Minggu, 02 Juni 2019

Kisah-Kasih, "Pipi Merah Merona"... Tersipu Malu ; Flamboyan Telah Pergi

Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono saat menghadiri santap malam sekaligus temu masyarakat Banyumas di Taman Andang Pangrenan, Purwokerto, Jumat (23/11/2018).
Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono saat menghadiri santap malam sekaligus temu masyarakat Banyumas di Taman Andang Pangrenan, Purwokerto, Jumat (23/11/2018). (KOMPAS.com/ IQBAL FAHMI)
JAKARTA, KOMPAS.com – Kesetiaan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono mendampingi istrinya, Kristiani Herawati atau Ani Yudhoyono, melalui masa-masa sulitnya, menimbulkan kekaguman. Sejak Ani Yudhoyono menjalani perawatan di Singapura karena kanker darah yang dideritanya, SBY selalu berada di sisi kekasih hatinya itu. Hingga akhirnya Ani berpulang pada Sabtu (1/6/2019) pukul 11.50 waktu Singapura. 
Kisah kasih keduanya hingga pernikahan berjalan sekitar 40-an tahun menyimpan banyak cerita. Kisah awal pertemuan keduanya pun pernah diceritakan SBY dalam buku berjudul "SBY, Sang Demokrat" terbitan Dharmapena Publishing tahun 2004. 
Baca juga: Duka Mendalam Keluarga Yudhoyono... 
Saat itu, SBY yang duduk di tingkat empat Akabri didapuk sebagai Komandan Divisi Korps Taruna. Ia harus melapor kepada sang Gubernur, Sarwo Edhie Wibowo, yang akan memberikan kata sambutan di Balai Taruna. Tak dinyana, di situ pula SBY pertama kali bertemu Ani, yang ketika itu sedang berlibur di Lembah Tidar. Mata keduanya bertemu pandang. 
Salah satu putri kesayangan Gubernur Akabri itu memang tinggal di Jakarta dan baru kali itu ia ke Magelang, menemui orangtuanya. Jantung SBY tiba-tiba berdegup kencang. Sementara pipi Ani merah merona tersipu malu. Ketua 

Setelah pertemuan tersebut, Ani sungguh tertarik kepada pria ganteng yang memiliki postur tinggi gagah. Apalagi ketika SBY sudah mengenakan pakaian dinas taruna. 
“Kedua, saya melihat dia dewasa sekali,” kenang Ani. 
SBY rupanya juga jatuh hati. Ia ingin mengenal Ani jauh lebih dekat. Sejak saat itu, setiap ada pesiar, SBY selalu menyampatkan diri ke rumah dinas gubernur. 
Foto Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono dan Ani Yudhoyono
Foto Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono dan Ani Yudhoyono(Instagram Ani Yudhoyono) 
SBY mencoba keberuntungan, siapa tahu ada Ani lagi di Magelang. 
“Itu saya kira jalan Tuhan,” kata SBY yang mengenang pertemuan pertamanya dengan Ani.

Sekian lama, hubungan mereka meningkat… 


Sekian lama, hubungan mereka meningkat menjadi berpacaran. Seiring berjalannya waktu, keduanya makin mengenal satu sama lain. 
Ani menemukan kedewasaan yang lebih dari diri SBY. Sebaliknya, SBY menemukan sosok yang sangat perhatian dan penuh kasih sayang terhadap dirinya. Bahkan, dari sekian banyak teman kuliah yang Ani kenal selama ini, ia tidak pernah menemui hal-hal yang ada pada SBY, putra pasangan Soekotjo dan Siti Habibah tersebut. 
Hari berganti bulan, Ani melihat kekasih hatinya itu semakin matang, tidak emosional. Berbicara pun selalu teratur, walaupun cakupan pembicaraannya belum terlampau luas. Ayah SBY terkejut SBY sempat menceritakan hubungan kasihnya itu ke sang ayah. 
Soekotjo yang merupakan pensiunan Komandan Rayon Militer (Danramil) itu terkejut bukan main. Soekotjo menganggap, putra tunggalnya salah memilih teman. Kok berani-beraninya menggoda putri jenderal? Kegelisahan hati itulah yang dirasakan Soekotjo. 
“Apakah tidak jomplang statusmu dengan anak gubernur yang pangkatnya mayor jenderal?” kenang SBY menceritakan kegelisahan sang ayah. 

SBY pun berkali-kali meyakinkan orangtuanya bahwa ia tidak pernah minder atau kecil hati berpacaran dengan anak jenderal. SBY menekankan, ia tidak pernah canggung bergaul dengan siapa saja, termasuk dengan anak jenderal, teman-temannya di Akabri. 
Sang ayah luluh, kegelisahan hatinya perlahan sirna. Soekatjo akhirnya menganggap kekhawatirannya itu terlalu berlebihan. Sebab, rupanya Sarwo Edhie sendiri tidak berperasaan sama seperti dirinya. Pikir Soekotjo, mungkin karena SBY pandai bergaul dan memiliki kepribadian baik sehingga Sarwo Edhie tidak pernah mempersoalkan latar belakang calon menantu yang memiliki ayah dengan pangkat jauh di bawahnya. 

Ani bercerita, sebetulnya yang terlebih dahulu senang dengan SBY adalah sang ibu

“Ibu saya lebih dulu kenal dia, tanpa sepengetahuan saya. Ibu jatuh sayang kepada dia mungkin karena perilakunya yang santun,” ujar Ani. Hubungan jarak jauh hingga menikah Dari hari ke hari, hubungan SBY dan Ani kian dekat. Namun, lantaran saat itu Ani tinggal dan kuliah di Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta, tepatnya tahun 1973, kasih sayang mereka tuangkan di dalam surat menyurat. 
Tidak lama kemudian, mereka berpisah cukup lama karena Ani harus ikut sang ayah yang mendapatkan tugas menjadi Duta Besar RI untuk Korea Selatan.

Agar hubungan SBY dan Ani tetap dekat di hati, walau berjauhan tempat, pada Februari 1974, mereka lebih dahulu bertunangan sebelum Ani berangkat ke Korea Selatan. Hubungan jarak jauh rupanya masih terjadi saat Ani kembali ke Tanah Air. 
Saat itu, giliran SBY yang pergi jauh. SBY sedang menempuh pendidikan lanjutan sebagai Airborne dan Ranger di Amerika Serikat. Namun, tidak lama setelah SBY kembali dari Negeri Paman Sam, keduanya sepakat untuk membina rumah tangga. Tepatnya tanggal 30 Juli 1976, SBY dan Ani melangsungkan pernikahan. 
Uniknya, SBY dan Ani dinikahkan bersama-sama dengan saudara Ani. Pasangan pertama, Erwin Sudjono dengan Wrahasti Cendrawasih (kakak Ani). Pasangan kedua, Hadi Utomo dengan Mastuti Rahayu (adik Ani). Pasangan ketiga, SBY dan Ani sendiri. Baca juga: Pohon Bilalang, Kenangan Ani Yudhoyono untuk Kota Parepare Ketiga menantu Sarwo Edhie itu adalah mantan mantan Taruna Akabri. Erwin angkatan 1975. Saat menikah, pangkatnya Letnan Dua. SBY angkatan 1973. Saat itu berpangkat Letnan Satu. Sementara, Hadi angkatan 1970. Pangkatnya Kapten. Pesta pernikahan berlangsung meriah di ballroom Hotel Indonesia. Mereka menjadi tontonan bule yang menginap di hotel bersejarah itu. Bagaimana tidak, suasana pesta yang meriah itu bak sebuah parade militer. Hanya saja, persoalannya bukan terletak di situ. Namun, atas pertimbangan kepraktisan, pernikahan itu dilangsungkan bersama-sama. Sebab, sebagai seorang pejabat negara, Sarwo Edhie tidak punya waktu jika setiap tahun harus menikahkan putrinya. “Rasanya minta izin ke Presiden untuk setiap tahun pulang mengawinkan anak, tidak enak,” ungkap Ani. “Sementara, kalau yang menikah yang muda lebih dahulu, Bapak tidak mau. Tabu untuk melangkahi,” lanjut dia. Kini, cerita itu tinggal kenangan. Pada Minggu (2/6/2019) pagi ini, jenazah Ani masih disemayamkan di Pendopo Cikeas. Pada Minggu siang, akan dilaksanakan shalat jenazah kemudian dilanjutkan pemakaman di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada pukul 15.00 WIB. Selamat jalan, Ibu Ani...

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Kasih SBY-Ani Yudhoyono: Saat Jantung Berdegup Kencang dan Pipi Merah Tersipu Malu...", https://nasional.kompas.com/read/2019/06/02/08541301/kisah-kasih-sby-ani-yudhoyono-saat-jantung-berdegup-kencang-dan-pipi-merah?page=3
Penulis : Fabian Januarius Kuwado
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary

Ani ;Putri Jenderal Sarwo Edhie, Istri Terkasih SBY 

Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Ani menyanyi di atas panggung saat berlangsung Pelantikan Ketua DPD dan Ketua DPC Partai Demokrat Se-Jateng di Stadion Gemilang Magelang, Selasa (10/4/2018). ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Kristiani Herrawati atau Ani Yudhoyono, istri Presiden ke-6 RI SBY, wafat di Singapura pada 1 Juni 2019 setelah mengidap kanker darah. tirto.id - Kristiani Herrawati atau Ibu Ani Yudhoyono wafat setelah beberapa waktu dirawat di National University Hospital Singapura karena mengidap penyakit kanker darah. 

Ani, putri Letnan Jenderal (Purn.) Sarwo Edhie Wibowo dan istri terkasih Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), meninggal, Sabtu (1/6/2019) pukul 11.50 waktu Singapura pada usia 66 tahun. 

Ani lahir di Yogyakarta tanggal 6 Juli 1952. Ia anak ketiga dari tujuh bersaudara pasangan Sarwo Edhie Wibowo dan Sunarti Sri Hadiyah. Ani sempat tercatat sebagai mahasiswi Jurusan Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta. Namun, ia tidak sempat menamatkan kuliahnya di UKI, hanya sampai tahun ketiga, karena ayahnya harus bertugas ke Korea Selatan sebagai Duta Besar RI pada 1974. Nanti, setelah pulang ke Indonesia, Ani kuliah lagi di Universitas Terbuka dan meraih gelar sarjana ilmu politik. Sebelum berangkat ke Seoul, Sarwo Edhi Wibowo menyarankan kepada putrinya itu untuk bertunangan terlebih dulu dengan Susilo Bambang Yudhoyono. Ternyata, SBY yang saat itu baru saja lulus dari Akabri sudah menghadap Sarwo Edhi untuk melamar Ani. Tanpa sepengetahuan Ani, SBY membawa orangtuanya menemui Sarwo Edhi saat diwisuda di Magelang pada 1973. Sarwo Edhi yang saat itu adalah Gubernur Akabri menerima lamaran SBY, pemuda gagah berparas tampan, berotak cerdas pula sebagai lulusan terbaik Akabri. Ani dan SBY sebelumnya sudah berkenalan dan mulai dekat. Baca juga: Sarwo Edhie, "King Maker" yang Disingkirkan Soeharto Membangun Keluarga Bahagia Ani menerima saran ayahnya untuk bertunangan dengan SBY. Dua sejoli ini akhirnya menikah pada 30 Juli 1976, di sela-sela tugas Sarwo Edhi sebagai Dubes Korea Selatan. Dua tahun setelah keluarga Sarwo Edhi pulang ke tanah air, lahir anak pertama SBY dan Ani. Bayi laki-laki yang lahir di Bandung pada 10 Agustus 1978 itu diberi nama Agus Harimurti Yudhoyono. Tanggal 24 November 1980, masih di Bandung, anak kedua pasangan ini lahir, laki-laki juga, diberi nama Edhie Baskoro Yudhoyono atau yang kini akrab disapa Ibas. 
Selanjutnya, Ani mengikuti perkembangan karier suaminya di militer hingga SBY pensiun dan mulai masuk kabinet setelah Orde Baru runtuh pada 1998, yakni sebagai Menteri Pertambangan dan Energi di era Gus Dur kemudian Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan di masa Megawati Soekarnoputri. 
Ani aktif dalam berbagai kegiatan sosial bersama Dharma Wanita selama suaminya menjadi menteri. Ia juga aktif di Persit Kartika Chandra Kirana (Persatuan Istri Tentara) dan Dharma Pertiwi. Tanggal 9 September 2001, Partai Demokrat didirikan dan diresmikan pada 27 Agustus 2003. Partai baru ini menjadikan SBY sebagai ikon serta mengusungnya sebagai calon presiden di Pemilu 2004. Hasilnya, SBY menang dan menjadi presiden. Ani? Tentu saja duduk sebagai ibu negara. 
Ani menjalankan perannya sebagai istri presiden untuk mendukung program-program pemerintah. Ia bersama dengan para istri menteri di kabinet bentukan suaminya membentuk Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) untuk anak-anak dan kaum perempuan yang kurang mampu. SBY menjabat sebagai presiden selama dua periode hingga 2014. 
Setelah tidak berkuasa lagi, SBY fokus mengurus Partai Demokrat, didampingi Ani yang juga pernah menjadi wakil ketua umum partai berlambang mercy ini. Baca juga: SBY dan Ani: Kisah Anak Danramil yang Menikahi Putri Jenderal Tidak Ingin Jadi Presiden Ani selalu mendukung penuh keputusan suaminya, termasuk ketika putra pertama mereka, Agus Harimurti Yudhoyono, keluar dari kemiliteran demi bertarung di Pilkada DKI Jakarta 2017. Sayangnya, Agus yang berpasangan dengan Sylviana Murni langsung tersingkir di putaran pertama. 
Nama Ani sempat digadang bakal maju sebagai calon presiden (capres) untuk Pilpres 2014, juga menjelang Pilpres 2019. Namun, dalam dua kesempatan itu, SBY dengan tegas membantah dan memastikan istrinya tidak akan maju sebagai capres maupun cawapres. Jauh sebelum isu itu beredar, semasa SBY masih menjabat sebagai orang nomor satu di negeri ini, Ani sudah memastikan bahwa ia tak berambisi menjadi presiden. 
"Bagiku, mendampingi SBY hingga bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik adalah tujuanku dan bila tercapai itu sudah cukup melegakan," tandas Ani dalam buku biografinya bertajuk Kepak Sayap Putri Prajurit (2010) yang ditulis Alberthiene Endah. "Jika SBY sudah tidak jadi Presiden, maka kedudukan paling terhormatku adalah tetap menjadi nyonya SBY, bukan menjadi presiden," lanjut Ani. Baca juga: Jika Politik Silsilah Benar, Semua Presiden Kita Bersaudara Ani dikenal cukup aktif di sosial media, terutama di Instagram. Ia sering mengunggah foto-foto kebersamaan bareng keluarga besarnya, termasuk dengan kedua putra dan menantunya, serta cucu-cucunya. 
Sejak 2 Februari 2019, Ani dirawat secara intensif di Singapura karena mengidap kanker darah. Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan banyak tokoh nasional lainnya telah menjenguk dan mendoakan kesembuhannya. Namun, takdir berkata lain. 
Sabtu, tanggal 1 Juni 2019, mantan ibu negara ini mengembuskan nafas penghabisan. Selamat jalan, Ibu Ani. ------------------------------------------------ 

Artikel ini pertama kali ditayangkan dengan judul "Mengenal Ani Yudhoyono: Anak Jenderal, Istri SBY, Kader Demokrat" pada 14 Februari 2019 atau beberapa hari setelah Ibu Ani mulai dirawat di National University Hospital Singapura. Baca juga artikel terkait ANI YUDHOYONO atau tulisan menarik lainnya Iswara N Raditya (tirto.id - Politik) Penulis: Iswara N Raditya Editor: Mufti Sholih

Baca selengkapnya di Tirto.id dengan judul "Ani Yudhoyono Wafat: Putri Jenderal Sarwo Edhie, Istri Terkasih SBY", https://tirto.id/ani-yudhoyono-wafat-putri-jenderal-sarwo-edhie-istri-terkasih-sby-dgQT


Minggu 02 Juni 2019, 15:51 WIB

Jokowi Lepas Bu Ani: Flamboyan Telah Pergi Namun Tetap di Hati

Andhika Prasetia - detikNews
Jokowi Lepas Bu Ani: Flamboyan Telah Pergi Namun Tetap di HatiJokowi di pemakaman Ani Yudhoyono. (Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
FOKUS BERITA:Ani Yudhoyono Wafat
Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melepas kepergian Ani Yudhoyonodalam upacara militer di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan. Jokowi sempat mengutip puisi yang pernah dibikin suami Ani, Susilo Bambang Yudhoyono, dalam sambutannya.

Jokowi awalnya mengisahkan sosok Ani Yudhoyono yang aktif dalam banyak bidang. Pengabdian Ani Yudhoyono kepada negara disebut Jokowi sudah patut dihormati.

"Ibu Hajah Kristiani Herawati Yudhoyono, sepanjang hayatnya mendedikasikan hidupnya kepada nilai-nilai kemanusiaan, almarhumah aktif dalam memberantas buta huruf, mengembangkan kerajinan nasional, memberdayakan dan menyejahterakan keluarga, terutama kaum perempuan dan anak-anak," kata Jokowi dalam sambutannya di TMP Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu (2/6/2019).


"Almarhumah juga aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan, pelestarian lingkungan hidup, budaya, dan meningkatkan kepedulian kepada masyarakat di daerah-daerah bencana, daerah konflik, dan daerah perbatasan. Atas jasa dan pengabdiannya yang besar kepada bangsa dan negara, Pemerintah Indonesia pada tahun 2011 menganugerahkan Bintang Maha Putra Adi Pradana kepada almarhumah," imbuh Jokowi.

Jokowi pun mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk mendoakan Ani Yudhoyono. Selain itu, dia mendoakan agar SBY dan keluarga senantiasa tabah dan ikhlas menerima kepergian Ani Yudhoyono.


"Akhirnya dengan memohon rida Allah SWT, marilah kita lepas kepergian Ibu Hajah Kristiani Herawati menghadap Allah SWT dengan tenang dengan diiringi doa, semoga Allah SWT berkenan menerima amal ibadah almarhumah dan mengampuni segala khilaf dan salah beliau. Flamboyan telah pergi namun akan tetap hidup di hati kita semuanya, rakyat Indonesia yang mencintainya," kata Jokowi.

Puisi tentang 'Flamboyan' itu ditulis SBY pada 25 Januari 2004. SBY menuliskan puisi itu untuk menggambarkan tentang bagaimana perasaan seorang prajurit dibuat tersentuh oleh bunga flamboyan yang bermekaran di halaman kampus. Saat itu, di halaman Akademi Militer Nasional, Magelang, memang ditumbuhi banyak pohon flamboyan.


SBY Kenang Ani Yudhoyono: She Loves Everybody:



(dhn/tor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar