Redaktur : Agung Sasongko |
Reporter : Umi Nur Fadillah |
Berbagi informasi, bersinergi dalam pertemanan dan persahabatan untuk.... kebaikan,kesejahteraan,kenyamanan dalam bersamaan Kenapa Tidak, Kita Maju Bersama, Yes We Can
Cari Blog Ini
Rabu, 28 Februari 2018
KABAR DUNIA ARAB
Aksi Jamaah Umrah Indonesia,
Arab Saudi Protes
Arab Saudi Protes
Redaktur : Agung Sasongko |
Reporter : Umi Nur Fadillah |
Minggu, 25 Februari 2018
Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo
Gatot Ajak Seluruh Umat Jaga Ulama
Minggu, 25 Februari 2018 – 22:18 WIB
jpnn.com, BOGOR - Kekayaan alam Indonesia suatu saat akan membuat iri bangsa lain. Salah satu cara yang dilakukan bangsa lain untuk menguasai kekayaan Indonesia adalah dengan melakukan adu domba rakyat.
Begitu jawaban mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo yang mengutip kalimat Proklamator RI, Soekarno, saat ditanya oleh Pimpinan Majelis Al Ihya Insan Kamil Bogor tentang kasus “orang gila” yang marak melakukan kekerasan terhadap ulama. Sebanyak 5 ribu lebih jamaah hadir dalam pengajian ini.
"Di Maluku pernah dicoba di adu domba antara Islam dengan Nasrani, di Poso hal yang sama juga terjadi. Di Kalimantan Barat suku Dayak dengan Madura. Usaha tersebut gagal dan tidak meluas secara nasional,” ujarnya sebagaimana keterangan tertulis yang diterima, Minggu (25/2).
Jenderal Gatot menjelaskan bahwa saat ini para ulama sedang memainkan peran sentral dalam mendinginkan suasana. Namun di tengah aksi itu, ada yang menginginkan Indonesia seperti Suriah, yaitu adu domba sesama Islam.
"Sebab cara yang paling mudah menghancurkan Indonesia adalah melalui ancaman kepada para ulamanya,” sambungnya.
Dia menjabarkan bahwa ulama sejatinya adalah pewaris ajaran nabi. Bahkan, kata Gatot, ada hadist yang menyebut satu ulama setara dengan 10 ribu umat.
"Dalam surat Ali-Imran 18 para ulama malah disejajarkan dengan malaikat,” urainya menukil Alquran.
Para ulama dan ajaran yang dibawa, sambung Gatot, dapat menjaga sebuah negara dari azab Allah SWT. Kalau sudah tidak ada lagi ulama, negara ini bisa sangat mudah dihancurkan.
"Oleh karenanya sekali lagi saya menyampaikan agar kita selalu waspada. Bahwa perbedaan adalah ciptaan-Nya. Simpan dalam-dalam perbedaan, mari tonjolkan persamaan. Umat Islam, TNI dan Polri bersama menjaga para ulama. Maka mari kita satukan hati untuk Indonesia,” ajak Jenderal Gatot.
Di Indonesia, peran ulama dalam pendirian negara sangat besar. Sejarah mencatat, revolusi jihad adalah hasil inisiatif dari KH Hasyim Ashari.
KH Hasyim Ashari kemudian bersama “Singa Siliwangi” KH Abbas bin Abdul Jamil memimpin pasukan jihad berperang melawan sekutu.
"Ini semua terjadi pada saat TNI (BKR) baru berumur 35 hari. Tidak bisa dipungkiri peran umat Islam melalui para ulamanya sangat besar dalam perjuangan kemerdekaan lalu,” tukasnya. (sam/RMOL Sumber : RMOL.co
https://www.jpnn.com/news/jenderal-gatot-ajak-seluruh-umat-jaga-ulama?page=1
Kamis, 22 Februari 2018
Senin, 19 Februari 2018
Polisi menangkap artis Dhawiya dan saudaranya karena menggunakan narkoba.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pihak kepolisian kembali menangkap artis yang pengguna Narkoba. Kali ini, polisi menangkap Dhawiya, anak dari Ratu Dangdut Elvy Sukaesih. Polisi juga menangkap anak-anak Elvy Sukaesih lainnya, bahkan satu di antaranya sedang hamil enam bulan.
"Tersangka yang kami tangkap, ada Dhawiya, lalu Muhammad (tunangan Dhawiya), Syehan (abangnya Dhawiya), Ali Zaenal Abidin (abangnya Dhawiya), Chauri Gita (istrinya Syehan)," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono dalam keterangan tertulisnya, Jumat (16/2).Di antara tersangka yang terciduk, Chauri Gita merupakan tersangka yang sedang hamil enam bulan dan memiliki seorang bayi. Kemudian untuk lokasi penemuan narkoba berupa sabu, pertama ada di halaman garasi, kedua di kamar Dhawiya, dan itu berada di rumahnya Elvy Sukaesih."Selain ada yang hamil, tersangka Syehan kondisinya sedang sakit TBC stadium 3," kata Argo.Adapun barang bukti yang diamankan, satu klip kecil sabu 0,38 gram yang disimpan dalam ikat pinggang celana yang dimodifikasi, satu buah dompet 'Manggo' silver berisi sabu 0,45 gram, satu klip sedang berisi sabu 0,49 gram."Sabu seberat 0,49 gram pada saat digrebek di kamar Dhawiya, ternyata itu sedang digunakan bersama," ucapnya.Selain itu, polisi juga menyita dua buah alat hisap sabu, sembilan buah cangklong kaca, empat buah selang plastik, satu plastik berisi sedotan, satu gulung almunium foil, satu buah alat hisap sabu bekas pakai, tiga kantong berisi plastik klip kosong, satu unit timbangan digital, satu buah peralatan sabu dan selang plastik, satu kotak berisi alat hisap sabu.Pada saat awal penangkapan, kepolisian mendapat info dari masyarakat bahwa tersangka Muhammad, sering melakukan transaksi narkotika di seputaran Cawang. Selanjutnya, tim melakukan pemantauan dan melihat ciri-ciri dimaksud. "Setelah itu baru dilakukan penangkapan dan dibawa ke salah satu kamar untuk dilakukan penggeledahan," jelas Argo.Kini kepolisian masih memeriksa intensif para tersangka di Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya.Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/18/02/16/p48ypz354-dua-anak-elvy-sukaesih-ditangkap-karena-kasus-narkoba
BERITA TERKAIT
Polisi menangkap artis Dhawiya dan saudaranya karena menggunakan narkoba.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pihak kepolisian kembali menangkap artis yang pengguna Narkoba. Kali ini, polisi menangkap Dhawiya, anak dari Ratu Dangdut Elvy Sukaesih. Polisi juga menangkap anak-anak Elvy Sukaesih lainnya, bahkan satu di antaranya sedang hamil enam bulan.
"Tersangka yang kami tangkap, ada Dhawiya, lalu Muhammad (tunangan Dhawiya), Syehan (abangnya Dhawiya), Ali Zaenal Abidin (abangnya Dhawiya), Chauri Gita (istrinya Syehan)," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono dalam keterangan tertulisnya, Jumat (16/2).Di antara tersangka yang terciduk, Chauri Gita merupakan tersangka yang sedang hamil enam bulan dan memiliki seorang bayi. Kemudian untuk lokasi penemuan narkoba berupa sabu, pertama ada di halaman garasi, kedua di kamar Dhawiya, dan itu berada di rumahnya Elvy Sukaesih."Selain ada yang hamil, tersangka Syehan kondisinya sedang sakit TBC stadium 3," kata Argo.Adapun barang bukti yang diamankan, satu klip kecil sabu 0,38 gram yang disimpan dalam ikat pinggang celana yang dimodifikasi, satu buah dompet 'Manggo' silver berisi sabu 0,45 gram, satu klip sedang berisi sabu 0,49 gram."Sabu seberat 0,49 gram pada saat digrebek di kamar Dhawiya, ternyata itu sedang digunakan bersama," ucapnya.Selain itu, polisi juga menyita dua buah alat hisap sabu, sembilan buah cangklong kaca, empat buah selang plastik, satu plastik berisi sedotan, satu gulung almunium foil, satu buah alat hisap sabu bekas pakai, tiga kantong berisi plastik klip kosong, satu unit timbangan digital, satu buah peralatan sabu dan selang plastik, satu kotak berisi alat hisap sabu.Pada saat awal penangkapan, kepolisian mendapat info dari masyarakat bahwa tersangka Muhammad, sering melakukan transaksi narkotika di seputaran Cawang. Selanjutnya, tim melakukan pemantauan dan melihat ciri-ciri dimaksud. "Setelah itu baru dilakukan penangkapan dan dibawa ke salah satu kamar untuk dilakukan penggeledahan," jelas Argo.Kini kepolisian masih memeriksa intensif para tersangka di Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya.Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/18/02/16/p48ypz354-dua-anak-elvy-sukaesih-ditangkap-karena-kasus-narkobaBERITA TERKAIT
Putri Elvy Sukaesih Ditangkap Polisi Beserta Dua Kakaknya
Artis Dhawiya Zaida Ditangkap Polisi karena Narkoba
Ini Kisah di Balik Penangkapan Fachri Albar
Kembali Terjerat Kasus Narkoba, Fachri: Ya Menyesal
Usai Jalani Rehabilitasi, Tora Sudiro: Badan Lebih Fit
Minggu, 18 Februari 2018
Anies Dicegah di Piala Presiden
Minggu 18 Februari 2018, 19:41 WIB
Anies Dicegah di Piala Presiden,
PDIP Minta Paspampres Bijak
Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dicegah Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) saat mau menuju podium Piala Presiden di Stadion GBK. Menanggapi hal tersebut, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto meminta seharusnya Paspampres bersikap lebih bijak.
"Ke depan Paspampres lebih bijak dalam melihat apa pun. Pak Anies kan Pak Gubernur dan yang juara Persija," ujar Hasto di Gedung KPU RI, Jl Imam Bonjol, Jakarta, Minggu (18/2/2018).
Hasto menjelaskan, pemenang Piala Presiden ialah Persija dan Anies adalah Gubernur Jakarta. Sehingga, menurut Hasto tidak patut Anies dihalangi saat mau memberikan selamat ke pemain Persija.
"Sangat wajar Pak Anies penuh antusiasme ingin berikan apresiasi, berikan ucapan selamat," imbuh Hasto.
Hasto menambahkan, hal yang menimpa seperti Anies juga pernah terjadi saat ulang tahun Megawati. Kala itu, Paspampres melarang anak Megawati yaitu Mohammad Rizki Pratama masuk ke acara tersebut.
"Saat ulang tahun Ibu (Megawati), Mas Tatam (Pratama) mau masuk ke acara itu dilarang oleh Paspampres," ujar Hasto.
(rvk/jor)
|
Upload Foto Seputar Kondisi atau Peristiwa Unik yang Terjadi di Angkutan Umum ke pasangmata.com
SUMBER: https://news.detik.com/berita/d-3873164/anies-dicegah-di-piala-presiden-pdip-minta-paspampres-bijak
Denita Br Matondang - detikNews
Jumat, 16 Februari 2018
ANAK RAJA DAN RATU KENA JERAT NARKOBA
TribunStyle.com/ Kolase
Dhawiya dan Ridho Rhoma, putri dan putra Ratu dan Raja Dangdut Elvy Sukaesih & Rhoma Irama yang sama-sama terjerat narkoba.
|
Anak Ratu-Raja Dijerat Narkoba
VIVA – Kepolisian Republik Indonesia sepertinya sedang gencar-gencarnya melakukan operasi penangkapan kepada para pengedar dan pengguna narkoba di lingkungan pesohor Tanah Air. Tak tanggung-tanggung penangkapan dilakukan dalam waktu yang berdekatan dalam sepekan yaitu pada tiga artis ternama.
Sebut saja, Fachri Albar anak dari rocker Ahmad Albar yang kedapatan memiliki satu paket sabu, dua papan dumolid dan potongan ganja. Fachri ditangkap satuan reserse narkoba Polres Jakarta Selatan di rumahnya yang berada di kawasan Cirendeu bertepatan dengan hari Valentine, Rabu 14 Februari 2018.
Sebelumnya, Fachri juga pernah berurusan dengan Kepolisian terkait kasus yang sama. Saat itu, ketika polisi menggerebek rumah ayah Fachri, Ahmad Albar di Kawasan Cinere, Depok. Petugas menemukan 1,2 gram kokain di kamar Fachri dan terkait penangkapan jaringan narkoba di apartemen Taman Anggrek.
Atas kasus itu, Fachri kemudian sempat menghilang ketika polisi menemukan barang bukti narkotka di kamarnya. Dan Mabes Polri pun memasukkan aktor dalam film pengabdi setan itu sebagai DPO (daftar pencarian orang).
Lalu, artis berikutnya yang ditangkap polisi atas kasus narkoba adalah Roro Fitria. Artis yang kerap jadi perbincangan warganet ini ditangkap pada hari yang sama dengan Fachi Albar, atau hanya berselang beberapa jam saja setelah penangkapan Fachri Albar.
Minat chat yaa inbox fb atau
BBM 5D34A253 n wa 081363563800..
happy shopping..tq dear
Roro ditangkap Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, Rabu 14 Februari 2018 di kediamannya di kawasan Ragunan, Jakarta Selatan. Artis yang juga sebagai duta anti narkoba ini justru terjerat kasus narkoba karena ditemukan barang bukti seberat 2,5 gram sabu.
Penangkapan Roro pun berawal dari pengembangan Unit II Subdit I Polda Metro Jaya yang menangkap satu tersangka laki-laku berinisial WH yang mendapat pesanan sabu dari Roro Fitria yang menunggunya di kediamannya.
Dan penangkapan yang terakhir adalah, putri dari ratu dangdut Elvi Sukaesih yaitu Dhawiya Zaidah. Penangkapan dilakukan Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya di kediamannya di kawasan Cawang, Jakarta Timur pada Jumat 16 Februari 2018.
Minat chat yaa inbox fb atau
BBM 5D34A253 n wa 081363563800..
happy shopping..tq dear
Dalam penangkapan tersebut, petugas menyita barang bukti narkoba berupa sabu sebesar 0,45 gram dan 0,49 gram, serta sejumlah alat hisap sabu bekas pakai. Penangkapan Dhawiya ini masih berkaitan dengan kasus narkoba yang dialami Fachri Albar.
Sumber; https://www.viva.co.id/berita/metro/1007971-fakta-di-balik-terciduknya-fachri-roro-fitria-dan-dhawiya
Dusep Malik; Sabtu, 17 Februari 2018 | 07:29 WIB
Ketum Projo Sudah Tahu Dalang di Balik Teror ke Pemuka Agama
Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi. Foto: dokumen JPNN.Com
jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum PROJO Budi Arie Setiadi menduga rangkaian penganiayaan kekerasan terhadap pemuka agama akhir-akhir ini hanya bagian dari skenario untuk adu domba. Dia meyakini ada kepentingan politik di balik serangkaian aksi persekusi yang telah mengakibatkan korban jiwa itu.
"Sangat terbaca polanya, aktornya, lokasinya serta praktik dan cara eksekusinya. Kami sudah tahu persis siapa dalangnya, otaknya dan motif politiknya," ujar Budi melalui pesan singkat, Jumat ( 16 /2 ).
Rangkaian penganiayaan terhadap pemuka agama diawali pada 27 Januari 2018 lalu. Pemimpin Pondok Pesantren Al Hidayah Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Umar Basri (Mama Santiong) yang diserang hingga dilarikan ke rumah sakit.
Selang beberapa hari kemudian persisnya 1 Februari 2018, Komando Brigade PP Persis Ustaz Prawoto juga dianiaya. Nahas, Ustaz Prawoto akhirnya meninggal dunia.
Selanjutnya, persekusi menimpa Biksu Mulyanto Nurhalim asal Desa Babat, Tangerang, Banten pada Sabtu (10/2) lalu. Nurhalim dipaksa menandatangani surat perjanjian supaya tak menggelar kegiatan peribadatan di desanya sendiri.
Terakhir adalah penyerangan di Gereja St Lidwina, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Pelaku bernama Suliono asal Banyuwangi menyerang para jemaat dan pastor Gereja St Lidwina dengan pedang.
Sedangkan di Tuban, Jawa Timur ada aksi perusakan masjid. Adapun di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) terjadi pelecehan terhadap tempat ibadah umat Hindu.
Budi menjelaskan, rentetan kekerasan itu menunjukkan adanya skenario untuk menciptakan instabilitas. Mantan aktivis mahasiswa yang dikenal sebagai pendukung fanatik Presiden Joko Widodo itu pun menyayangkan masih adanya kelompok yang menggunakan kekerasan dan berisiko bagi keutuhan NKRI
“Janganlah ulama, pendeta, pastor, biksu dan para pemuka agama terus menerus menjadi korban. Janganlah rakyat tak berdosa menjadi korban karena ambisi dan kepentingan politik sesaat dan jangka pendek," harapnya.
Karena itu Budi meminta pemerintah lebih responsif dalam mengatasi persoalan tersebut. Menurutnya, pimpinan Polri, TNI dan Badan Intelijen Negara (BIN) berkoordinasi dalam mengungkap otak dan motif di balik rentetan kekerasan terhadap pemuka agama.
Selain itu, Budi juga meminta masyarakat agar tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi dengan isu yang bisa merusak toleransi ataupun memecah belah persatuan dan kerukunan nasional. Dia juga mendesak otak di balik rentetan kekerasan segera menyetop tindakan yang mengorbankan rakyat tak berdosa.
“Pada waktunya pasti nanti terbongkar semuanya. Janganlah meraih kekuasaan dengan menghalakan segala cara. Bukan zamannya lagi,” pungkasnya.(jpg/jpnn)
"Sangat terbaca polanya, aktornya, lokasinya serta praktik dan cara eksekusinya. Kami sudah tahu persis siapa dalangnya, otaknya dan motif politiknya," ujar Budi melalui pesan singkat, Jumat ( 16 /2 ).
Rangkaian penganiayaan terhadap pemuka agama diawali pada 27 Januari 2018 lalu. Pemimpin Pondok Pesantren Al Hidayah Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Umar Basri (Mama Santiong) yang diserang hingga dilarikan ke rumah sakit.
Selang beberapa hari kemudian persisnya 1 Februari 2018, Komando Brigade PP Persis Ustaz Prawoto juga dianiaya. Nahas, Ustaz Prawoto akhirnya meninggal dunia.
Selanjutnya, persekusi menimpa Biksu Mulyanto Nurhalim asal Desa Babat, Tangerang, Banten pada Sabtu (10/2) lalu. Nurhalim dipaksa menandatangani surat perjanjian supaya tak menggelar kegiatan peribadatan di desanya sendiri.
Terakhir adalah penyerangan di Gereja St Lidwina, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Pelaku bernama Suliono asal Banyuwangi menyerang para jemaat dan pastor Gereja St Lidwina dengan pedang.
Sedangkan di Tuban, Jawa Timur ada aksi perusakan masjid. Adapun di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) terjadi pelecehan terhadap tempat ibadah umat Hindu.
Budi menjelaskan, rentetan kekerasan itu menunjukkan adanya skenario untuk menciptakan instabilitas. Mantan aktivis mahasiswa yang dikenal sebagai pendukung fanatik Presiden Joko Widodo itu pun menyayangkan masih adanya kelompok yang menggunakan kekerasan dan berisiko bagi keutuhan NKRI
“Janganlah ulama, pendeta, pastor, biksu dan para pemuka agama terus menerus menjadi korban. Janganlah rakyat tak berdosa menjadi korban karena ambisi dan kepentingan politik sesaat dan jangka pendek," harapnya.
Karena itu Budi meminta pemerintah lebih responsif dalam mengatasi persoalan tersebut. Menurutnya, pimpinan Polri, TNI dan Badan Intelijen Negara (BIN) berkoordinasi dalam mengungkap otak dan motif di balik rentetan kekerasan terhadap pemuka agama.
Selain itu, Budi juga meminta masyarakat agar tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi dengan isu yang bisa merusak toleransi ataupun memecah belah persatuan dan kerukunan nasional. Dia juga mendesak otak di balik rentetan kekerasan segera menyetop tindakan yang mengorbankan rakyat tak berdosa.
“Pada waktunya pasti nanti terbongkar semuanya. Janganlah meraih kekuasaan dengan menghalakan segala cara. Bukan zamannya lagi,” pungkasnya.(jpg/jpnn)
Sumber: https://www.jpnn.com/news/ketum-projo-sudah-tahu-dalang-di-balik-teror-ke-pemuka-agama?page=1
Jumat, 16 Februari 2018 – 20:02 WIB
Kamis, 15 Februari 2018
Jangan Jadi Pejabat Kritik itu Fitamin
Rizal Ramli: Kalau Tak Mau Dikritik Jangan Jadi Pejabat
Kamis 15 February 2018 08:11 WIB
Rep: Amri Amrullah/ Red: Budi Raharjo
REPUBLIKA.CO.ID,
"Kalau pejabat gak doyan dikritik, gak doyan diberimasukan, ya jadi orang biasa saja," kata Rizal Ramli usai menghadiri diskusi di DPP PAN, Rabu (14/2) malam.
Kritik Rizal Ramli ini menyorot soal rajinnya pejabat saat ini yang membuat aturan terkait pihak-pihak yang mengkritik namun berpotensi dikriminalkan. Seperti dalam Undang Undang MD3 yang memberikan hak imunitas berlebihan kepada Anggota DPR dan dalam rancanangan RKUHP soal pasal penghinaan presiden.
Rizal menambahkan ia pernah dipenjara oleh Soeharto karena dianggap menghina presiden. Padahal saat itu ia menyampaikan pendapat dan kritik kepada Soeharto atas gaya kepemimpinannya yang dianggap tidak berpihak pada rakyat.
Bila gaya pejabat seperti ini terjadi lagi di Indonesia, menurut dia, menunjukkan Indonesia negara yang kembali ke masa kolonial. Karena aturan larangan kritik atas dasar pasal penghinaan sebenarnya dari Undang-Undang untuk Ratu Belanda, yang disebut hatzaai artikelen aturan hukum warisan kolonial di Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-Indie.
"Dulu siapa yang menghina Belanda dipenjarain," ungkapnya. Dan Hatzaai Artikelen yang merupakan warisankolonial kemudian diadopsi dalam KUHP Pasal 154 dan 155. Ternyata zaman Soeharto dipakai keras, dan setelah Reformasi kita berjuang agar itu dibatalkan, karena bangsa ini tidak ingin pejabatnya menjadi otoriter.
Dan kemudian akhirnya dalam keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) akhirnya dinyatakan pasal ini tidak lagi mempunyai kekuatan hukum mengikat. Maka aturan ini ditegaskan Rizal Ramli sudah menjadi aturan usang dalam sejarah bangsa Indonesia sejak Reformasi. Jadi kalau ada pejabat yang sekarang antikritik dengan membuat undang-undang menurutnya sudah kembali ke masa kolonial.
Rabu, 14 Februari 2018
Aa Gym; "Perbedaan" Rileks Saja
Aa Gym:
Rileks Saja Hadapi Perbedaan
Photo :VIVA |
VIVA - Ulama kondang Abdullah Gymnastiar atau akrab disapa Aa Gym turut hadir dalam acara ulang tahun tvOne bertema "Mengawal NKRI", Rabu, 14 Februari 2018. Dalam kesempatan itu, Aa Gym memberikan nasihat mengenai bagaimana menghadapi perbedaan.
"Perbedaan rileks saja. Saya di keluarga juga banyak perbedaan tapi tetap rileks," kata Aa Gym.
Terkait dengan momen Pilkada 2018, Aa Gym mengingatkan agar semua kontestan tidak jor-joran. Dia mengingatkan pesta demokrasi itu adalah ajang beramal saleh, bukan justru menebar kebohongan seperti janji-janji palsu.
"Perbedaan rileks saja. Saya di keluarga juga banyak perbedaan tapi tetap rileks," kata Aa Gym.
Terkait dengan momen Pilkada 2018, Aa Gym mengingatkan agar semua kontestan tidak jor-joran. Dia mengingatkan pesta demokrasi itu adalah ajang beramal saleh, bukan justru menebar kebohongan seperti janji-janji palsu.
"Tidak usah terlalu ngotot. Kalau takdir jadi pasti jadi," kata dia.
Aa Gym juga mengingatkan setiap manusia tidak selamanya hidup di dunia ini. Mereka semua akan mati.
"Jadi bagi yang saat ini punya jabatan agar melakukan hal sebaik-baiknya. Ingat kehidupan di akhirat itu selamanya," kata dia.
Setelah Aa Gym berbicara, giliran Fadli Zon diberikan kesempatan. Wakil Ketua DPR itu setuju dengan pernyataan Aa Gym soal rileks menghadapi perbedaan. Bahkan, menurutnya juga termasuk menghadapi isu SARA.
"Justru kalau kita menutup-nutupi jadi masalah. Kebhinnekaan itu sunatullah, memperkuat kita. Kalau kita berbeda rileks saja," ujarnya.
Fadli mengingatkan bahwa SARA adalah fakta yang ada dan terjadi. Dia mencontohkan tindakan Donald Trump yang menggunakan isu melawan Islam, kemudian persoalan otonomi khusus Papua, lalu sampai pada peta pertarungan pilkada yang tidak bisa melepaskan diri dari unsur suku, agama, ras, dan antargolongan.
"Sumatera Utara, Jawa Tengah, semua ada. Jangan bicara chasing saja bahwa kita terbuka dengan perbedaan itu. Politik identitas itu kenyataan di dunia," kata dia.
Aa Gym juga mengingatkan setiap manusia tidak selamanya hidup di dunia ini. Mereka semua akan mati.
"Jadi bagi yang saat ini punya jabatan agar melakukan hal sebaik-baiknya. Ingat kehidupan di akhirat itu selamanya," kata dia.
Setelah Aa Gym berbicara, giliran Fadli Zon diberikan kesempatan. Wakil Ketua DPR itu setuju dengan pernyataan Aa Gym soal rileks menghadapi perbedaan. Bahkan, menurutnya juga termasuk menghadapi isu SARA.
"Justru kalau kita menutup-nutupi jadi masalah. Kebhinnekaan itu sunatullah, memperkuat kita. Kalau kita berbeda rileks saja," ujarnya.
Fadli mengingatkan bahwa SARA adalah fakta yang ada dan terjadi. Dia mencontohkan tindakan Donald Trump yang menggunakan isu melawan Islam, kemudian persoalan otonomi khusus Papua, lalu sampai pada peta pertarungan pilkada yang tidak bisa melepaskan diri dari unsur suku, agama, ras, dan antargolongan.
"Sumatera Utara, Jawa Tengah, semua ada. Jangan bicara chasing saja bahwa kita terbuka dengan perbedaan itu. Politik identitas itu kenyataan di dunia," kata dia.
Minggu, 11 Februari 2018
Langganan:
Postingan (Atom)