Kamis, 12 Juli 2018

Zohri Mencatat Sejarah Baru Indonesia.

Zohri berasal dari keluarga sederhana. 
"Saya merinding melihat perjuangan Zohri. 
Dia seorang yatim. Dari keluarga tidak mampu. 
Tapi berhasil mencatatkan sejarah baru bagi Indonesia,"

Pelari Indonesia Lalu Muhammad Zohri melakukan selebrasi seusai menang dalam perlombaan Atletik IAAF World U20 Championships cabang lari 100 meter di Tampere, Finlandia, Kamis (11/7). Lehtikuva/Kalle Parkkinen via REUTERS
Pelari Indonesia Lalu Muhammad Zohri melakukan selebrasi seusai menang dalam perlombaan Atletik IAAF World U20 Championships cabang lari 100 meter di Tampere, Finlandia, Kamis (11/7). Lehtikuva/Kalle Parkkinen via REUTERS
Foto: REUTERS

Lombok Utara, NTB (ANTARA News) - Komandan Korem 162/Wira Bhakti, Kolonel Czi Ahmad Ramdhani, mengatakan, TNI AD akan memberikan peluang dan prioritas kepada Lalu Muhammad Zohri, sang peraih medali emas lomba lari 100 meter U20 di Tampere, Finlandia.

Komandan Korem 162/WB beri prioritas Zohri jadi tentara
Komandan Korem 162/Wira Bhakti, Kolonel Czi Ahmad Ramdhani (kiri) berbincang bersama Baiq Fazilah (tengah) kakak kandung Lalu Muhammad Zohri, peraih medali emas lari 100 meter Kejuaraan Dunia Atletik U-20, di Tampere, Finlandia, di rumah orangtua mereka, di dusun Karang Pangsor,Kecamatan Pemenang, Tanjung, Lombok Utara, NTB, Kamis (12/7/2018).
 (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)
"TNI AD akan memberikan peluang dan perioritas kepada Zohri setelah lulus SMA melalui jalur khusus sebagai Bintara TNI AD," kata Ramdhani, saat berkunjung ke rumah Zohri, di Dusun Karang Pengsor, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Kamis.Zohri, sang peraih medali emas dunia itu akan kembali ke Lombok pada tanggal 16 Juli 2018.Saat berkunjung ke rumah Zohri, Ramdhani diterima langsung kakak kandungnya, Baiq Fazilah dan Lalu Mahrif.Selain memberikan peluang dan prioritas kepada Zohri sebagai bintara TNI AD, pihak TNI AD juga akan merenovasi rumah yang ditempati Zohri. Hal ini karena prestasi luar biasa Zohri. "Sesuai petunjuk dari pimpinan, mulai besok kami akan melakukan perehaban rumah yang dilakukan prajurit TNI dengan masyarakat agar layak huni," ujarnya."Kami dari TNI AD akan fokus untuk merehabilitasi rumah milik orangtua Zohri," katanya.Pada kesempatan yang sama, Ramdhani juga mengungkapkan kepada keluarga Zohri bahwa dia siap sebagai orangtua angkat Zohri.Sementara, Fazilah mengucapkan terimakasih atas kehadiran dan tawaran Ramdhani, juga untuk penawaran terhadap Zohri sebagai anggota TNI AD.Editor: Ade P MarboenCOPYRIGHT © ANTARA 2018
Baiq Fazilah memamerkan sejumlah medali yang diraih adiknya, Lalu Muhammad Zohri.


Baiq Fazilah memamerkan sejumlah medali yang diraih adiknya, Lalu Muhammad Zohri.

Foto: Republika/Muhammad Nursyams
 
Rumah Lalu Muhammad Zohri di Dusun Karang Pangsor, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, NTB.
Rumah Lalu Muhammad Zohri di Dusun Karang Pangsor, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, NTB.
Foto: Republika/Muhammad Nursyams
Pewarta: 

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Rumah Lalu Muhammad Zohri di Dusun Karang Pangsor, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, NTB, mendadak ramai didatangi warga sekitar pada Kamis (12/7).
Keberhasilan Zohri menjadi juara dalam ajang Kejuaraan Dunia Atletik U-20 yang berlangsung di Tampere, Finlandia, membuat heboh masyarakat sekitar. Terlebih dengan pemberitaan yang cukup masif di berbagai media. Zohri Kerap Latihan Lari di Pantai tanpa Alas Kaki
Tetangga Zohri, Herman Heri (52) mengaku bangga atas pencapaian yang ditorehkan Zohri.
"Kita bangga sekali sebagai warga di sini, sangat, sangat bangga sekali dengan prestasi putra Lombok Utara ini," ujar Herman kepada Republika.co.id di rumah Zohri, Lombok Utara, NTB, Kamis (12/7).
Herman mengaku sudah melihat potensi Zohri sejak lama. Meski tinggal di rumah yang terkesan cukup miris, Herman menilai, Zohri tidak pernah mengeluh dengan keterbatasannya.
"Anaknya biasa-biasa aja, gak neko-neko," lanjutnya.
Yang menarik, kata Herman, Zohri mampu mengubah keterbatasannya dengan segudang prestasi apik. Ia menyebutkan, Zohri acapkali berlatih dengan memanfaatkan kondisi alam yang ada di sekitar rumahnya. Rumah Zohri berada di sekitar area penyeberangan Bangsal menuju kawasan tiga gili.
"Latihannya kadang di lapangan, seringnya di pantai enggak pakai sepatu," katanya.

Kamis 12 July 2018 18:49 WIB  
Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Hazliansyah
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi menjanjikan bonus bagi atlet muda Indonesia, Lalu Muhammad Zohri yang berhasil menyabet emas di ajang Kejuaraan Atletik Dunia U-20 di Finlandia. 
Meski belum tentu dalam bentuk uang, namun bonus kepada pelari asal Lombok tersebut dipastikan dalam bentuk beasiswa dan santunan.
"Kami (Kemenpora) akan memberikan beasiswa. Bahkan saya pribadi, akan berusaha untuk memperbaiki rumahnya," kata Imam saat dijumpai di sela kunjungan ke pusat pelatihan nasional pencak silat di Jakarta, Kamis (12/7).
Imam mengatakan, Zohri merupakan tanggungjawab pemerintah. Selama ini pelari U-20 itu bersekolah di Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dibiayai oleh Kemenpora.
Imam menerangkan, Zohri berasal dari keluarga sederhana. "Saya merinding melihat perjuangan Zohri. Dia seorang yatim. Dari keluarga tidak mampu. Tapi berhasil mencatatkan sejarah baru bagi Indonesia," sambung Imam.
Karena itu, Imam mengatakan, kewajiban pemerintah untuk tetap menjamin perkembangan karier Zohri di bidang atletik.
Zohri finis tercepat di nomor 100 meter putra dengan waktu 10,18 detik saat mengikuti Kejuaran Atletik Dunia U-20 di Finlandia, Rabu (11/7). Zohri mengalahkan dua pelari terbaik Amerika Serikat (AS) Anthony Scwartz dan Eric Harisson yang finis dengan waktu 10,22 detik.
Catatan waktu tersebut membuat Zohri berada di podium utama dunia dan berhak dengan medali emas. Gelar juara dunia pun menjadi miliknya. Gelar tertinggi atletik Indonesia yang tak sekalipun pernah tercapai.

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK UTARA -- Rasa syukur tak putus-putus diucapkan Baiq Fazilah (29) dan Lalu Marib (28). Keduanya adalah kakak dari Lalu Muhammad Zohri (18), pelari tercepat pada nomor sprint 100 meter putra di ajang Kejuaraan Dunia Atletik U-20 Finlandia.

Ketiga kakak beradik ini adalah anak dari Lalu Ahmad Yani (Almarhum) yang meninggal pada tahun lalu, dan Saeriah (Almarhumah) yang sudah meninggal sekitar 2015.

Keluarga ini hidup dalam keterbatasan ekonomi. Rumahnya terlihat seperti gubuk yang tidak terawat dan begitu memprihatinkan. Kondisi ini yang membuat Fazilah, Marib, dan Zohri berjuang untuk menghidupi diri.
Fazilah dan Marib bekerja di Gili Trawangan, sebagaimana kebanyakan warga di Dusun Karang Pangsor, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB). Hal ini cukup wajar mengingat lokasi dusun ini berada tepat di jalur pintu masuk Pelabuhan Bangsa yang menjadi pelabuhan penyeberangan utama menuju kawasan tiga gili: Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno.
Lalu Marib mengaku sangat bersyukur atas keberhasilan adiknya. Namun begitu, ia tidak menyangka sambutan yang datang begitu luar biasa. Sejak tersiar kabar kemenangan Zohri, rumahnya memang tak henti-henti didatangi tamu, baik pejabat, media, hingga masyarakat sekitar.
"Kita tidak menyangka disambut kaya begini," ujar Marib kepada Republika.co.id di rumahnya, Dusun Karang Pangsor, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, NTB, Kamis (12/7) malam.
Marib mengaku sedang berada di Gili Trawangan bersama sang kakak, Fazilah, saat adiknya menang di Finlandia. Kemudian, tetangganya memberitahu bahwa banyak media datang ingin mewawancarai dia dan kakaknya.
"Soalnya tadi kita lagi di Gili, ada yang telepon suruh balik, katanya ada yang mau wawancara, makanya saya dan kakak langsung buru-buru pulang," kata dia.
Kata Marib, ia dan kakaknya memang lebih banyak tinggal di Gili Trawangan. Biasanya, ia pulang ke rumah seminggu sekali. Marib berharap, Zohri bisa terus berprestasi di masa-masa mendatang.
Mengenai maraknya bantuan yang datang dan sejumlah tawaran kepada Zohri, ia menyerahkan sepenuhnya kepada Zohri.
"Ya pesan saya Zohri tetap semangat saja, soal bantuan dan lain-lain terserah Zohri saja," ungkap Marib.
Keluarga Zohri tak Sangka dengan Sambutan yang Luar Biasa  Kamis 12 July 2018 23:46 WIB
Sprinter Indonesia, Lalu Muhammad Zohri
Lalu Mohammad Zohri (18 tahun) meraih medali emas untuk nomor lari 100 meter pada Kejuaraan Dunia Atletik U-20 yang berlangsung di Finlandia, Rabu (11/7) lalu Sprinter Indonesia, Lalu Muhammad Zohri; Foto: Google/Galamedia
Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Hazliansya

     

Asosiasi Atletik Polandia: Pinjamkan Bendera ke Zohri

Lalu Mohammad Zohri (18 tahun) meraih medali emas untuk nomor lari 100 meter pada Kejuaraan Dunia Atletik U-20 yang berlangsung di Finlandia, Rabu (11/7) lalu.
Namun, kabar gembira itu sempat diwarnai insiden yang kurang menyenangkan. Sang juara terpaksa menggunakan bendera Polandia saat selebrasi di depan kamera. Sebab, dia tidak mendapatkan bendera Indonesia sesaat setelah lomba usai.
Fakta ini diungkap pihak Polski Związek Lekkiej Atletyki  (PZLA), Asosiasi Atletik Polandia. Melalui akun Twitter resminya tertanggal 11 Juli 2018, PZLA menampilkan foto Mohammad Zohri menjelang selebrasi. Atlet yang lahir di Lombok, NTB, itu tampak sedang menyelimuti punggungnya dengan bendera berwarna merah dan putih. 
Zohri bersama bendera merah putih
Zohri bersama bendera merah putih
Foto: Twitter
Sementara, di belakangnya seorang pria dan seorang perempuan yang, melihat pada warna kulitnya, patut diduga bukan orang Indonesia.
Foto tersebut disertai keterangan dalam bahasa Polandia, yang artinya: “Ya—bendera ini, yang kalian dapat lihat melalui gambar tersebut adalah bendera Putih-Merah milik Polandia. Tim kami meminjamkannya (kepada Mohammad Zohri –Red), tetapi para jurnalis menolak menerjemahkannya ke dalam (bahasa) Indonesia @#IAAFW.”
Sebelumnya, duta besar RI untuk Finlandia, Wiwiek Setyawati Firman telah menyampaikan klarifikasi terkait insiden tersebut.
Pihak KBRI Finlandia menanggapi pelbagai keberatan yang diungkapkan warganet tentang tayangan Mohammad Zohri yang mondar-mandir di depan tribun penonton untuk mencari bendera Indonesia.
Menurut Wiwiek, hanya wartawan televisi yang punya akses di garis finis ketika kejuaraan itu berlangsung. Dia lantas mencontohkan awak media Negeri Paman Sam yang dinilainya sigap meliput.
“Media Amerika Serikat sangat banyak dan mereka siap meliput di garis finis. Mereka juga membawa bendera mereka karena yakin atlet AS selalu menang pada lari 100 meter,” kata Wiwiek Setyawati Firman dalam keterangannya, Jumat (13/7).
Dia mengklaim, media asal Indonesia tidak ada dalam ajang kejuaraan tersebut. Adapun para pelatih Indonesia yang duduk di tribun penonton, lanjutnya, tidak diperbolehkan masuk ke lintasan lari.
“Hanya superman-lah yang bisa meloncati pagar masuk ke lintasan untuk memberikan bendera di garis finis dengan cepat dalam tempo yang sama dengan wartawan AS yang sedari awal memang sudah siap siaga di garis finis," demikian siaran pers KBRI Finlandia itu.


Pejabat sejak awal mengacuhkan nasib Zohri yang hidup kesulitan di NTB

Bob Hasan, dan Pahlawan Kesiangan

Senin 16 Juli 2018 05:00 WIB

Red: Sammy Abdullah

photo
Bob Hasan


photo
Rumah Zohri di Dusun Karang Pangsor, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Abdullah Sammy*
Mendadak kini banyak pejabat peduli akan cabang atletik. Refleks kepedulian itu timbul ketika seorang Lalu Muhammad Zohri mencetak prestasi fenomenal dengan menjuarai lari 100 meter dalam kejuaraan dunia atletik U-20 di Finlandia, pekan lalu.
Pejabat, gubernur daerah asalnya, hingga pembesar di negeri ini pun berlomba-lomba tampil ke media untuk unjuk kepeduliannya pada pemuda asal NTB ini. Kepedulian yang memang patut disyukuri, tapi juga wajib dikritisi. Sebelum berbicara lebih spesifik tentang Zohri, saya ingin membahas secara umum seputar cabang atletik di Indonesia.
Rasanya, orang yang berkecimpung di dunia olahraga tahu bahwa berbicara dunia atletik nasional, kita wajib berbicara pula tentang pengusaha bernama Muhammad Bob Hasan. Ya, pengusaha yang bekecimpung di bidang kayu itu merupakan Ketua Umum Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) sepanjang masa. Kok bisa? Sebab Bob bukan baru setahun, lima tahun atau 10 tahun membina atletik, melainkan telah empat dasawarsa!
Pada tahun 2016, saya sempat ngobrol panjang lebar dengan Bob Hasan tentang manis dan pahitnya membina atletik. Bob barangkali menjadi anomali tersendiri di tengah banyaknya pejabat dan pengusaha yang hanya menjadikan olahraga sebagai batu loncatan kepentingan pribadinya.
Jika banyak pejabat yang mendadak peduli olahraga jelang pemilu, atau pengusaha yang menjadi pengurus olahraga demi publikasi, maka Bob berbeda. Sepanjang 40-an tahun menjadi ketua umum PASI, Bob selalu konsisten menjalankan tugasnya membina olahraga meski sepi akan publikasi.
Mantan menteri kehutanan era Orde Baru ini bekerja di tengah sepi. Dia tetap konsisten membina atletik di tengah ketidakpedulian publik, pejabat, atau media. Media lebih getol memberitakan olahraga lain yang lebih banyak dibaca. Atau pejabat lebih sering nimbrung di bulu tangkis karena cabang itu menjadi alat pencitraan mujarab lewat prestasi mendunia.
Publik pun tampak lebih memilih peduli pada sepak bola yang sudah berpuluh tahun gagal juara di level Asia Tenggara, apalagi dunia. Dengan segala kenyataan itu, Bob sempat menkritisi saya selaku awak media.
"Elu sih nulis terus tentang bola. Kalau atletik boro-boro. Ada (berita atletik) juga beritanya kecil," kata Bob kepada saya dalam perbincangan 2016 silam.
Harus diakui, kritik Bob itu benar adanya. Bob lantas menjelaskan, bahwa di tengah ketidakpedulian publik, dia tetap bekerja dalam membangkitkan prestasi atletik yang nyaris tak pernah bersuara di level dunia. Dari 260 juta rakyat Indonesia, hanya seorang Bob Hasan yang selama berpuluh tahun mengeluarkan dana dari kocek pribadinya demi membina atletik.
Setiap tahun, Bob minimal keluar uang Rp 10 miliar. Tidak hanya keluar uang, Bob juga membangun sistem untuk membina atlet muda. Dia rutin mengadakan pencarian bakat ke berbagai pelosok dan Pusat Pendidikan Latihan dan Pelajar (PPLP) seluruh nusantara.
Jika ditemukan bakat potensial, PASI akan memboyong atlet tersebut untuk dibina di pelantas di Jakarta. Di Jakarta, atlet muda potensial akan dilatih oleh pelatih kelas dunia asal Amerika Serikat, Hary Mara. Gaji tinggi Mara semua ditanggung sendiri dari kocek pribadi Bob Hasan.
Mara tak hanya melatih soal teknis, tapi juga menggemleng karakter atlet atletik nasional untuk memiliki mental dan sikap layaknya atlet dunia. Bagi Bob karakter dan kedisiplinan sangat penting. Sebab juara tak hanya lahir dari skill di lintasan tapi juga sikap di luar lapangan.
Karena itu PASI bersama Hary Mara menerapkan sejumlah aturan ketat. Mulai dari makanan, jam tidur, hingga waktu berlatih. Hebatnya, Bob memantau seluruh atlet muda dan senior yang dia bina. Saya menyaksikan sendiri bagaimana Bob yang sudah berusia 80 tahun hafal satu per satu nama atlet muda.
Dalam sebuah acara ramah tamah dengan seluruh atlet binaan PASI pada 2016 silam, beberapa atlet pun melapor kepada Bob mengenai catatan waktu atau standar terbaik mereka yang dicetak selama latihan. Relasi mereka seperti anak dan orang tua.
"Kalau lu udah di bawah 11 (detik) baru dateng ke gua," kata Bob kepada salah satu atletik junior yang melapor langsung kepadanya soal catatan waktu terbaiknya. Hal yang sama berlaku pada Zohri.
Zohri adalah talenta yang dibina langsung oleh Bob Hasan. Zohri ditemukan tim pencari bakat PASI di PPLP pada November 2017. Kemudian dia diuji oleh PASI di kejuaraan nasional tahun ini.
Ujian itu mampu dituntaskan Zohri yang tampil sebagai pelari tercepat. Dari situ, PASI terus membina Zohri yang dalam prosesnya dibina itu, harus ditinggal ayah dan ibunya. Hidup sebatang kara, Zohri tak punya bekal finansial yang cukup untuk bisa sekadar membeli sepatu.
Tapi segala kebutuhan itu mampu disediakan Bob. Bahkan lewat kocek pribadinya, Bob memberangkatkan Zohri untuk tampil di Finlandia hingga akhirnya menjadi juara dunia. Setelah Zohri berprestasi di level dunia, barulah mendadak muncul para pejabat yang angkat suara di media. Semua datang dengan uluran tangan dan apresiasi pada Zohri.
Ya, semua itu tetap harus disyukuri. Tapi pertanyaannya, di manakah mereka saat Zohri butuh biaya untuk berangkat ke Finladia? Mengapa mereka baru muncul se-siang ini?
Bukankah prestasi di olahraga hanya sebuah proses akhir dari sebuah pembinaan panjang. Ibrat proses penanaman, tanah diberi bibit tanaman, pupuk, hingga disiram terus menerus hingga akhirnya tumbuh dan berbuah. Jadi tak heran jika prestasi olahraga Indonesia terus menurun. Sebab mayoritas pejabatnya baru peduli jika atlet berprestasi.
Logikanya bagaimana mau berprestasi jika pembinaannya diabaikan begitu saja. Bagaimana mau berbuah jika bibitnya saja tak disiram dan dipupuk? Mengapa pejabat tak juga memberi dana hibah dan ragam kepedulian lain pada atlet junior yang kini sedang berlatih keras untuk menjadi Zohri-Zohri selanjutnya?
Zohri kini sedang di puncak. Dipuja, diundang pejabat, maupun diberi ragam hadiah. Tapi bagaimana kelak jika dia kalah atau menua? Apakah dia akan mendapat perhatian yang sama? Zohri patut cemas jika merujuk pada nasib atlet Indonesia pada umumnya. Diacuhkan saat masih belia, dipuja saat juara, dan ditelantarkan saat sudah tua.
Di saat jaya, atlet seperti Zohri mungkin tak akan kekurangan apapun. Tapi saat masa itu telah lewat, dia akan kembali jadi piatu.
Beruntung, cabang atletik punya Bob Hasan yang tak lelah berkorban perhatian, uang, dan tenaga meski cabang atletik butuh proses panjang dalam melahirkan prestasi level dunia.
Sejak Bob membina atletik pada 1976, baru 2018 ini dia bisa melahirkan juara dunia. Uniknya, Bob Hasan selalu marah jika tiba-tiba mendapat pertanyaan wartawan soal target prestasi di sebuah event.
"Jangan ngomoong soal berapa emas Asian Games, tanya dulu soal pembinaan atletnya. Prestasi ototamis ada kalau pembinaan dan sistemnya jelas!" ujar Bob saat ditanya soal target di Asian Games 2018.
Soal Zohri yang kini mengundang sanjung puji, komentar Bob pun cukup bijak. Dia meminta agar sang atlet muda tak terlalu disorot berlebihan. Sebab sorotan dan sanjung puji yang tak proporsional bagi atlet muda malah bisa merusak.
Bob sadar prestasi Zohri baru awal. Dan catatan waktunya pun perlu terus ditingkatkan. Karena itu Zohri tak butuh atensi sesaat kala menang, namun perhatian jika kelak dia sedang kalah.
Apapun itu, segala proses pembinaan di cabang atletik memang tetap mesti mendapat apresiasi tinggi. Saya pribadi mesti angkat topi akan perjuangan dan dedikasi seorang Bob Hasan. Sebab faktanya prestasi Zohri ini adalah hasil perjuangan panjang Bob Hasan, bukan para pahlawan kesiangan!

Zohri, Bob Hasan, dan Pahlawan Kesiangan Senin 16 Juli 2018 05:00 WIB Red: Sammy Abdullah  *Penulis adalah jurnalis Republika

Jakarta Memang Potensial Jadi Loncatan ke RI 1

Jumat 13 July 2018 00:48 WIB
Rep: Ali Mansur/ Red: Ratna Puspita
Presiden Joko Widodo (kanan) menyerahkan penghargaan Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) Award kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ketika menerima pengguna manfaat kartu tersebut di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/5).
Presiden Joko Widodo (kanan) menyerahkan penghargaan Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) Award kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ketika menerima pengguna manfaat kartu tersebut di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/5).
Foto: Antara/Wahyu Putro A

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Populi Center Usep S Ahyar mengatakan Jakarta memang memiliki kekhususan tersendiri sehingga menjadi batu loncatan yang baik atau strategis untuk kepemimpinan nasional. Jakarta lebih berpotensial sebagai batu loncatan menuju RI 1 atau presiden Indonesia. 

“Ada yang bilang gubernur Jakarta itu, ya, gubernur Indonesia,” kata Usep, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (12/7).
Ada banyak alasan Jakarta sangat potensial sebagai batu loncatan ke kepemimpinan nasional. Pertama, Jakarta merupakan Ibu Kota Indonesia sehingga gubernur DKI akan memiliki kewenangan lebih besar dibandingkan provinsi lain. Sebagai contoh, gubernur Jakarta bisa memilih langsung wali kota atau bupati di wilayahnya. 
Alasan kedua, ia mengatakan, Jakarta merupakan cermin Indonesia dalam hal kompleksitas kultur, sosial politik, dan berbagai persoalan. Permasalahan itu seperti kemiskinan, kriminal, dan pengangguran. 
Dalam hal kompleksitas kultur, DKI seperti miniatur Indonesia di mana seluruh suku ada di Ibu Kota. DKI merupakan wilayah yang tidak homogen, tetapi heterogen. “Artinya, dia harus teruji juga harus menjadi pemimpin yang multikulturalisme," kata dia.  
Alasan ketiga, mayoritas media besar berada di Jakarta sehingga kegiatan gubernur DKI Jakarta selalu mendapat porsi untuk dipublikasikan. Bahkan, Usep mengatakan, ada pendapat bahwa gubernur DKI Jakarta merupakan pejabat setingkat menteri dan diatur oleh presiden tanpa lewat pemilihan. 
Karena itu, jika sudah berhasil di Jakarta maka dapat dikatakan layak untuk memimpin Indonesia. "Ketika telah memilih Jakarta itu pasti punya potensi besar untuk maju ke nasional,” ujar Usep. 
Namun, ia mengatakan, menjadikan Jakarta sebagai batu loncatan untuk kepemimpinan nasional bukanlah tradisi yang baik. “Negatifnya memang kepemimpinan di Jakarta menjadi tidak stabil atau tidak pasti," ujar dia. 
Saat ini, Anies Baswedan sudah diproyeksikan untuk maju pada pemilihan presiden (Pilpres) 2019, meski baru satu tahun menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Usulan ini mengundang polemik karena sebelumnya Joko Widodo juga tidak tuntas menyelesaikan amanah sebagai gubernur DKI Jakarta. 
Jokowi yang terpilih sebagai gubernur DKI periode 2012-2017 memilih maju sebagai calon presiden (capres) pada Pilpres 2014. Jika Anies maju maka jabatan gubernur DKI Jakarta hanya sekadar batu loncatan. 

Calon Pendamping Prabowo 

Pada Pilpres 2019



Ini Dia 6 Calon Pendamping Prabowo pada Pilpres 2019 - JPNN.COM
jpnn.comJAKARTA - Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Riza Patria mengatakan, pihaknya masih menggodok nama-nama yang bakal menjadi pendamping Prabowo Subianto pada Pilpres 2019.
Nama-nama itu dari berbagai kalangan, mulai partai politik (parpol) hingga pengusaha.
Riza menjelaskan, dari sembilan tokoh yang diusulkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kini hanya mengerucut dua nama.
Mereka adalah Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ahmad Heryawan alias Aher dan Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf Al Jufri. 
Sementara itu, figur dari Partai Amanat Nasional (PAN) hanya tinggal satu, yakni Zulkifli Hasan selaku ketua umum.
Hal yang sama juga terjadi di Partai Demokrat. Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Madji hampir pasti tidak akan dipilih.
“Saya kira tinggal satu, yaitu AHY (Agus Harimurti Yudhoyono),”  kata Riza, Kamis (12/7).
Sementara itu, figur dari luar parpol adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan mantan Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung (CT)
Kamis, 12 Juli 2018 – 21:03 WIB

Gerindra-Demokrat Berkoalisi, Peluang Anies Tertutup

Kamis, 12 Juli 2018 – 23:17 WIB
Gerindra-Demokrat Berkoalisi, Peluang Anies Tertutup - JPNN.COM
Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi 
jpnn.comJAKARTA - Maju tidaknya Anies Baswedan sebagai calon presiden maupun calon wakil presiden di Pilpres 2019 tergantung dari kerelaan Partai Gerindra, PKS, PAN atau Demokrat untuk mengusungnya.
Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi mendasari pandangannya melihat realitas yang ada. Antara lain, saat maju di Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu, Anies maju dengan dukungan koalisi Partai Gerindra dan PKS.
Alasan lain, hanya Gerindra, PKS, PAN dan Demokrat yang sampai saat ini masih terus menggodok nama pasangan capres-cawapres yang akan diusung.
Sementara parpol pendukung pemerintah terkesan sudah mantap mengusung Jokowi.
"Jadi, meski Anies masih punya peluang, tapi sepertinya sulit terwujud maju di Pilpres 2019. Karena Demokrat saya yakin pilihan jatuh AHY dan Gerindra juga sudah pasti ke Prabowo," ujar Ari kepada JPNN, Kamis (12/7).
Menurut Pengajar di Universitas Indonesia ini, jika koalisi Gerindra-Demokrat terwujud, Anies hanya tinggal bersandar ke PKS dan PAN. Tentunya dengan harapan ada partai lain yang ikut mendukung, untuk mencukupi syarat minimal mengusung capres-cawapres.
"Saya kira PAN dan PKS rela mengambil posisi nomor dua asalkan capres punya modal suara dan modal duit. Jadi, jika koalisi Gerindra-Demokrat terwujud, Anies tinggal menyandarkan peluang ke PKS dan PAN," pungkas Ari.(gir/jpnn)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar