.

Rebecca, wanita kelahiran Amerika Serikat (AS) ini merupakan mantan tentara Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Namun, dia sudah lama tidak lagi melayani militer negara Yahudi tersebut.
Tuduhan bahwa Rebecca sebagai penembak runduk yang menewaskan perawat asal Khan Younis, Jalur Gaza, itu telah menyebar di situs media sosial di seluruh dunia sejak Jumat malam atau beberapa jam setelah kematian Razan.
Ancaman pembunuhan tak hanya ditujukan pada mantan tentara IDF ini. Teman-teman dan anggota keluarganya juga mendapat ancaman serupa.
Tuduhan terhadap veteran IDF itu kemungkinan berasal dari seorang wanita asal Chicago, dengan lebih dari 13.000 follower di Facebook, yang mem-posting foto Rebecca.
Baca: Tunjukkan Rompi Medis, Ibu Razan: Apa Ini Identitas Teroris?
Beberapa jam setelah posting foto tersebut muncul, halaman Facebook "Freedom for Gaza" dengan lebih dari 100.000 follower, menerbitkan gambar Rebecca. "Dia membunuh seorang perawat Palestina berusia 21 tahun di Gaza," bunyi keterangan dalam posting foto tersebut. Pada Minggu malam, posting itu telah dibagikan hampir 15.000 kali.
Posting serupa dari beberapa halaman Facebook pro-Palestina dan banyak  akun Twitter juga telah dibagikan ulang puluhan ribu kali, di seluruh dunia. Dalam dua hari, klaim bahwa Rebecca sebagai sniper Israel pembunuh Razan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Spanyol, Turki, Prancis, Melayu, dan Indonesia.
Namun, klaim itu belum tentu benar. Terlebih, Rebecca sudah tidak aktif di IDF sekitar 2,5 tahun lalu. Dia juga tidak pernah menjadi sniper ketika dia berada di IDF.
Rebecca, 24, yang meminta nama belakangnya tak diungkap karena merasa terancam, saat ini bekerja untuk sebuah program di Israel. Dia mengatakan mulai bulan akan mengajar bahasa Inggris untuk pencari suaka Afrika.
Dia menyadari menjadi subjek dari tuduhan tersebut pada Sabtu malam, ketika dia menyalakan ponselnya.
Pesan ancaman yang dikirim ke seorang temannya. "Saya membuka ponsel saya setelah Shabbat, dan ada ratusan pesan dari orang-orang di Facebook, dan semua teman saya mengirim pesan ke WhatsApp karena mereka telah mendapatkan pesan kebencian ini sepanjang akhir pekan,” katanya kepada Times of Israel yang dikutip Senin (4/6/2018).
Akun Instagram-nya juga dibombardir dengan komentar mengerikan, yakni seruan untuk membunuh Rebecca. "(Ancaman) itu terus berjalan," ujarnya.
Dia sudah melapor ke polisi terkait ancaman pembunuhan tersebut. Dia berharap polisi bisa membantu agar berbagai posting di media sosial yang berisi tuduhan terhadap dirinya dihapus.
Rebecca awalnya kewalahan dan bingung oleh banyaknya ancaman secara online tersebut. Dia semakin ketakutan karena banyaknya pesan ancaman yang dia terima dari seluruh dunia.
"Saya sedih karena teman-teman dan keluarga saya telah terancam dan di dunia maya, tidak ada cara untuk melindungi diri Anda karena menjadi korban ancaman dan kebohongan," ujar Rebecca
"Saya tidak politis, tetapi saya akan melakukan apa yang dapat saya lakukan untuk mengetahui semua narasi, dan jenis propaganda ini,"  imbuh dia.(mas)


Veto AS Sama dengan Izin Membantai Warga Palestina


views: 20.185






Pengamat: Veto AS Sama dengan Izin Membantai Warga Palestina


Analis politik Palestina, Akram Attalah menuturkan, veto Amerika Serikat sama dengan izin bagi Israel untuk melanjutkan pembantaian terhadap warga Palestina. Foto/Reuters



ANKARA - Analis politik Palestina, Akram Attalah menuturkan, veto Amerika Serikat (AS) terhadap resolusi perlindungan internasional bagi warga Palestina sama dengan izin bagi Israel untuk melanjutkan pembantaian terhadap warga Palestina.
Attalah mengatakan, satu-satunya negara yang bisa menghentikan kekejaman Israel terhadap warga Palestina adalah AS. Jika AS menarik sedikit saja dukungan pada Israel, maka kemungkinan besar Tel Aviv akan menghentikan kejahatanya.
"Israel akan menghentikan kejahatannya terhadap Palestina jika Washington menghentikan dukungannya yang tak tergoyahkan terhadapnya. Israel akan membatasi perilaku kriminalnya melawan Palestina jika AS tidak menggunakan veto," ucap Attalah, seperti dilansir Anadolu Agency pada Senin (4/6).
Dia mengatakan, veto AS memberi Israel lampu hijau untuk melanjutkan agresinya terhadap Palestina.
"Israel tahu bahwa mereka tidak akan dihukum oleh masyarakat internasional dan bahwa Dewan Keamanan (DK) PBB tidak akan mengeluarkan kecaman apapun selama pemerintahan Donald Trump menggunakan hak veto itu," ucapnya.
Seperti diketahui, pada 18 Mei, Kuwait menyerahkan rancangan resolusi kepada DK PBB yang mengutuk kekerasan Israel dan menyerukan perlindungan terhadap rakyat Palestina di Gaza dan Tepi Barat. Tetapi AS pada hari Jumat memveto resolusi tersebut. Sepuluh negara memberikan suara mendukung, sementara Inggris, Polandia, Belanda dan Ethiopia memilih abstain.
Resolusi, yang direvisi tiga kali dan dikatakan telah "diperas", sebelumnya menyerukan perlunya perlindungan internasional untuk rakyat Palestina.
Draf akhir menyerukan pertimbangan langkah-langkah untuk menjamin keselamatan dan perlindungan penduduk sipil Palestina di Wilayah Pendudukan Palestina, termasuk di Jalur Gaza.(esn)


Turki Kecam Veto AS untuk Perlindungan Warga Palestina


views: 22.081






Turki Kecam Veto AS untuk Perlindungan Warga Palestina

Pemerintah Turki melemparkan kecaman keras atas keputusan AS untuk memveto resolusi mengenai perlindungan internasional terhadap warga Palestina. Foto/Reuters

ANKARA - Pemerintah Turki melemparkan kecaman keras atas keputusan Amerika Serikat (AS) untuk memveto sebuah resolusi di Dewan Keamanan (DK) PBB mengenai perlindungan internasional terhadap warga Palestina.
Juru bicara Presiden Turki, Ibrahim Kalin menyatakan, pihaknya sudah memprediksi keputusan AS ini. Veto ini, lanjut Kalin, sekali lagi menunjukan kalau AS tidak pernah berpihak pada kebenaran.
"Tidak mengherankan bahwa pemerintah AS memveto resolusi yang didedikasikan untuk melindungi Palestina. Langkah ini membuktikan lagi bahwa mereka berpihak pada kekuatan, bukan dengan kebenaran," ucap Kalin, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (3/6).
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad al-Malki menyebut apa yang dilakukan AS adalah blunder moral dan pengabaian terhadap seruan dunia internasional.
"Veto AS adalah kesalahan moral lain dan kebutaan politik. Ini mengabaikan konsensus internasional tentang kejahatan dan praktik yang dilakukan oleh Israel dan sepenuhnya bias," ucap Malki, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (3/6).
Malki kemudian menekankan bahwa Palestina, melalu jalur diplomasi akan melakukan yang terbaik untuk memastikan akuntabilitas bagi para penjahat perang Israel dan mendapatkan keadilan bagi rakyat Palestina.
Seperti diketahui, dalam pemungutan suara di DK, kemarin, Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley memveto resolusi yang diajukan oleh Kuwait tersebut. Dalam pidatonya, Haley mengkritik proposal Kuwait tersebut, dengan menggambarkannya sebagai pandangan yang sangat sepihak.
(esn)
Sumber:https://international.sindonews.com/read/1311336/43/wanita-israel-ini-dituding-sebagai-sniper-pembunuh-razan-al-najjar-1528088722/13

https://international.sindonews.com/read/1311451/43/pengamat-veto-as-sama-dengan-izin-membantai-warga-palestina-1528104853






