serial:Dimas Kanjeng Taat Pribadi
Dimas Kanjeng Mengaku
Sudah Gandakan Uang Rp 1,7 Triliun
JPNN.com SURABAYA -
Dimas Kanjeng akhirnya buka suara soal keahliannya yang bisa menggandakan uang. Meski tak mengetahui jumlah persisnya uang yang digandakan, namun Dimas Kanjeng mencoba mengingatnya. Di hadapan Anggota Komisi III, Akbar Faisal yang menyambanginya di Mapolda Jatim, Sabtu (1/10),
Dimas Kanjeng memperkirakan jumlahnya mencapai Rp 1,7 triliun. Uang tersebut disimpan sultannya (Dodi Wahyudi) yang berada di Bangil, Pasuruan, Jatim. "Uang itu khusus hasil penggandaan," katanya seperti yang dilansir Jawa Pos (Induk JPNN.com), Minggu (2/10).
Lain lagi uang titipan dari para pengikutnya. Semua uang tersebut diserahkan kepada seorang guru spiritualnya bernama Abah Dofir yang tinggal di kawasan Kemang, Jakarta. Duit itu dikirim tiga bulan sekali dengan menggunakan mobil boks.
Dalam pertemuan tersebut, anggota komisi yang membidangi masalah hukum itu sempat menggali aliran duit Dimas Kanjeng ke sejumlah pejabat. Sayangnya, Dimas Kanjeng menolak membeberkan.
"Sudah saya ikhlaskan semua," ucapnya singkat. (JPG)
Sumber:http://www.jpnn.com/
Jadi Bos Yayasan Dimas Kanjeng, Marwah Daud Diincar Polisi?
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia Komisaris Besar Agus Rianto mengatakan, penyidik Kepolisian masih mendalami dugaan kasus penipuan dengan tersangka Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Menurut dia, polisi akan meminta banyak keterangan dari berbagai pihak terkait kasus ini.
"Semakin banyak yang dimintai keterangan, maka semakin komprehensif,” kata Komisaris Besar Agus saat dihubungi Tempo, Ahad, 2 Oktober 2016. Kala disinggung apa akan memeriksa Marwah Daud Ibrahim, Agus menjawab diplomatis. “Penyidik sedang melihat siapa saja yang diperlukan dan dimintai keterangan."
Agus mengatakan, dirinya belum mendapat informasi detil mengenai rencana kerja para penyidik termasuk siapa saja yang akan diperiksa terkait dugaan penipuan bermodus penggandaan uang ini. “Sementara ini kan baru ada beberapa pelapor yang dirugikan terkait sangkaan itu (penipuan),” kata dia.
Nama Marwah Daud Ibrahim belakangan mencuat dan dikaitkan dengan Dimas Kanjeng karena sikapnya yang membela habis-habisan. Marwah Daud Ibrahim adalah Ketua Yayasan Dimas Kanjeng Pribadi. Politikus Partai Gerindra ini mengaku pernah melihat karomah Dimas yang mampu mengeluarkan duit dari bagian tubuhnya.
PoldaJawa Timur menetapkan Dimas Kanjeng sebagai tersangka kasus penipuan Jumat kemarin. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Timur Komisaris Besar Argo Yuwono mengatakan penyidik telah melakukan gelar perkara dan berdasarkan alat bukti serta keterangan saksi pelapor, Dimas Kanjeng layak ditetapkan tersangka.
Tidak hanya dugaan penipuan, Dimas Kanjeng juga menjadi tersangka kasus pembunuhan dua muridnya, yakni Ismail Hidayah dan Abdul Gani. Dimas Kanjeng diduga menjadi dalang pembunuhan kedua bekas pengikutnya karena dia khawatir muridnya itu akan membuka praktek kebohongannya kepada Kepolisian.
AHMAD FAIZ
"Semakin banyak yang dimintai keterangan, maka semakin komprehensif,” kata Komisaris Besar Agus saat dihubungi Tempo, Ahad, 2 Oktober 2016. Kala disinggung apa akan memeriksa Marwah Daud Ibrahim, Agus menjawab diplomatis. “Penyidik sedang melihat siapa saja yang diperlukan dan dimintai keterangan."
Agus mengatakan, dirinya belum mendapat informasi detil mengenai rencana kerja para penyidik termasuk siapa saja yang akan diperiksa terkait dugaan penipuan bermodus penggandaan uang ini. “Sementara ini kan baru ada beberapa pelapor yang dirugikan terkait sangkaan itu (penipuan),” kata dia.
Nama Marwah Daud Ibrahim belakangan mencuat dan dikaitkan dengan Dimas Kanjeng karena sikapnya yang membela habis-habisan. Marwah Daud Ibrahim adalah Ketua Yayasan Dimas Kanjeng Pribadi. Politikus Partai Gerindra ini mengaku pernah melihat karomah Dimas yang mampu mengeluarkan duit dari bagian tubuhnya.
PoldaJawa Timur menetapkan Dimas Kanjeng sebagai tersangka kasus penipuan Jumat kemarin. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Timur Komisaris Besar Argo Yuwono mengatakan penyidik telah melakukan gelar perkara dan berdasarkan alat bukti serta keterangan saksi pelapor, Dimas Kanjeng layak ditetapkan tersangka.
Tidak hanya dugaan penipuan, Dimas Kanjeng juga menjadi tersangka kasus pembunuhan dua muridnya, yakni Ismail Hidayah dan Abdul Gani. Dimas Kanjeng diduga menjadi dalang pembunuhan kedua bekas pengikutnya karena dia khawatir muridnya itu akan membuka praktek kebohongannya kepada Kepolisian.
AHMAD FAIZ
Kematian Korban Dimas Kanjeng Direka Ulang, Apa Kata Polisi?
TEMPO.CO, Probolinggo - Menjelang rekonstruksi kasus pembunuhan, polisi mensterilkan wilayah Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di perbatasan Desa Wangkal dan Gadingwetan, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Rekonstruksi akan dilakukan Senin, 3 Oktober 2016. Salah satu tempat utama yang akan dijadikan lokasi rekonstruksi adalah rumah induk Taat Pribadi di padepokan. Di lokasi ini diduga menjadi tempat perencanaan pembunuhan.
Selain ruang utama, juga terdapat ruang penyimpanan uang mahar setoran pengikut Taat. Kepolisian Resor Probolinggo membatasi akses menuju lokasi padepokan dengan melarang masyarakat masuk ke areal padepokan.
Hanya pihak yang berkepentingan yang diperbolehkan masuk termasuk wartawan. "Ada dua SSK Brimob dan dua SSK Dalmas serta 130 personil Polres yang akan disiagakan untuk rekonstruksi besok,” kata Kepala Bagian Operasional Kepolisian Resor Probolinggo Komisaris Budi Sulistyanto, Ahad, 2 Oktober 2016.
Selain itu, polisi juga akan menyiagakan kendaraan taktis (rantis). Polisi bakal mengawasi ruang gerak para ‘santri’ atau pengikut Taat yang masih bertahan di barak-barak atau tenda yang dibangun di sekitar areal padepokan.
Areal tempat tinggal mereka berjarak 30 meter dari rumah induk Taat namun dibatasi dengan pagar tembok. Adapun pimpinan mereka, Dimas Kanjeng Taat Pribadi, tersangkut pembunuh dua eks anak buahnya dan penipuan dengan modus penggandaan uang.
Selain Taat, sembilan orang anak buah dan orang suruhannya juga jadi tersangka pembunuhan berencana pada Ismail Hidayah dan Abdul Gani. Kasus pembunuhan dan penipuan tersebut ditangani Kepolisian Daerah Jawa Timur.
ISHOMUDDIN
Rekonstruksi akan dilakukan Senin, 3 Oktober 2016. Salah satu tempat utama yang akan dijadikan lokasi rekonstruksi adalah rumah induk Taat Pribadi di padepokan. Di lokasi ini diduga menjadi tempat perencanaan pembunuhan.
Selain ruang utama, juga terdapat ruang penyimpanan uang mahar setoran pengikut Taat. Kepolisian Resor Probolinggo membatasi akses menuju lokasi padepokan dengan melarang masyarakat masuk ke areal padepokan.
Hanya pihak yang berkepentingan yang diperbolehkan masuk termasuk wartawan. "Ada dua SSK Brimob dan dua SSK Dalmas serta 130 personil Polres yang akan disiagakan untuk rekonstruksi besok,” kata Kepala Bagian Operasional Kepolisian Resor Probolinggo Komisaris Budi Sulistyanto, Ahad, 2 Oktober 2016.
Selain itu, polisi juga akan menyiagakan kendaraan taktis (rantis). Polisi bakal mengawasi ruang gerak para ‘santri’ atau pengikut Taat yang masih bertahan di barak-barak atau tenda yang dibangun di sekitar areal padepokan.
Areal tempat tinggal mereka berjarak 30 meter dari rumah induk Taat namun dibatasi dengan pagar tembok. Adapun pimpinan mereka, Dimas Kanjeng Taat Pribadi, tersangkut pembunuh dua eks anak buahnya dan penipuan dengan modus penggandaan uang.
Selain Taat, sembilan orang anak buah dan orang suruhannya juga jadi tersangka pembunuhan berencana pada Ismail Hidayah dan Abdul Gani. Kasus pembunuhan dan penipuan tersebut ditangani Kepolisian Daerah Jawa Timur.
ISHOMUDDIN
Begini Kisah 2 Koper Uang 'Gaib' di Rumah Marwah Daud
TEMPO.CO, Probolinggo – Bekas pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi mengungkapkan aksi tipu Taat dan anak buahnya memindahkan atau memunculkan uang asli secara gaib untuk meyakinkan Marwah Daud Ibrahim, Ketua Yayasan Pedepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Mohamad Abdul Junaidi, 49 tahun, warga Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, menceritakan aksi tipu tersebut.
Junaidi mendapat cerita dari Ismail Hidayah, salah satu korban pembunuhan yang melibatkan Taat. Sebelum Ismail dibunuh orang-orang suruhan Taat, Ismail bercerita kepada Junaidi yang juga ‘santri’ Taat dan teman dekat Ismail sejak remaja. Ismail merupakan salah satu orang kepercayaan Taat yang tahu banyak dan berperan besar membantu aksi penipuan penggandaan uang.
“Ismail pernah cerita dia bawa uang dua koper ke rumah Bu Marwah seakan-akan uang itu tiba-tiba muncul atau dibawa jin,” kata Junaidi saat melapor ke Kepolisian Resor Probolinggo, Sabtu malam, 1 Oktober 2016.
Junaidi memberi keterangan kepada polisi sejak Sabtu malam sampai Ahad dinihari, 2 Oktober 2016. Junaidi merupakan korban penipuan penggandaan uang dengan jumlah mahar Rp 200 juta. Ia juga menyerahkan sejumlah barang ritual penggandaan uang.
Uang dua koper itu diletakkan di teras rumah Marwah. “Waktu itu Bu Marwah katanya sedang tidur,” ujar Junaidi menirukan ucapan Ismail. Setelah uang ditaruh di teras rumah, Taat yang berkonspirasi dengan Ismail langsung menelepon Marwah memberi tahu jika ada uang yang muncul secara gaib di rumahnya. “Seakan-akan uang ini muncul secara gaib, padahal Ismail yang menaruh di situ,” katanya.
Menurut Junaidi, sesuai pengakuan Ismail, uang dua koper yang dikirim ke rumah Marwah itu uang asli. “Nilainya miliaran,” katanya. Aksi tipu pemindahan uang itu, menurut Junaidi, untuk meyakinkan Marwah sebelum bergabung jadi santri Taat Pribadi. Marwah jadi santri Taat sejak 2011 setelah satu tahun berpikir dan merenung serta menyaksikan aksi Taat menghadirkan uang secara gaib di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Junaidi berani bersumpah atas cerita dari Ismail tersebut. “Saya bawa Al-Quran dan siap disumpah,” katanya.
Soal aksi tipu ‘pemunculan’ uang dua koper itu, Marwah beberapa kali ditelepon untuk dikonfirmasi tak menjawab. Pesan pendek dari Tempo juga tak dibalas. Marwah masih yakin Taat tak bersalah dan memang punya kemampuan memunculkan barang termasuk uang.
“Beliau bisa memindah sesuatu dari satu dimensi ke dimensi lain. Saya awalnya enggak percaya, setelah saya lihat sendiri, saya akhirnya percaya,” kata bekas politikus Partai Golkar yang bergabung dengan Partai Gerindra sejak 2015 sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Koperasi, UMKM, dan Ekonomi Kreatif, Sabtu, 1 Oktober 2016.
ISHOMUDDIN
Junaidi mendapat cerita dari Ismail Hidayah, salah satu korban pembunuhan yang melibatkan Taat. Sebelum Ismail dibunuh orang-orang suruhan Taat, Ismail bercerita kepada Junaidi yang juga ‘santri’ Taat dan teman dekat Ismail sejak remaja. Ismail merupakan salah satu orang kepercayaan Taat yang tahu banyak dan berperan besar membantu aksi penipuan penggandaan uang.
“Ismail pernah cerita dia bawa uang dua koper ke rumah Bu Marwah seakan-akan uang itu tiba-tiba muncul atau dibawa jin,” kata Junaidi saat melapor ke Kepolisian Resor Probolinggo, Sabtu malam, 1 Oktober 2016.
Junaidi memberi keterangan kepada polisi sejak Sabtu malam sampai Ahad dinihari, 2 Oktober 2016. Junaidi merupakan korban penipuan penggandaan uang dengan jumlah mahar Rp 200 juta. Ia juga menyerahkan sejumlah barang ritual penggandaan uang.
Uang dua koper itu diletakkan di teras rumah Marwah. “Waktu itu Bu Marwah katanya sedang tidur,” ujar Junaidi menirukan ucapan Ismail. Setelah uang ditaruh di teras rumah, Taat yang berkonspirasi dengan Ismail langsung menelepon Marwah memberi tahu jika ada uang yang muncul secara gaib di rumahnya. “Seakan-akan uang ini muncul secara gaib, padahal Ismail yang menaruh di situ,” katanya.
Menurut Junaidi, sesuai pengakuan Ismail, uang dua koper yang dikirim ke rumah Marwah itu uang asli. “Nilainya miliaran,” katanya. Aksi tipu pemindahan uang itu, menurut Junaidi, untuk meyakinkan Marwah sebelum bergabung jadi santri Taat Pribadi. Marwah jadi santri Taat sejak 2011 setelah satu tahun berpikir dan merenung serta menyaksikan aksi Taat menghadirkan uang secara gaib di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Junaidi berani bersumpah atas cerita dari Ismail tersebut. “Saya bawa Al-Quran dan siap disumpah,” katanya.
Soal aksi tipu ‘pemunculan’ uang dua koper itu, Marwah beberapa kali ditelepon untuk dikonfirmasi tak menjawab. Pesan pendek dari Tempo juga tak dibalas. Marwah masih yakin Taat tak bersalah dan memang punya kemampuan memunculkan barang termasuk uang.
“Beliau bisa memindah sesuatu dari satu dimensi ke dimensi lain. Saya awalnya enggak percaya, setelah saya lihat sendiri, saya akhirnya percaya,” kata bekas politikus Partai Golkar yang bergabung dengan Partai Gerindra sejak 2015 sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Koperasi, UMKM, dan Ekonomi Kreatif, Sabtu, 1 Oktober 2016.
ISHOMUDDIN
Sumber:https://nasional.tempo.co/read/news/2016/10/02/078808950
Tidak ada komentar:
Posting Komentar