Kamis, 20 Juni 2019

Penyebab Terbentuknya Alam Semesta

Mengenal Teori Big Bang

Liputan6.com, Jakarta - Sudah sejak lama Teori Big Bang atau Dentuman Besar disebut sebagai penyebab terbesar terbentuknya alam semesta pada hampir14 miliar tahun lalu. Berdasarkan permodelan ledakan ini, alam semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang secara terus menerus hingga mendingin pada waktu ini.
Dalam pengukuran tahun 2009, keadaan awal alam semesta bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu, yang kemudian dijadikan sebagai referensi waktu terjadinya Dentuman Besar.
Teori ini telah memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat yang didukung oleh metode ilmiah beserta pengamatan. Demikian seperti dikutip dari Live Science, Kamis (20/6/2019).
Pada tahun 1924, penelitian yang dilakukan oleh Edwin Hubble terhadap jarak nebula spiral terdekat menunjukkan bahwa material itu sebenarnya merupakan galaksi lain.
Georges Lemaitre, fisikawan dari Belgia, pada tahun 1927 menyebut bahwa resesi nebula yang disiratkan oleh "persamaan Friedmann" (serangkaian persamaan dalam bidang kosmologi fisik yang mengatur pengembangan ruang dalam model alam semesta yang homogen dan isotropik dalam konteks relativitas umum, dirumuskan oleh Alexander Friedmann pada tahun 1922) dan "relativitas umum" Albert Einstein (teori geometri mengenai gravitasi yang diperkenalkan oleh Einstein pada 1916) diakibatkan oleh alam semesta yang mengembang.
Pada tahun 1931 Lemaitre lebih jauh lagi memaparkan, pengembangan alam semesta --seiring berjalannya waktu-- memerlukan syarat bahwa alam semesta mengerut seiring berbaliknya waktu, sampai pada suatu ketika di mana seluruh massa alam semesta berpusat pada satu titik, yaitu "atom purba", tempat waktu dan ruang bermula.


2 dari 3 halaman

Pengenalan ke Muka Umum

Publik pertama kali diperkenalkan istilah Teori Bug Bang sebagai dasar acuan terbentuknya alam semesta karena astronom Inggris, Fred Hoyle.
Pada tanggal 28 Maret 1949, Hoyle menciptakan ungkapan kontroversial dalam siaran BBC, dengan mengatakan bahwa gagasan "semua persoalan alam semesta yang diciptakan dalam satu ledakan besar pada waktu tertentu di masa lampau" adalah tidak masuk akal.
Setelah Perang Dunia II, terdapat dua model kosmologis yang memungkinkan. Satunya adalah "teori keadaan tetap" ala Hoyle, yang mengajukan bahwa materi-materi baru tercipta ketika alam semesta tampak mengembang.
Sedangkan model lainnya adalah teori milik Lemaitre yang memperkenalkan "nukleosintesis ledakan dahsyat" (Big Bang Nucleosynthesis atau BBN).
Ironisnya, justru Hoyle-lah yang mencetuskan istilah Big Bang dengan merujuk pada teori Lemaitre. Hoyle kemudian memberikan sumbangsih yang besar terhadap usaha para fisikawan untuk memahami nukleosintesis bintang, yang merupakan lintasan pembentukan unsur-unsur berat dari unsur-unsur ringan secara reaksi nuklir.
Setelah penemuan radiasi gelombang mikro kosmis pada tahun 1964, kebanyakan ilmuwan mulai menerima bahwa beberapa skenario teori ledakan dahsyat memang pernah terjadi.
"Ada sebuah jendela kecil di waktu di mana nukleus dapat terbentuk," kata Glennys Farrar, seorang kosmolog di New York University. "Setelah itu, alam semesta terus mengembang dan mereka tidak dapat bertemu satu sama lain, dan sebelum (jendela) itu menjadi terlalu panas."
Plasma berawan memenuhi alam semesta selama 378.000 tahun ke depan, sampai pendinginan lebih lanjut yang membiarkan elektron dan proton membentuk atom hidrogen netral, dan kabut pun hilang.
Sinar yang dipancarkan selama proses ini, yang membentang menjadi gelombang mikro, adalah objek paling awal yang dapat dipelajari oleh para peneliti secara langsung.
Dikenal sebagai cosmic microwave background (CMB), banyak peneliti menganggapnya sebagai bukti terkuat untuk Dentuman Besar.
3 dari 3 halaman

Ditemukan Molekul Pertama yang Terbentuk di Alam Semesta Usai Big Bang

Setelah berpuluh-puluh tahun mencari di angkasa luar, para ilmuwan kini mengklaim telah mendeteksi ikatan molekul pertama yang terbentuk di awal Alam Semesta, usai Dentuman Besar atau Big Bang.
Penemuan ion helium hidrida (HeH+) di nebula NGC 7027 mengakhiri perburuan epik para astronom untuk menemukan molekul yang sulit dipahami di antariksa.
"Kurangnya bukti tentang keberadaan helium hidrida di Alam Semesta telah mempertanyakan pemahaman kami tentang kimia di awal terbentukna Jagat Raya," kata ahli astronomi Rolf Gusten kepada ScienceAlert, yang dikutip pada Jumat, 19 April 2019.
"Pendeteksian yang dilaporkan sekarang, sudah menyelesaikan keraguan semacam itu," lanjutnya.
Begitu awal Alam Semesta mendingin usai Big Bang pada hampir 14 miliar tahun yang lalu, teori menyatakan bahwa ion-ion unsur cahaya mulai bergabung kembali satu sama lain.
"Dalam lingkungan yang bebas logam dan kepadatan rendah ini, atom-atom helium netral membentuk ikatan molekul pertama Alam Semesta dalam ion helium hidrida (HeH+), melalui hubungan radiatif dengan proton," Gusten dan rekan peneliti menjelaskan dalam sebuah makalah baru.
Cara Mendeteksi
Para ilmuwan memperkirakan HeH+ mungkin terbentuk di nebula pada tahun 1970-an, tetapi sampai sekarang mereka masih belum pernah bisa mendeteksinya.
Menurut para peneliti, hal itu disebabkan karena atmosfer Bumi pada dasarnya adalah penghalang untuk spektrometer (instrumen untuk menentukan panjang gelombang pelbagai macam sinar) yang berbasis di daratan.
Tim dari Gusten mampu mengatasi hambatan-hambatan ini secara serempak, berkat kemampuan German Receiver for Astronomy at Terahertz Frequencies (GREAT) ketika diterbangkan oleh pesawat antariksa Stratospheric Observatory for Infrared Astronomy (SOFIA) milik NASA.
Menurut Gusten, GREAT adalah satu-satunya perangkat yang dapat melakukan pengamatan semacam ini dan hanya mampu melihat helium hidrida di angkasa luar jika dilepaskan terlebih dahulu di udara.
"Seseorang atau sesuatu tidak dapat melakukan pencarian sejenis ini dari observatorium berbasis darat, karena pada panjang gelombang 149 μm, atmosfer Bumi benar-benar buram," papar Güsten.
"Jadi, kami harus pergi ke antariksa atau mengoperasikan instrumen kami dari platform dengan terbang di ketinggian tertentu, seperti SOFIA yang melayang di atas atmosfer yang lebih rendah," lanjutnya.

Senin, 10 Juni 2019

Dokter Hewan Ditangkap Atas Tuduhan Makar; Sofyan Jacob Jadi Tersangka Kasus Makar


Pemeriksaan dokter hewan warga Limapuluh Kota di Mapolres Limapuluh Kota
Pemeriksaan dokter hewan warga Limapuluh Kota di Mapolres Limapuluh Kota( (ANTARA SUMBAR/istimewa)

Dokter Hewan Asal Sumbar 

Ditangkap Atas Tuduhan Makar 

Kompas.com - 03/06/2019, 18:40 WIB

KOMPAS.com - Tim gabungan Satreskrim dan Satintelkam Polres Limapuluh Kota, Sumatera Barat (Sumbar), menangkap seorang dokter hewan berinisial SY (50 tahun) atas dugaan melakukan perbuatan makar.

 “Iya, tim gabungan mengamankan seorang pria berinisial YS sesuai Laporan Polisi Nomor: L/P /A/57/V/2019/SPKT–LPK tanggal 31 Mei 2019," ujar Kasat Reskrim Polres Limapuluh Kota, AKP Anton Luther, di Sarilamak, Senin (3/6/2019). 

Ia mengatakan, penangkapan terhadap pria yang di kartu tanda penduduk (KTP) nya beralamat di Padang Jopang, VII Koto Talago Guguak, Kabupaten Limapuluh Kota tersebut dilakukan pada Senin sekitar pukul 02.30 WIB di kawasan Jalan Negara Tanjung Pati, Kecamatan Harau. 
Pria kelahiran Pekanbaru tersebut di akun Facebooknya dengan nama Drh Syahrizal, terpajang beberapa foto dokter hewan dan foto sebuah pulau yang ditulis “Republik Andalas Raya”. Dalam foto Republik Andalas Raya itu juga tertulis kalimat yang berbunyi, 
“ Saya tdk ingin makar tp jika kalian pikir NKRI itu hy hitungan jumlah pemilih di pulau Jawa saya py hak utk bergerak paling terdepan utk mewujudkan ini n jgn kalian anggap ini hy meme meme main mainan saja #kamitelahsedang bergerak," tulis akun tersebut. 
Selain itu juga tertulis beberapa kalimat yang merongrong dan menuding pemerintah zalim, semena-mena, bernada hasutan serta bernada ujaran kebencian. 
Penangkapan dokter hewan itu dipimpin langsung Kapolres Limapuluh Kota, AKBP Haris Hadis didampingi Kasat Reskrim AKP Anton Luther, dan Kasat Intelkam Polres Limapuluh Kota, AKP Zukri Ilham. 
Penangkapan terhadap YS terbilang cukup rumit, karena pria tersebut kerap berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Namun, berkat kerja sama tim gabungan yang dibackup langsung Tim Polda Sumbar, akhirnya berhasil mengamankan pria tersebut. Ia diamankan usai menghadiri sebuah acara di kawasan Tanjung Pati. 
Ia selanjutnya dibawa ke Mapolres Limapuluh Kota untuk menjalani pemeriksaan. Usai menjalani pemeriksaan di Mapolres Limapuluh Kota, pria berbadan kurus itu langsung dibawa ke Mapolda Sumbar untuk menjalani pemeriksaan lanjutan di bagian Subdit Cyber Kriminal Khusus Polda Sumbar. 
Anton juga menyebutkan, YS yang sudah ditetapkan menjadi tersangka itu dapat diduga melanggar tindak pidana dimana setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki maksud penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.
 "Tindak pidana itu diduga dilakukan oleh pemilik akun Drh Syahrizal dengan memposting muatan penghinaan serta muatan untuk melakukan makar dengan maksud hendak memisahkan suatu daerah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia," katanya. 
EditorDavid Oliver Purba SumberAntaranews.com
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dokter Hewan Asal Sumbar Ditangkap Atas Tuduhan Makar", https://regional.kompas.com/read/2019/06/03/18400191/dokter-hewan-asal-sumbar-ditangkap-atas-tuduhan-makar
Editor : David Oliver Purba
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono memberi keterangan pers di Mapolda Metro Jaya, Selasa (21/5/2019).
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono memberi keterangan pers di Mapolda Metro Jaya, Selasa (21/5/2019).(KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D)


Kamis, 06 Juni 2019

Polisi Tangkap Pria Yang Ingin Bentuk Republik Andalas Raya


Penangkapan (ilustrasi). Foto: Antara/Idhad Zakaria
Akun FB Syah Rizal yang mengajak untuk membuat Republik Andalas Raya. Foto: Facebook. Drh Syahrizal
Tulisan ini berasal dari redaksi kumparan. Sumber: https://kumparan.com/@kumparannews/polisi-tangkap-pria-di-sumbar-yang-ingin-bentuk-republik-andalas-raya-1rCl4ymPy7k?utm_medium=post&utm_source=Facebook&utm_campaign=int&fbclid=IwAR3Np4RqP0vHpvtF6KDwzCdAiu3jgg900e2VGHUBZ6N4HjaDkEITGMAcrHI

Jajaran Polres Limapuluh Kota, Sumatera Barat, menangkap seorang pria bernama Syahrizal (50) yang berprofesi sebagai dokter hewan atas dugaan makar pada Senin (3/6) pukul 02.30 WIB.
“Tim gabungan mengamankan seorang pria berinisial SY sesuai Laporan Polisi Nomor: L/P /A/57/V/2019/SPKT–LPK tanggal 31 Mei 2019," ujar Kasat Reskrim Polres Limapuluh Kota, AKP Anton Luther, di Sarilamak, seperti dilansir Antara, Senin (3/6).
Anton mengatakan, Syahrizal ditangkap di kawasan Jalan Negara Tanjung Pati, Kecamatan Harau. Syahrizal ditangkap karena diduga ingin makar dengan membentuk Republik Andalas Raya. Hal itu terlihat dari akun Facebooknya dengan nama Drh Syahrizal.
Dalam foto Republik Andalas Raya itu juga tertulis kalimat yang berbunyi 'Saya tdk ingin makar tp jika kalian pikir NKRI itu hy hitungan jumlah pemilih di pulau Jawa saya py hak utk bergerak paling terdepan utk mewujudkan ini n jgn kalian anggap ini hy meme meme main mainan saja #kamitelahsedang bergerak'
Selain itu di akun FB tersebut juga tertulis beberapa kalimat yang merongrong dan menuding pemerintah zalim, semena-mena, di mana kalimat tersebut bernada hasutan serta ujaran kebencian.
Anton menambahkan, penangkapan terhadap Syahrizal terbilang cukup rumit. Sebab ia kerap berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Namun berkat kerja sama tim gabungan yang dibantu Polda Sumbar, polisi akhirnya berhasil mengamankan pria tersebut.
Saat ini Syahrizal tengah berada di Mapolres Limapuluh Kota untuk menjalani pemeriksaan. Setelah itu, dia langsung dibawa ke Mapolda Sumbar untuk menjalani pemeriksaan lanjutan di bagian Subdit Cyber Kriminal Khusus Polda Sumbar.
Anton menegaskan dari hasil pemeriksaan, Syahrizal telah ditetapkan sebagai tersangka.
"Tindak pidana itu diduga dilakukan oleh pemilik akun Drh Syahrizal dengan memposting muatan penghinaan serta muatan untuk melakukan makar dengan maksud hendak memisahkan suatu daerah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia," tutupnya.

Minggu, 02 Juni 2019

Kisah-Kasih, "Pipi Merah Merona"... Tersipu Malu ; Flamboyan Telah Pergi

Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono saat menghadiri santap malam sekaligus temu masyarakat Banyumas di Taman Andang Pangrenan, Purwokerto, Jumat (23/11/2018).
Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono saat menghadiri santap malam sekaligus temu masyarakat Banyumas di Taman Andang Pangrenan, Purwokerto, Jumat (23/11/2018). (KOMPAS.com/ IQBAL FAHMI)
JAKARTA, KOMPAS.com – Kesetiaan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono mendampingi istrinya, Kristiani Herawati atau Ani Yudhoyono, melalui masa-masa sulitnya, menimbulkan kekaguman. Sejak Ani Yudhoyono menjalani perawatan di Singapura karena kanker darah yang dideritanya, SBY selalu berada di sisi kekasih hatinya itu. Hingga akhirnya Ani berpulang pada Sabtu (1/6/2019) pukul 11.50 waktu Singapura. 
Kisah kasih keduanya hingga pernikahan berjalan sekitar 40-an tahun menyimpan banyak cerita. Kisah awal pertemuan keduanya pun pernah diceritakan SBY dalam buku berjudul "SBY, Sang Demokrat" terbitan Dharmapena Publishing tahun 2004. 
Baca juga: Duka Mendalam Keluarga Yudhoyono... 
Saat itu, SBY yang duduk di tingkat empat Akabri didapuk sebagai Komandan Divisi Korps Taruna. Ia harus melapor kepada sang Gubernur, Sarwo Edhie Wibowo, yang akan memberikan kata sambutan di Balai Taruna. Tak dinyana, di situ pula SBY pertama kali bertemu Ani, yang ketika itu sedang berlibur di Lembah Tidar. Mata keduanya bertemu pandang. 
Salah satu putri kesayangan Gubernur Akabri itu memang tinggal di Jakarta dan baru kali itu ia ke Magelang, menemui orangtuanya. Jantung SBY tiba-tiba berdegup kencang. Sementara pipi Ani merah merona tersipu malu. Ketua 

Setelah pertemuan tersebut, Ani sungguh tertarik kepada pria ganteng yang memiliki postur tinggi gagah. Apalagi ketika SBY sudah mengenakan pakaian dinas taruna. 
“Kedua, saya melihat dia dewasa sekali,” kenang Ani. 
SBY rupanya juga jatuh hati. Ia ingin mengenal Ani jauh lebih dekat. Sejak saat itu, setiap ada pesiar, SBY selalu menyampatkan diri ke rumah dinas gubernur. 
Foto Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono dan Ani Yudhoyono
Foto Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono dan Ani Yudhoyono(Instagram Ani Yudhoyono) 
SBY mencoba keberuntungan, siapa tahu ada Ani lagi di Magelang. 
“Itu saya kira jalan Tuhan,” kata SBY yang mengenang pertemuan pertamanya dengan Ani.

Sekian lama, hubungan mereka meningkat… 


Sekian lama, hubungan mereka meningkat menjadi berpacaran. Seiring berjalannya waktu, keduanya makin mengenal satu sama lain. 
Ani menemukan kedewasaan yang lebih dari diri SBY. Sebaliknya, SBY menemukan sosok yang sangat perhatian dan penuh kasih sayang terhadap dirinya. Bahkan, dari sekian banyak teman kuliah yang Ani kenal selama ini, ia tidak pernah menemui hal-hal yang ada pada SBY, putra pasangan Soekotjo dan Siti Habibah tersebut. 
Hari berganti bulan, Ani melihat kekasih hatinya itu semakin matang, tidak emosional. Berbicara pun selalu teratur, walaupun cakupan pembicaraannya belum terlampau luas. Ayah SBY terkejut SBY sempat menceritakan hubungan kasihnya itu ke sang ayah. 
Soekotjo yang merupakan pensiunan Komandan Rayon Militer (Danramil) itu terkejut bukan main. Soekotjo menganggap, putra tunggalnya salah memilih teman. Kok berani-beraninya menggoda putri jenderal? Kegelisahan hati itulah yang dirasakan Soekotjo. 
“Apakah tidak jomplang statusmu dengan anak gubernur yang pangkatnya mayor jenderal?” kenang SBY menceritakan kegelisahan sang ayah. 

SBY pun berkali-kali meyakinkan orangtuanya bahwa ia tidak pernah minder atau kecil hati berpacaran dengan anak jenderal. SBY menekankan, ia tidak pernah canggung bergaul dengan siapa saja, termasuk dengan anak jenderal, teman-temannya di Akabri. 
Sang ayah luluh, kegelisahan hatinya perlahan sirna. Soekatjo akhirnya menganggap kekhawatirannya itu terlalu berlebihan. Sebab, rupanya Sarwo Edhie sendiri tidak berperasaan sama seperti dirinya. Pikir Soekotjo, mungkin karena SBY pandai bergaul dan memiliki kepribadian baik sehingga Sarwo Edhie tidak pernah mempersoalkan latar belakang calon menantu yang memiliki ayah dengan pangkat jauh di bawahnya. 

Ani bercerita, sebetulnya yang terlebih dahulu senang dengan SBY adalah sang ibu

“Ibu saya lebih dulu kenal dia, tanpa sepengetahuan saya. Ibu jatuh sayang kepada dia mungkin karena perilakunya yang santun,” ujar Ani. Hubungan jarak jauh hingga menikah Dari hari ke hari, hubungan SBY dan Ani kian dekat. Namun, lantaran saat itu Ani tinggal dan kuliah di Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta, tepatnya tahun 1973, kasih sayang mereka tuangkan di dalam surat menyurat. 
Tidak lama kemudian, mereka berpisah cukup lama karena Ani harus ikut sang ayah yang mendapatkan tugas menjadi Duta Besar RI untuk Korea Selatan.

Agar hubungan SBY dan Ani tetap dekat di hati, walau berjauhan tempat, pada Februari 1974, mereka lebih dahulu bertunangan sebelum Ani berangkat ke Korea Selatan. Hubungan jarak jauh rupanya masih terjadi saat Ani kembali ke Tanah Air. 
Saat itu, giliran SBY yang pergi jauh. SBY sedang menempuh pendidikan lanjutan sebagai Airborne dan Ranger di Amerika Serikat. Namun, tidak lama setelah SBY kembali dari Negeri Paman Sam, keduanya sepakat untuk membina rumah tangga. Tepatnya tanggal 30 Juli 1976, SBY dan Ani melangsungkan pernikahan. 
Uniknya, SBY dan Ani dinikahkan bersama-sama dengan saudara Ani. Pasangan pertama, Erwin Sudjono dengan Wrahasti Cendrawasih (kakak Ani). Pasangan kedua, Hadi Utomo dengan Mastuti Rahayu (adik Ani). Pasangan ketiga, SBY dan Ani sendiri. Baca juga: Pohon Bilalang, Kenangan Ani Yudhoyono untuk Kota Parepare Ketiga menantu Sarwo Edhie itu adalah mantan mantan Taruna Akabri. Erwin angkatan 1975. Saat menikah, pangkatnya Letnan Dua. SBY angkatan 1973. Saat itu berpangkat Letnan Satu. Sementara, Hadi angkatan 1970. Pangkatnya Kapten. Pesta pernikahan berlangsung meriah di ballroom Hotel Indonesia. Mereka menjadi tontonan bule yang menginap di hotel bersejarah itu. Bagaimana tidak, suasana pesta yang meriah itu bak sebuah parade militer. Hanya saja, persoalannya bukan terletak di situ. Namun, atas pertimbangan kepraktisan, pernikahan itu dilangsungkan bersama-sama. Sebab, sebagai seorang pejabat negara, Sarwo Edhie tidak punya waktu jika setiap tahun harus menikahkan putrinya. “Rasanya minta izin ke Presiden untuk setiap tahun pulang mengawinkan anak, tidak enak,” ungkap Ani. “Sementara, kalau yang menikah yang muda lebih dahulu, Bapak tidak mau. Tabu untuk melangkahi,” lanjut dia. Kini, cerita itu tinggal kenangan. Pada Minggu (2/6/2019) pagi ini, jenazah Ani masih disemayamkan di Pendopo Cikeas. Pada Minggu siang, akan dilaksanakan shalat jenazah kemudian dilanjutkan pemakaman di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada pukul 15.00 WIB. Selamat jalan, Ibu Ani...

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Kasih SBY-Ani Yudhoyono: Saat Jantung Berdegup Kencang dan Pipi Merah Tersipu Malu...", https://nasional.kompas.com/read/2019/06/02/08541301/kisah-kasih-sby-ani-yudhoyono-saat-jantung-berdegup-kencang-dan-pipi-merah?page=3
Penulis : Fabian Januarius Kuwado
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary

Ani ;Putri Jenderal Sarwo Edhie, Istri Terkasih SBY 

Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Ani menyanyi di atas panggung saat berlangsung Pelantikan Ketua DPD dan Ketua DPC Partai Demokrat Se-Jateng di Stadion Gemilang Magelang, Selasa (10/4/2018). ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Kristiani Herrawati atau Ani Yudhoyono, istri Presiden ke-6 RI SBY, wafat di Singapura pada 1 Juni 2019 setelah mengidap kanker darah. tirto.id - Kristiani Herrawati atau Ibu Ani Yudhoyono wafat setelah beberapa waktu dirawat di National University Hospital Singapura karena mengidap penyakit kanker darah. 

Ani, putri Letnan Jenderal (Purn.) Sarwo Edhie Wibowo dan istri terkasih Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), meninggal, Sabtu (1/6/2019) pukul 11.50 waktu Singapura pada usia 66 tahun. 

Ani lahir di Yogyakarta tanggal 6 Juli 1952. Ia anak ketiga dari tujuh bersaudara pasangan Sarwo Edhie Wibowo dan Sunarti Sri Hadiyah. Ani sempat tercatat sebagai mahasiswi Jurusan Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta. Namun, ia tidak sempat menamatkan kuliahnya di UKI, hanya sampai tahun ketiga, karena ayahnya harus bertugas ke Korea Selatan sebagai Duta Besar RI pada 1974. Nanti, setelah pulang ke Indonesia, Ani kuliah lagi di Universitas Terbuka dan meraih gelar sarjana ilmu politik. Sebelum berangkat ke Seoul, Sarwo Edhi Wibowo menyarankan kepada putrinya itu untuk bertunangan terlebih dulu dengan Susilo Bambang Yudhoyono. Ternyata, SBY yang saat itu baru saja lulus dari Akabri sudah menghadap Sarwo Edhi untuk melamar Ani. Tanpa sepengetahuan Ani, SBY membawa orangtuanya menemui Sarwo Edhi saat diwisuda di Magelang pada 1973. Sarwo Edhi yang saat itu adalah Gubernur Akabri menerima lamaran SBY, pemuda gagah berparas tampan, berotak cerdas pula sebagai lulusan terbaik Akabri. Ani dan SBY sebelumnya sudah berkenalan dan mulai dekat. Baca juga: Sarwo Edhie, "King Maker" yang Disingkirkan Soeharto Membangun Keluarga Bahagia Ani menerima saran ayahnya untuk bertunangan dengan SBY. Dua sejoli ini akhirnya menikah pada 30 Juli 1976, di sela-sela tugas Sarwo Edhi sebagai Dubes Korea Selatan. Dua tahun setelah keluarga Sarwo Edhi pulang ke tanah air, lahir anak pertama SBY dan Ani. Bayi laki-laki yang lahir di Bandung pada 10 Agustus 1978 itu diberi nama Agus Harimurti Yudhoyono. Tanggal 24 November 1980, masih di Bandung, anak kedua pasangan ini lahir, laki-laki juga, diberi nama Edhie Baskoro Yudhoyono atau yang kini akrab disapa Ibas. 
Selanjutnya, Ani mengikuti perkembangan karier suaminya di militer hingga SBY pensiun dan mulai masuk kabinet setelah Orde Baru runtuh pada 1998, yakni sebagai Menteri Pertambangan dan Energi di era Gus Dur kemudian Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan di masa Megawati Soekarnoputri. 
Ani aktif dalam berbagai kegiatan sosial bersama Dharma Wanita selama suaminya menjadi menteri. Ia juga aktif di Persit Kartika Chandra Kirana (Persatuan Istri Tentara) dan Dharma Pertiwi. Tanggal 9 September 2001, Partai Demokrat didirikan dan diresmikan pada 27 Agustus 2003. Partai baru ini menjadikan SBY sebagai ikon serta mengusungnya sebagai calon presiden di Pemilu 2004. Hasilnya, SBY menang dan menjadi presiden. Ani? Tentu saja duduk sebagai ibu negara. 
Ani menjalankan perannya sebagai istri presiden untuk mendukung program-program pemerintah. Ia bersama dengan para istri menteri di kabinet bentukan suaminya membentuk Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) untuk anak-anak dan kaum perempuan yang kurang mampu. SBY menjabat sebagai presiden selama dua periode hingga 2014. 
Setelah tidak berkuasa lagi, SBY fokus mengurus Partai Demokrat, didampingi Ani yang juga pernah menjadi wakil ketua umum partai berlambang mercy ini. Baca juga: SBY dan Ani: Kisah Anak Danramil yang Menikahi Putri Jenderal Tidak Ingin Jadi Presiden Ani selalu mendukung penuh keputusan suaminya, termasuk ketika putra pertama mereka, Agus Harimurti Yudhoyono, keluar dari kemiliteran demi bertarung di Pilkada DKI Jakarta 2017. Sayangnya, Agus yang berpasangan dengan Sylviana Murni langsung tersingkir di putaran pertama. 
Nama Ani sempat digadang bakal maju sebagai calon presiden (capres) untuk Pilpres 2014, juga menjelang Pilpres 2019. Namun, dalam dua kesempatan itu, SBY dengan tegas membantah dan memastikan istrinya tidak akan maju sebagai capres maupun cawapres. Jauh sebelum isu itu beredar, semasa SBY masih menjabat sebagai orang nomor satu di negeri ini, Ani sudah memastikan bahwa ia tak berambisi menjadi presiden. 
"Bagiku, mendampingi SBY hingga bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik adalah tujuanku dan bila tercapai itu sudah cukup melegakan," tandas Ani dalam buku biografinya bertajuk Kepak Sayap Putri Prajurit (2010) yang ditulis Alberthiene Endah. "Jika SBY sudah tidak jadi Presiden, maka kedudukan paling terhormatku adalah tetap menjadi nyonya SBY, bukan menjadi presiden," lanjut Ani. Baca juga: Jika Politik Silsilah Benar, Semua Presiden Kita Bersaudara Ani dikenal cukup aktif di sosial media, terutama di Instagram. Ia sering mengunggah foto-foto kebersamaan bareng keluarga besarnya, termasuk dengan kedua putra dan menantunya, serta cucu-cucunya. 
Sejak 2 Februari 2019, Ani dirawat secara intensif di Singapura karena mengidap kanker darah. Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan banyak tokoh nasional lainnya telah menjenguk dan mendoakan kesembuhannya. Namun, takdir berkata lain. 
Sabtu, tanggal 1 Juni 2019, mantan ibu negara ini mengembuskan nafas penghabisan. Selamat jalan, Ibu Ani. ------------------------------------------------ 

Artikel ini pertama kali ditayangkan dengan judul "Mengenal Ani Yudhoyono: Anak Jenderal, Istri SBY, Kader Demokrat" pada 14 Februari 2019 atau beberapa hari setelah Ibu Ani mulai dirawat di National University Hospital Singapura. Baca juga artikel terkait ANI YUDHOYONO atau tulisan menarik lainnya Iswara N Raditya (tirto.id - Politik) Penulis: Iswara N Raditya Editor: Mufti Sholih

Baca selengkapnya di Tirto.id dengan judul "Ani Yudhoyono Wafat: Putri Jenderal Sarwo Edhie, Istri Terkasih SBY", https://tirto.id/ani-yudhoyono-wafat-putri-jenderal-sarwo-edhie-istri-terkasih-sby-dgQT