Sosok tentara yang dituduh menembak Razan al-Najjar



5 Pengakuan Rebecca, 

Wanita yang Dituduh Tembak Razan al Najjar


Grid.ID - Kematian relawan medis Razan al-Najjar menyisakan kesedihan bagi banyak orang yang terlibat di konflik jalur Gaza.
Saat pemakamannya ribuan orang hadir mulai dari warga sipiil, keluarga dan kerabat, serta rekan-rekan relawan medis yang turut berjuang bersama Najjar.
Najjar dilaporkan tewas setelah ditembak oleh sniper Israel.
Saat ditembak, dia masih memakai rompi medis berwarna putih.
Dalam insiden itu, Najjar sedang mencoba membantu pengunjuk rasa yang terluka di perbatasan Gaza.
Setelah kematiannya, ada satu foto beredar yang dipercaya telah membunuh Najjar.
Sosok wanita yang dituduh menembak Najjar adalah Rebecca.
Tuduhan itu diduga berasal dari sebuah akun Facebook Suhair Nafal, seorang wanita yang tinggal di Chicago, Illinois yang mengatakan berasal dari Ramallah.
Akun itu memposting foto Rebecca yang diterbitkan empat tahun lalu di akun Facebook resmi militer Israel, IDF (Israel Defence Force).
Dalam ungghannya Nafal tidak menyatakan bahwa Rebecca membunuh Najjar.
Dia menempatkan foto keduanya berjejer dan menyebut Rebecca sebagai 'Zionis Amerika dari Boston untuk menduduki Palestina dan bergabung dengan militer Israel.
Dilansir dari timesofisrael.com, Nafal mengambil gambar dan deskripsi Rebecca di akun Facebook resmi IDF.
Di unggahan IDF itu Rebecca merupakan tentara kelahiran Boston.
Pada usia 18 tahun, dia pindah ke Israel dan begabung dengan IDF sebagai tentara yang memiliki spesialisasi di bidang pendidikan.
Tetapi setelah itu, dia memutuskan bahwa lebih cocok di lapangan.
"Saat ini, dia merupakan tentara terlatih di Intelijen Lapangan IDF, mempertahankan rumah yang dia tahu dan dia cintai," dikutip dari laman Facebook IDF.
Nah setelah Nafal mengunggah tentang Rebecca, halanman Facebook 'Freedom for Gaza' yang memiliki lebih dari 100.000 pengikut menerbitkan postingan dan mengutip deskripsi itu.
Deskripsi itu lalu ditambahkan "'pembunuh terlatih' ini mengeksukusi seorang perawat Palestina berusia 21 tahun di Gaza sat dia membantu warga sipil yang terluka."
Kemudian foto Rebecca viral dan dituduh menjadi sniper yang menewaskan Najjar.
Setelah viral, Rebecca memberi pengakuan :
1. Tidak pernah jadi sniper
Times of Israel menghubungi Rebecca untuk meminta keterangan langsung dariya.
Rebecca memang seorang tentara IDF dan direkrut pada tahun 2014.
Rebecca membantah jika dia tidak pernah jadi sniper selama menjadi tentara IDF.
Dia hanya bertugas sebagai tentara biasa dan tidak pernah mengambil pelatihan penembak jitu.
2. Guru
Saat ini Rebecca dikatakan sudah tidak aktif dan diberhentikan selamanya dari IDF sejak 2 tahun terakhir.
Rebecca masih tinggal di Israel.
Tapi dia bekerja sebagai relawan guru bahasa Inggris.
3. Foto yang viral
Foto wanita yang viral dengan memegang senjata itu memang benar Rebecca.
Foto itu diterbitkan halaman Facebook IDF pada 27 Mei 2014 saat dia baru bergabung.
Saat ini, militer Israel mengklaim sedang melakukan penyelidikan terkait penembakan Najjar.
4. Dapat ancaman
Sejak fotonya viral, Rebecca mendapatkan pesan ancaman di media sosialnya.
Sehingga dia terpaksa menutup akun Instagramnya.
Rebecca juga meminta bantuan karena banyak ancaman yang dikirim ke kotak pesan Facebooknya, termasuk ancaman pembunuhan.
5. Video klarifikasi
Juru bicara IDF mendorong Rebecca untuk membuat video klarifikasi.
Kemudian dia membuat video itu dan diunggah oleh kelompok advokasi Israel, StandWithU melalui Facebook.
“Mereka mengatakan kepada saya apa yang harus saya katakan di video. Saya sedikit ketakutan. Saya baru saja mengatakannya. Mereka mengatakan kepada saya bahwa itu akan membantu menghentikan ini, ”kata Rebecca.
Saat berita yang viral tentang Rebecca tidak benar, Nafal dan halaman Facebook 'Freedom for Gaza' mengedit postingannya.
Nafal menukar foto Rebecca dengan seorang tentara IDF wanita yang berbeda dan menghapus deskripsi.
Selain itu, Nafal mengunggah bahwa dia tidak bermaksud untuk menyatakan bahwa Rebecca telah membunuh Najjar.
Tapi tetap menyatakan bahwa Rebecca masih seorang 'teroris'.
Sedangkan halaman Facebook 'Freedom for Gaza' membiarkan postingan ali tetap utuh dan menambahkan pemberitahuan di atasnya.
"Apakah itu sniper atau yang lainnya, apakah itu benar-benar penting? mereka semua membunuh lelaki, perempuan dan anak-anak Palestina yang tidak bersalah." (*)

Yana Abe "Tidak mengherankan bahwa pemerintah AS memveto resolusi yang didedikasikan untuk melindungi Palestina. Langkah ini membuktikan lagi bahwa mereka berpihak pada kekuatan, bukan dengan kebenaran," ucap Kalin, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (3/6).

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad al-Malki menyebut apa yang dilakukan AS adalah blunder moral dan pengabaian terhadap seruan dunia internasional.

"Veto AS adalah kesalahan moral lain dan kebutaan politik. Ini mengabaikan konsensus internasional tentang kejahatan dan praktik yang dilakukan oleh Israel dan sepenuhnya bias," ucap Malki, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (3/6)https://international.sindonews.com/.../turki-kecam-veto...
Kelola

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
 BalasHapus Pratinjau2hTelah disunting
Yana Abe KAIRO - Liga Arab menuduh Israel sengaja membunuh Razan al-Najar, seorang paramedis Palestina berusia 21 tahun di Jalur Gaza. Liga Arab mendesak agar mereka yang bertanggung jawab atas tewasnya Najar untuk segera diadili.

"Otoritas pendudukan Israel s
epenuhnya bertanggung jawab atas pembunuhan petugas medis ini," kata Liga Arab dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Minggu (3/6).

"Kami menyerukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Palang Merah dan badan amal medis lainnya untuk membawa mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan dan memaksa Israel untuk menghormati perjanjian internasional mengenai keselamatan dokter dan tenaga medis," sambungnya.
https://international.sindonews.com/.../liga-arab-sebut...
Kelola







Sosok tentara yang dituduh menembak Razan al-Najjar



5 Pengakuan Rebecca, 

Wanita yang Dituduh Tembak Razan al Najjar


Grid.ID - Kematian relawan medis Razan al-Najjar menyisakan kesedihan bagi banyak orang yang terlibat di konflik jalur Gaza.
Saat pemakamannya ribuan orang hadir mulai dari warga sipiil, keluarga dan kerabat, serta rekan-rekan relawan medis yang turut berjuang bersama Najjar.
Najjar dilaporkan tewas setelah ditembak oleh sniper Israel.
Saat ditembak, dia masih memakai rompi medis berwarna putih.
Dalam insiden itu, Najjar sedang mencoba membantu pengunjuk rasa yang terluka di perbatasan Gaza.
Setelah kematiannya, ada satu foto beredar yang dipercaya telah membunuh Najjar.
Sosok wanita yang dituduh menembak Najjar adalah Rebecca.
Tuduhan itu diduga berasal dari sebuah akun Facebook Suhair Nafal, seorang wanita yang tinggal di Chicago, Illinois yang mengatakan berasal dari Ramallah.
Akun itu memposting foto Rebecca yang diterbitkan empat tahun lalu di akun Facebook resmi militer Israel, IDF (Israel Defence Force).
Dalam ungghannya Nafal tidak menyatakan bahwa Rebecca membunuh Najjar.
Dia menempatkan foto keduanya berjejer dan menyebut Rebecca sebagai 'Zionis Amerika dari Boston untuk menduduki Palestina dan bergabung dengan militer Israel.
Dilansir dari timesofisrael.com, Nafal mengambil gambar dan deskripsi Rebecca di akun Facebook resmi IDF.
Di unggahan IDF itu Rebecca merupakan tentara kelahiran Boston.
Pada usia 18 tahun, dia pindah ke Israel dan begabung dengan IDF sebagai tentara yang memiliki spesialisasi di bidang pendidikan.
Tetapi setelah itu, dia memutuskan bahwa lebih cocok di lapangan.
"Saat ini, dia merupakan tentara terlatih di Intelijen Lapangan IDF, mempertahankan rumah yang dia tahu dan dia cintai," dikutip dari laman Facebook IDF.
Nah setelah Nafal mengunggah tentang Rebecca, halanman Facebook 'Freedom for Gaza' yang memiliki lebih dari 100.000 pengikut menerbitkan postingan dan mengutip deskripsi itu.
Deskripsi itu lalu ditambahkan "'pembunuh terlatih' ini mengeksukusi seorang perawat Palestina berusia 21 tahun di Gaza sat dia membantu warga sipil yang terluka."
Kemudian foto Rebecca viral dan dituduh menjadi sniper yang menewaskan Najjar.
Setelah viral, Rebecca memberi pengakuan :
1. Tidak pernah jadi sniper
Times of Israel menghubungi Rebecca untuk meminta keterangan langsung dariya.
Rebecca memang seorang tentara IDF dan direkrut pada tahun 2014.
Rebecca membantah jika dia tidak pernah jadi sniper selama menjadi tentara IDF.
Dia hanya bertugas sebagai tentara biasa dan tidak pernah mengambil pelatihan penembak jitu.
2. Guru
Saat ini Rebecca dikatakan sudah tidak aktif dan diberhentikan selamanya dari IDF sejak 2 tahun terakhir.
Rebecca masih tinggal di Israel.
Tapi dia bekerja sebagai relawan guru bahasa Inggris.
3. Foto yang viral
Foto wanita yang viral dengan memegang senjata itu memang benar Rebecca.
Foto itu diterbitkan halaman Facebook IDF pada 27 Mei 2014 saat dia baru bergabung.
Saat ini, militer Israel mengklaim sedang melakukan penyelidikan terkait penembakan Najjar.
4. Dapat ancaman
Sejak fotonya viral, Rebecca mendapatkan pesan ancaman di media sosialnya.
Sehingga dia terpaksa menutup akun Instagramnya.
Rebecca juga meminta bantuan karena banyak ancaman yang dikirim ke kotak pesan Facebooknya, termasuk ancaman pembunuhan.
5. Video klarifikasi
Juru bicara IDF mendorong Rebecca untuk membuat video klarifikasi.
Kemudian dia membuat video itu dan diunggah oleh kelompok advokasi Israel, StandWithU melalui Facebook.
“Mereka mengatakan kepada saya apa yang harus saya katakan di video. Saya sedikit ketakutan. Saya baru saja mengatakannya. Mereka mengatakan kepada saya bahwa itu akan membantu menghentikan ini, ”kata Rebecca.
Saat berita yang viral tentang Rebecca tidak benar, Nafal dan halaman Facebook 'Freedom for Gaza' mengedit postingannya.
Nafal menukar foto Rebecca dengan seorang tentara IDF wanita yang berbeda dan menghapus deskripsi.
Selain itu, Nafal mengunggah bahwa dia tidak bermaksud untuk menyatakan bahwa Rebecca telah membunuh Najjar.
Tapi tetap menyatakan bahwa Rebecca masih seorang 'teroris'.
Sedangkan halaman Facebook 'Freedom for Gaza' membiarkan postingan ali tetap utuh dan menambahkan pemberitahuan di atasnya.
"Apakah itu sniper atau yang lainnya, apakah itu benar-benar penting? mereka semua membunuh lelaki, perempuan dan anak-anak Palestina yang tidak bersalah." (*)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar