Sejumlah pejabat Palestina mengatakan sedikitnya 16 orang tewas ditembak aparat keamanan Israel dan ratusan lainnya terluka selama aksi unjuk rasa di perbatasan Gaza-Israel.
Ribuan orang Palestina menuju perbatasan Gaza-Israel untuk bergabung dalam unjuk rasa yang disebut 'Pawai Besar Kepulangan' selama enam minggu.
Militer Israel mengatakan pihaknya melepaskan tembakan setelah terjadi kerusuhan di lokasi unjuk rasa.
Pertemuan anggota Dewan Keamanan PBB di New York telah menyerukan penyelidikan atas insiden kekerasan itu.
Ribuan warga Palestina, termasuk kaum perempuan dan anak-anak, menggelar aksi unjuk rasa dan beberapa telah mendirikan setidaknya lima tenda untuk bertahan selama enam pekan.
Aksi yang disebut 'Pawai Besar Kepulangan' berlangsung hingga 15 Mei, hari peringataan Nakba atau bencana, ketika tahun 1948 lalu sekitar 700.000 warga Palestina diusir atau mengungsi akibat perang yang mendorong berdirinya negara Israel.
Dalam aksinya, mereka menuntut agar para pengungsi Palestina diijinkan kembali ke rumah mereka yang saat ini berada di wilayah Israel.
Sementara, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mendesak Dewan Keamanan PBB agar membantu memberikan "perlindungan bagi rakyat kami, Palestina".
"Saya ... meminta tanggung jawab sepenuhnya kepada pemerintah Israel atas wafatnya para martir yang terbunuh hari ini," katanya.
Apa yang terjadi di perbatasan Gaza-Israel?
Militer Israel mengatakan ada sekitar 17.000 orang Palestina di lima lokasi di dekat pagar perbatasan.
Mereka mengatakan telah melarang pergerakan di sepanjang perbatasan Gaza dengan alasan keamanan dan memperingatkan warga Palestina tidak mendekati pagar pengaman.
Walapun sebagian besar pemrotes tinggal di perkemahan, ada beberapa kelompok pemuda yang mengabaikan pihak penyelenggara aksi agar menjauh dari pagar perbatasan yang mendekati wilayah Israel.
Aparat keamanan Israel mengatakan pihaknya "melepaskan tembakan ke arah orang-orang yang melakukan penghasutan" seperti melemparkan bom molotof dan batu ke arah pagar perbatasan.
Juru bicara keamanan Israel mengatakan semua orang yang tewas adalah warga Palestina yang berusaha melanggar atau merusak pagar perbatasan, demikian laporan Jerusalem Post.
Lebih lanjut, otoritas Israel mengatakan telah menargetkan serangan terhadap sejumlah lokasi penting kelompok militan Hamas, dengan mengerahkan tank dan para penembak jitu.
Sejumlah saksi mata mengatakan telah melihat pesawat tak berawak yang digunakan untuk menjatuhkan gas air mata di sejumlah lokasi.
Hamas, kelompok militan yang menguasai Jalur Gaza sejak 2007, tidak mengakui keberadaan negara Israel, namun demikian pada tahun lalu mereka mengatakan siap menerima keberadaan negara Palestina sementara yang terbatas di Gaza dan Tepi Barat.
Menanggapi unjuk rasa pada hari Jumat, pemimpin politik senior Hamas Ismail Haniyeh mengatakan "kami tidak akan merelakan satu inci pun tanah Palestina yang telah dirampas".
Para pejabat kesehatan Palestina mengatakan sedikitnya 400 orang terluka akibat tembakan peluru tajam. Dikatakan salah satu dari mereka yang tewas adalah seorang anak laki-laki berusia 16 tahun.
Apa versi pemerintah Israel?
Militer Israel, yang telah menambahkan jumlah aparat keamanannya di perbatasan, mengatakan telah melarang pergerakan di sepanjang perbatasan Gaza dengan alasan keamanan dan memperingatkan warga Palestina tidak mendekati pagar pengaman.
Israel mengkhawatirkan unjuk rasa itu akan berakibat dengan terjadinya pelanggaran secara massal di perbatasan.
Kementrian Luar Negeri Israel berpendapat bahwa aksi unjuk rasa merupakan 'upaya yang disengaja untuk memprovokasi konfrontasi dengan Israel' dan 'tanggung jawab atas setiap bentrokan semata-mata terletak pada Hamas dan organisasi-organisasi Palestina lain yang berpartisipasi'.
Bagaimana reaksi Dewan Keamanan PBB?
Wakil kepala urusan politik PBB, Taye-Brook Zerihoun mengatakan bahwa situasi di Gaza "kemungkinan memburuk dalam beberapa hari mendatang" dan menyerukan kepada warga sipil, terutama anak-anak, agar tidak menjadi sasaran, demikian laporan kantor berita Reuters.
"Israel harus bertanggungjawab di bawah hukum hak asasi manusia dan kemanusiaan internasional," katanya.
"Kekuatan mematikan seharusnya hanya digunakan sebagai upaya terakhir. Karena itulah, setiap kematian akibat kebijakan itu harus diselidiki pihak berwenang."
Apa yang diprotes warga Palestina?
Warga Palestina mendirikan lima perkemahan di sepanjang perbatasan Gaza-Israel untuk protes, yaitu persisnya dari wilayah Beit Hanoun di utara hingga ke wilayah Rafah di dekat perbatasan Mesir.
Aksi yang disebut 'Pawai Besar Kepulangan' berlangsung hingga 15 Mei, hari peringataan Nakba atau bencana, ketika tahun 1948 lalu sekitar 700.000 warga Palestina diusir atau mengungsi akibat perang yang mendorong berdirinya negara Israel.
Pawai Besar Kepulangan dimulai Jumat 30 Maret, untuk mengenang pembunuhan enam pengunjuk rasa oleh aparat keamanan Israel pada saat protes penyitaan tanah tahun 1976 lalu.
Warga Palestina telah lama menuntut hak mereka untuk dapat kembali, tetapi Israel mengatakan orang-orang Palestina seharusnya menetao di wilayah yang kelak menjadi negara Palestina, yaitu di Gaza dan Tepi Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar