Panca Sila dan Kopia BeKa.
Soekarno di PadangJapang
Foto bersama Soekarno bersama beliau Godang (Mustafa Abdullah/kanan) dan beliau Ketek (Abbas Abdullah /kiri ) |
Disaat Belanda menyerah kalah kepada Jepang tahun 1942 saat Seokarno tengah dibuang oleh Belanda di Bengkulu. Setelah kalah Belanda berencana, hendak membawa Soekarno ke luar negeri. Setelah berlayar dai bengkulu menyusuri pantai Barat pulau Sumatera, kapal Belanda yang hendak lari ke luar negeri mengalami kecelakaan (pecah dihantam Ombak) di pulau Enggano. Akhirnya Soekarno ditinggalkan begitu saja di Padang.
Setelah berjalan kaki menyusuri pantai dari Bengkulu melalui Muko-Muko, dan terus melewati Indrapura dan Painan dipesisir pantai Barat akhirnya samapai di Padang.
“Di Padang Ir.Soekarno dan keluarganya tinggal di rumah dr. Waworuntu, seorang dokter hewan. Dari rumah inilah ia memulai aktivitasnya kembali sebagai seorang pemimpin perjuangan yang telah bebas darikungkungan Belanda.”[1]
Soekarno berkeliling Sumatera Barat mulai dari Padang dan sekitarnya, ia membangkitkan semangat perjuangan mempersiapkanKemerdekaan Indonesia dengan menemui tokoh-tokoh masyarakat dan mengadakanpertemuan dan rapat-rapat. Ia sering ditemani oleh Sutan Usman Karim ( Suska)yang kadang-kadang bertindak sebagai juru bicara dan juga sopir.
Kompleks Perguruan ( surau ) Darul Funun El Abbasyiah Padang Japang |
Soekarno sengaja mengunjungi Sjech Abbas Abdullah ke suraunya di Puncak Bakuang (Maret-April)1942, setelah Bungkarno ditinggalkan Belanda di Padang. Ia malah sempat melakukan pembicaraan dengan Jepang di Padang. Jepang memberikan kelonggaran kepada Soekarno untuk melakukan beberapa persiapan untuk menuju Indonesia Merdeka.
Pada ketika itulah setelah berkeliling sekitar kota Bukittinggi, Ir. Soekarno sengaja mengunjungi Syech Abbas Abdullah, seorang Ulama yang disegani dan terkemuka di Sumatera dan sangat antusias mendukung perjuangan menuju Indonesia Merdeka.Keraguan dan ke-galau-anmasyarakat setelah Belanda kalah dan kekuasaan pemerintahan diambil alih oleh Jepang dicerahkan oleh Soekarno. Demikian pula dengan pemuka masyarakat lainnya,terutama para Ulama yang banyak memiliki massa, teramasuk Syech Abbas Abdullah. Ini dituliskan Ahmad Hoesan dkk dalam bukunya;
"Orang-orang tua ini baik dari kalanganulama, pemimpin adat dan cerdik pandai segara dapat memahami perkembangankeadaan ketika itu, seperti Sjech Mohammad Djamil Djambek di Bukittinggi, SjechDaud Rasjidi di Balingka dan Sjech Abbas di Padang Japang"[2]halaman 98.
Soekarnomenjumpai Syech Abbas di surau pengajiannyadi Puncak Bakuang, Padang Jopang.
Syech Abbas yang akhirnya diangkat sebagai ImamJihad semasa perang merebut kemerdekaan mempunyai pengaruh yaqng besar di tengahmasyarakat; seperti dituliskan Ahmad Hosen dkk ;
Di Padang Japang Machmud Junus menteri Agama PDRI; Mr T.MHassan yang berkantor di surau Syech Abbas Abdullah, Imam Jihad.Sebagai hasil dari pertemuan itu ia diangkat Menteri Agama PDRI sebagaiSekretaris Kementerian pada 1 April 1949.[3]
KOPIAH "Be - Ka" ( Bung Karno )
Ketika saya masih remaja saya sering mendengar orang tua-tua angkatan ayah saya menyebut Peci, penutu kepalanya dengan sebutan BeKa. "Tolong ambilkan Beka saya ! " maksudnya adalah kopiah atau peci penutup kepalanya. Baru setelah dewasa saya mengerti bahwa istilah BeKa itu adalah Akronim dari Bung Karno. Di kalangan masyarakat itu diartikan sebagai simbol mendudkung perjuangan Bung Karno.
Hal ini bermula wkatu kedatangan Ir. Soekarno ke surau Syech Abbas, ia diberikan hadiah sebuah peci baru pengganti "kopiah" Soekarno yang telah lusuh.
"Ini ada yang baru, ganti lah dengan ini " Ucap Abbas.
"Terima kasih banyak ..." balas Soekarno
" Ya... Nanti ini jadi penutup kepala Negara" balas Abbas
" Ya,.. Insyaalah... " jawab Soekarno, sambil menggantikan penutup kepalanya dengan kopiah yang baru.
" Nanti negera yang hendak dibangun itu, adalah negara bertuhankan Allah, ya..." dilanjutkan Abbas
" Ya.. tentu negara kita berlandaskan kepada Tuhan " jawab Soekarno.
Negara tu harus bertuhan yooo" ;Negarayang hendak didirikan itu harus ber tuhan Allah (Pancasila);
Kopiah memang selalu melekat di kepala Soekarno untuk menutupi kepalanya yang "botak". Demikian pula dengan H. Agus Salim dan Mohmmad Yamin. Sekarang ditetapkan sebagai pakaian Resmi Nasional.
Patut diduga bahwa Kopiah dan Sila Pertama Pancasila, Soekarno termotivasi dan mendapat inspirasi dari pertemuannya dengan Syech Abbas.
Soekarno jugamemberi nama Soekarti kepada adik kanduang Suar Paradeh (Perdas; PersatuanDagang Suliki ) yang didirikan Sjarkawi Rasoel Dt. Ajo Marajo (Ayah SuarParadeh ).
SMP-SMP Darurat semasa PDRI yang diatur Mahmud Junus;berjumlah 24 buah, salah satu diantaranya ditempatkan di sekolah Darul Funun ElAbbasyiah ; nomor urut 12
“12. SMP Darurat di Padang Japang, dikepalai oleh Sjahbuddin”[4]
“Dalam bulan Juni 1949 Mayor Thalib diangkat menjadi Komandan Pertempuran Kabupaten Lima Puluh Kota menggantikan Kapten Syafei dengan LetnanNurmatias sebagai Kepala Staf.
Sejak Mayor Thalib menjabat Komandan Pertempuran Kabupaten Lima Puluh Kota yang berkedudukan di Ampang Godang TujuhKoto, Sektor Singa Harau mendapat tugas mendetasir satu seksi dari Kompi Nazardi Front Payakumbuh Utara”[5]
“Beberapa jam sebelum berlakunya Cease fire, yaitu tanggal14 Agustus 1949 jam 24.00 Letnan-I Azhari Abbas mendapat perintah dari Komandan pertempuran Mayor Thalib untuk merebut Pos musuh yang di Tiakar Guguk. ( rumah Leon Salim , Chaniago baruah, Nagari Tiakar ).
Serangan dilancarkan dari jam 19.00, tetapi pada sekitar jam 23.00 "dihentikan";serangan itu tidak berhasil, bahkan seorang prajurit kita mendapat luka par ah”[6]
[1]Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI Di Minangkabau/Riau 1945-1950;I halaman 45
[2]Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI Di Minangkabau/Riau 1945-1950;I halaman 98
[3]. [3]. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI Di Minangkabau/Riau 1945-1950;II, halaman435.
[4]. [4]. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI Di Minangkabau/Riau 1945-1950;II, halaman437
[5].4. SejarahPerjuangan Kemerdekaan RI Di Minangkabau/Riau 1945-1950;II; halaman 519
[6]. 4. SejarahPerjuangan Kemerdekaan RI Di Minangkabau/Riau 1945-1950;II; halaman 519
Menanti si God-dod 05.Matahari Lahir Dan Bathin
1. Matahari
2. Pemberita (Nabi dan Ulama/Pendeta)
3. Wartawan (penulis berita dan kolumnist)
Matahari dengan Cahaya membagi energi dan memancar terang atas kegelapan.
Pemberita melalui Jibril yang membawa kata dan kalam "illahi", (wahyu) menyerahkannya kepada para nabi untuk dibagi kepada ummat manusia agar kegelapan rohaninya hilang. Para sahabat Nabi, Tabikl dan Tabiin- nya membagi berita , membagi kesadaran dan aturan hidup yang bahagia. Terus kepada Guru dan atau Ustazd.
Pemberita yang bernama Wartawan; yang diambil adalah "kebenaran" fakta-fakta suci, dari peristiwa yang terjadi ditampilakan se-"utuh" untuk khalayak.
Ya itulah dia bung.
Pemberita (pembawa Matahari Yang Membuat Alam Pikiran Manusia jadi terang Benderang). Jurnalis, bukan pembuat fakta, putar balik, menghasut dan memfitnah, menghujat dan mencaci maki. Membuat kegaduhan.
Sejak Indonesia Raya ditutup Soekarno, Muchtar Lubis, Pemimpin Redaksi “Indonesia Raya” tidak mengikatkan diri dengan atau “tidak diterima” koran dan radio lainnya, lantaran hambatan politis. Namun ia tetap diperlakukan sebagai wartawan. Demikian pula Rosihan Anwar, sejak “Abadi” dibredel pemerintahan Orla. Ya itulah wartawan senior.
Satu dua tulisan dan foto .....disiarkan koran, majalah, tv dan radio, belum tentu orangnya bisa disebut Jurnalist wartawan. Berpuluh tahun ia bekerja di mas media massa, ia hanya tetap sebagai kuli atau buruh.
Tak kunjuung jadi Wartawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar